Umroh part 5 – Sisa Cerita

Umroh part 5 – Sisa Cerita

Banyak orang bilang, kalau kita mungkin akan mengalami hal-hal ‘ajaib’ selama di Tanah Suci. Hal ini kadang membuat orang takut untuk berangkat, karena takut perbuatannya di tanah air akan berdampak ke dirinya saat berada disana. Sudah jelas dong, yang takut itu pasti karena perbuatan jeleknya. Kalau yang berbuat baik mah, pasti percaya diri aja kebaikan akan datang juga.

Saya sendiri gimana?

Pasrah aja lah hehehehe

Beratnya Umroh ke 2

Walau saya tidak mau memaksakan diri dalam menjalankan ibadah ini, tapi saya bertekad untuk bisa maksimal dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Makanya ketika travel agent memberikan jadwal untuk umroh tambahan, saya berdiskusi dengan pakde dan janjian siapa mau meng-umroh-kan siapa. Takutnya kami meng-umrohkan orang yang sama, sayang waktu dan tenaga aja sih.

Umroh ke 2 pakde, didedikasikan untuk ayahnya yaitu kakek saya. Umroh ke 2 saya, didedikasikan untuk ibunya mami dan pakde yaitu nenek saya. Saya belum pernah bertemu dengan kakek, jadi takut gak dapat ‘feel’ nya kalau mengumrohkan beliau.

Sementara kalau nenek, saya pernah tinggal bersamanya beberapa bulan menjelang akhir masa hidupnya. Saya cukup dekat dengan nenek dan mendampinginya ketika beliau menyatakan ke-Islam-annya. Sebelumnya keluarga mami memang menganut Katolik. Nenek saya pun rutin menjalankan ritual kejawen. Primbon, kemenyan dan sajen adalah hal-hal penting diseputaran hidupnya.

Alhamdulillah sekitar 5-6 bulan sebelum meninggal, nenek memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Kejawen pun ditinggalkannya. Beliau aktif ikut pengajian dan belajar iqra. Hari terakhirnya diawali dengan mandi keramas (rambut panjangnya hampir menyentuh belakang dengkul), kemudian masak banyak yang dibagikan ke tetangga juga minta diantar membeli karpet untuk mesjid dekat rumah. Saya yang tinggal dirumahnya sempat heran dengan kejadian ini, tapi tidak berpikir yang lain … cuma fokus membantu beliau saja sampai mengantarkan masakan ke tetangga. Malam itu saya ijin pulang ke rumah orangtua, tapi ternyata malam itu juga nenek ‘pergi’ ketika saya tidak disampingnya. Hiks.

Makanya ketika ada kesempatan umroh ke 2, saya memilih nama beliau untuk saya umrohkan.

Karena sudah ada pengalaman umroh pertama, seluruh prosesi berjalan lancar sampai … ibadah Sa’i (jalan dari Safa ke Marwah dan sebaliknya sebanyak 7x). Saat perjalanan ke 3, kaki kiri saya sakit sekali. Rasanya seperti ketusuk beling. Saya jalan terseok-seok. Sampai diujung marwah, saya minta pak Ustadz berhenti sejenak. Saya cek kaki saya dengan membuka kaos kaki, tidak ditemukan pecahan kaca/beling, tapi begitu kaos kaki saya pakai … sakitnya datang lagi. Berhubung tidak enak dengan anggota group yang lain, saya paksakan jalan lagi walau terseok-seok sampai ujung Safa. Saya cek lagi kondisi kaki dan kaos kaki, tidak ditemukan juga. Saya juga mikir, bagaimana mungkin ada pecahan kaca atau beling di lantai marmer dalam kawasan Masjidil Haram. Saya lanjutkan jalan lagi, saat melewati pintu yang menghadap Ka’bah saya istighfar 5x sambil berdoa dalam hati “Ya Rabb, ampunilah segala dosa almarhumah. Jadikanlah ibadah umroh yang saya lakukan ini, tercatat sebagai bagian amal ibadah beliau

Subhanallah … ilang loh sakitnya!

Saya bisa melanjutkan sampai perjalanan ke 7 dengan lebih baik.

Waktu saya cerita ke mami, langsung deh komentar “mungkin karena dulunya mbah mu suka hal-hal klenik, yah

Wah gak ngerti deh. Saya gak berani berasumsi apa-apa. Yang penting saya sudah niat umroh atas nama almarhumah, dan berusaha menjalankannya sepenuh hati saya. Semoga Allah mengampuni dosa kami dan menerima ibadah tsb. Amin ya Rabb.

—————-

Ustadz Palsu


Ini sebenarnya buka aib sih, tapi gak papa lah … bukan aib saya *sungkem ke Masguh*. Hahahahaha

Masih berhubungan dengan ‘semua dibayar kontan di tanah haram” nih. Waktu kami ke kebun kurma – Madinah, bertemu sekilas dengan Ust. Yusuf Mansyur. Banyak teman dan saudara yang bilang kalo wajah Masguh mirip dengan beliau. Begitu bisa ketemu langsung, Masguh langsung mengejar Ust. YM yang sedang bergegas menuju bus. “Foto bareng ah, abisnya banyak yang bilang mirip” sayangnya gak kesampaian.

Begitu sampai di Mekah, saat sedang makan malam di restoran hotel … tiba-tiba Masguh disamperin oleh seorang ibu yang mengajak salaman “Apa kabar ustadz?

Masguh kaget tapi berusaha tersenyum “alhamdulillah baik, bu

Eh ibu itu pergi dan balik lagi membawa teman-teman rombongannya. Semuanya berebut minta salaman sama Masguh.

Ustadz yang waktu itu ceramah di Bukit Tinggi kan?

Saya pun bertatapan dengan sepupu saya sambil cekikian.

Masguh disangka Ustadz Yusuf Mansyur. Bwahahahahaha

Lagian ngejar-ngejar ustadz di Madinah, eh dibayar kontan di Mekah disangka beliau. Hahahahahaha

Coba liat deh, emang mirip gitu?

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

5 thoughts on “Umroh part 5 – Sisa Cerita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *