Browsed by
Tag: Umroh

Umroh, the journey

Umroh, the journey

Puji syukur kami berkesempatan memenuhi panggilanNYA untuk datang ke baitullah selama 9 hari. Keinginan tersebut sudah datang 2 tahun terakhir. Pelaksanaannya baru bisa dilakukan tahun ini, karena kami fokus mempersiapkan Fayra masuk SD sebelum kami bisa berangkat ibadah. Setelah urusan SD Fayra selesai kami langsung mempersiapkan diri lahir batin, uang dan orang-orang yang kami tinggal selama perjalanan ini.

Kemudahan demi kemudahan terjadi. Segala urusan administrasi SD Fayra sudah selesai di bulan Februari. Periode bulanan saya tiba-tiba maju 10 hari, hal ini tentu menghindarkan saya dari konsumsi obat-obatan untuk mengatur hormon. Sekolah anak-anak kebetulan libur mid semester, ambil raport pun dijadwalkan 1 hari sebelum kami berangkat. Fitting seragam SD Fayra ko ya tiba-tiba dijadwalkan sekolah setelah ambil raport Fayra. Jadwal launching project pertama saya di kantor baru juga dimajukan 1 minggu sebelum keberangkatan. Masguh yang harusnya tugas ke Singapore, ternyata diundur bulan April. Subhanallah, semua terjadi atas ijinNYA tanpa kami duga.

Alhamdulillah tidak ada hambatan fisik selama kami disana. Awalnya semua orang khawatir terhadap lemahnya tubuh saya, eh sampai sana malah Masguh yang mengkhawatirkan. Dalam pesawat perjalanan dari Jakarta menuju Jedah, Masguh mimisan. Dan darah terus keluar sampai di hotel. Semua suplemen langsung dilahap, badan pun langsung direbahkan. Bersyukur hari berikutnya sampai kami pulang ke Jakarta lagi, Masguh sehat. Kaki saya memang sempat bengkak, tapi masih dalam tahap wajar dan tidak menghambat prosesi ibadah.

Rupanya benar apa yang disampaikan beberapa orang bahwa ibadah umroh dan haji adalah ibadah fisik. Semakin muda umur kita, semakin baik dan mudah pelaksanaannya. Karena tubuh kita masih punya stamina yang bagus, kesehatan dan kekuatan sangat memadai.

Perjalanan darat antar kota Jedah – Madinah – Mekah, memakan waktu 4-6 jam. Sangat menguras tenaga walau hanya duduk di dalam bus. Sampai hotel jam 11 malam di Mekah pun langsung dilanjutkan dengan umroh sampai jam 2 dini hari.

Ibadah rutin sholat 5 waktu , kita lakukan dengan mondar mandir ke mesjid demi mengejar pahala di mesjid Nabawi yang seribu kali dari mesjid lain dan 100rb kali utk Masjidil Haram. Meski penginapan berlokasi tepat di pintu mesjid, tetap saja harus menyeret kaki di sepanjang pelataran mesjid yang sangat luas. Pelataran Mesjid Nabawi luasnya 135.000 m², sementara luas Masjidil Haram saat ini 365.000 m². Gimana nanti saat renovasi Masjidil Haram selesai ya? Konon di tahun 2020, Masjidil Haram akan diperluas menjadi 587.250 m². Kebayang jauhnya dari halaman sampai masuk ke dalam.

Belum lagi untuk ibadah utama Umroh yaitu Tawaf dan Sa’i. Tawaf adalah suatu ritual mengelilingi Ka’bah (bangunan suci di Mekkah) sebanyak tujuh kali. Sa’i adalah ritual berjalan kaki (berlari-lari kecil) bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sepanjang 405 meter. Jamaah haji/umrah yang melakukan Sa’i harus melalui jalur tersebut dengan total jarak yang ditempuh antara Shafa dan Marwah adalah 7 x 405 m = 2.835 meter. Ritual umroh (tawaf + sholat 2 rakaat di belakang makam nabi Ibrahim AS + sa’i) tanpa istirahat, membutuhkan waktu 1,5 jam.

Tawaf juga dilakukan sebagai pengganti sholat tahiyatul mesjid. Jadi setelah umroh kami selesaikan jam 2 dini hari, esok hari sebelum sholat dhuha saya dan Masguh melakukan tawaf lagi. Hari berikutnya kami melakukan umroh ke 2, sementara hari berikutnya lagi kami sudah harus melakukan tawaf wa’da (perpisahan) sebelum kembali pulang ke Jakarta. Sungguh gempor kaki ini, makanya sempat bengkak. Tapi berbekal dopping yang memadai (balsem atau param kocok itu wajib ya! hehehehe), alhamdulillah kami bisa melakukannya tanpa hambatan berarti.

Sungguh, Ka’bah itu hanyalah sebuah bangunan kotak hitam yang sangat biasa. Terlebih jika kita melihatnya hanya dengan retina tanpa hati. Semua persiapan fisik yang kita lakukan, tidak ada artinya jika kita tidak membawa serta hati kita yang yakin akan keESAan dan kebesaran Sang Pencipta. Tubuh kita hanya lah perantara yang mengantarkan hati kita memenuhi panggilanNYA. Jangan sampai kita sudah jauh-jauh mengunjungi Baitullah, wajah kita kering tanpa airmata … hati kita diam tanpa getaran haru.

Pertama kali masuk halaman Mesjid Nabawi, mata saya sudah berkaca-kaca. Seakan tak percaya bisa menjejakan kaki di tempat mulia. Begitu di Mekah masuk ke dalam Masjidil Haram dan melihat Ka’bah, airmata tak terbendung lagi. Saya dan Masguh menangis dan terus menangis. Sesaat kami lupa pada daftar do’a yang sudah dibuat. Kami hanya sanggup memohon ampun atas segala dosa yang pernah kami lakukan *ngelap mata sambil ngetik* dan melirihkan:

Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanatawwaqina a’dza bannar …

Setelah sholat 2 rokaat di belakang makam Nabi Ibrahim AS, kami pun berdoa. Tetap dengan cucuran airmata tentunya. Saat itu lah proposal hidup kami panjatkan … titipan doa saudara dan teman-teman kami sampaikan … semua masalah kami bisikan … semua harapan kami sebutkan. Sampai bengep mata ini karena kebanyakan mengeluarkan airmata.

Cerita lengkap dan detilnya, akan saya bagi beberapa posting nanti yah. Semoga tidak bosan membacanya.

Ada yang bilang Umroh adalah bentuk luas dari sedekah. Dan Allah SWT tidak mengurangi harta hambaNYA yang bersedekah. Justru DIA akan menggantinya berkali lipat.

Saat di airport Jedah menanti pesawat pulang, Masguh menerima SMS yang menginformasikan ada dana masuk di rekening banknya. Subhanallah jumlah bonus dari kantor Masguh, tepat sesuai dengan jumlah uang yang kami keluarkan untuk Umroh. Allah SWT membayar kontan! Bahkan ketika kami belum sampai di Jakarta. Mata kami langsung berkaca-kaca.

Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar

Teringat salah seorang ustad bilang “Umroh lah, mengeluarkan uang untuk umroh tidak akan membuat kamu miskin. Niscaya kalian akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Insya Allah

Terima kasih ya Rabb, atas jamuan yang Engkau berikan kepada kami. Jangan jadikan perjalanan ini masa terakhir kami dengan rumahMU. Ijinkan kami untuk kembali, bersama anak-anak, orang tua dan keluarga kami.

It’s a great journey indeed and I’m sure I’m gonna miss it. Betapa cepatnya 9 hari berlalu. Betapa damainya hati kami berada di baitullah. Betapa rindunya kami untuk kembali.

Perjalanan pulang 9 jam di pesawat menuju Jakarta, kami berusaha istirahat. Tidur sambil membayangkan 2 mahluk menggemaskan yang sangat kami rindukan ini:

Insya Allah kami akan membawa kalian ke Baitullah, nak! Pada saatnya nanti, insya Allah.

Amin ya Rabb.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Vaksin Meningitis

Vaksin Meningitis

Vaksin meningitis adalah vaksin wajib yang harus dilakukan calon jemaah umroh/haji untuk melindungi risiko tertular meningitis meningokokus, suatu infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang dan keracunan darah. Bakteri ini sebenarnya tidak ada di Indonesia, tapi untuk orang yang akan bepergian ke negara lain terutama ke daerah endemi antara lain Arab Saudi, Afrika, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Selandia Baru disarankan vaksin sebelum berangkat. Selama melakukan ibadah umroh/haji, kita akan bertemu dengan orang dari berbagai negara yang mungkin saja menjadi pembawa atau carrier bakteri meningitis. Penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan otak, hilangnya pendengaran, hingga kematian. Karena itu pemerintah Arab Saudi mewajibkan setiap calon jemaah umroh/haji untuk mendapatkan vaksin sebagai syarat untuk mendapatkan visa (ijin masuk ke negara tsb). Vaksinasi meningitis sebaiknya dilakukan minimal 10 hari sebelum keberangkatan. Kurang dari itu sistem antibodi tidak bisa terbentuk sempurna.

Saat ini tidak semua RS diberikan wewenang untuk menerbitkan Yellow Book (International Certificate of Vaccination or Prophylaxis). Hanya Balai Kesehatan Pemerintah yang terletak di sekitar Bandara atau Pelabuhan saja yang bisa menerbitkan Yellow Book tsb. Untuk di Jakarta, kita bisa datang ke Cengkareng (kawasan Bandara Soekarno Hatta), Halim(kawasan Bandara Halim), RS Fatmawati, Kemayoran (kantor pusat Garuda Indonesia) dan Tanjung Priok (kawasan pelabuhan).

Saya mendapatkan informasi melalui orang-orang yang sudah pernah mendapatkan vaksin ini:

  • Di Halim
  • Kakak mami yang akan berangkat Umroh bareng kami, menuju Halim jam 9 pagi. Sampai sana loket pendaftaran sudah ditutup. Beliau diminta datang dan mengantri esok hari dari jam 4 pagi!

    Akhirnya beliau berangkat keesokan harinya jam 3 dini hari dari Bekasi, sampai Halim jam 4 kurang (yampun adzan subuh pun masih lama). Dapat nomor antrian 16 aja. Sementara loket pendaftaran dibuka jam 8 pagi. Dan baru dipanggil suntik sekitar jam 9.

    KKP Bandara Halim Perdanakusuma (021) 8000166, 8098665

  • Di Cengkareng
  • Seorang teman yang tahun lalu berangkat Umroh, melakukan suntik di Cengkareng. Datang jam 9 langsung antri, baru dipanggil untuk disuntik sekitar jam 1-3 loh. Antriannya lumayan panjang.

    KKP Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng (021) 5502277, 5506068

  • Di RS Fatmawati
  • Secara ini RS pemerintah, kebayang antrian disini seperti apa. Jadi kami gak usaha mencari tau juga kondisi disini.

    RS Fatmawati, Sentra Haji dan Umrah Lt. Dasar (021) 7501524 ext. 1639

  • Di Kemayoran
  • Saat Masguh menelpon ke Balai Kesehatan di kantor pusat Garuda Kemayoran, ternyata tidak dibuka untuk umum. Hanya karyawan PT. Garuda saja yang bisa suntik disini.

  • Di Tanjung Priok
  • Kakak saya yang melaksanakan Umroh tahun lalu suntik di Priok, setelah sebelumnya antri panjang di Halim. Akhirnya sepupu saya yang akan berangkat bareng kami, melakukan hal yang sama dengan kakak saya. Enak gak ngantri panjang, katanya.

Akhirnya kami pun pergi ke Priok untuk suntik disana. Perjalanan BSD ke Priok itu berasa banget jauhnya, padahal udah lewat tol terus dari ujung ke ujung. Sampai Priok jam 9 pagi, alhamdulillah benar tidak banyak orang disana. Hanya sekitar 10 orang saja.

Setelah membayar biaya administrasi Rp 2.500 dan mengisi form pendaftaran (nama-alamat-nomor passport-nama travel agent/KBIH-tanggal lahir), kami menunggu dipanggil. Ternyata untuk perempuan diminta cek urine untuk memastikan tidak dalam kondisi hamil. Biaya cek urine adalah Rp 20.000, setelah hasil keluar baru kita bisa masuk ke ruang suntik.

Alhamdulillah sekarang sudah tersedia vaksin yang halal. Sebelumnya sempat khawatir juga mendengar berita simpang siur yang katanya vaksin ini belum halal. Udah gitu teman saya yang suntik di Cengkareng, sempat ditawarkan “mau yang halal atau enggak? halal lebih mahal

Masya Allah kok ya masih ditawarkan kaya gitu sik? Padahal sudah jelas beliau berjilbab, dan tujuan vaksin ini untuk mendapat visa Umroh. Sewot juga saya mendengarnya.

Karena itu saat masuk ruang suntik, Masguh dengan hati-hati bertanya ke petugas “apakah vaksin yang tersedia disini sudah halal?“. Alhamdulillah halal semua, kata petugas.

Saat suntik kami diminta membayar Rp 110,000 per orang. Biaya suntik ini beragam (Rp 110-175rb) tergantung lokasi suntik yah. Bahkan kalau kita melakukan secara kolektif dibantu oleh travel agent, kita akan dikenakan biaya Rp 250-400rb. Lumayan juga margin nya tuh :p

Setelah suntik kami diminta menunggu untuk dipanggil foto. Demi menghindari Yellow Book yang dipalsukan oleh travel agent, pemerintah menerapkan foto dan database online. Jadi nanti saat kita berangkat, petugas bandara akan melakukan scan barcode pada buku tsb. Data diri dan foto kita akan muncul, dan petugas mencocokan dengan wujud kita di bandara.

Seluruh proses tersebut hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit. Dan Yellow Book ini sudah berada ditangan kami:

Alhamdulillah Sang Maha Berkuasa memberikan kemudahan dan kelancaran.

Tips:

  • Walau letaknya jauh, saya sarankan untuk suntik di Priok demi menghindari antrian 4 jam.
  • Siapkan uang cash, karena tidak ada ATM di sekitar Balai Kesehatan.
  • Lokasi Balai Kesehatan Priok: di dalam pelabuhan Tanjung Priok, depan kantor Bea Cukai. Buka dari 8 pagi sampai 3 sore, setiap hari Senin sampai Jumat. Notelp: 021-43931045, 021-4373266. Web: http://kkptanjungpriok.blogspot.com/.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Holyday Preparation

Holyday Preparation

Eh itu beneran judulnya, gak salah tulis kok. Karena maksudnya adalah holy-day alias wisata rohani. Hehehe

Insya Allah kami akan memenuhi undangan Sang Maha Pemberi Nikmat, untuk berkunjung ke rumahNYA. Kunjungan singkat 9 hari yang disebut Umroh, akan kami laksanakan akhir bulan Maret 2012.

Saya akan share PERSIAPAN UMROH yang kami lakukan:

  • SIAPKAN MENTAL
  • Saat membuat rencana Umroh, saya dan suami sama-sama menyiapkan mental dan memantabkan hati. Tentunya hal ini dilakukan berbarengan dengan memperbaiki ibadah rutin harian. Banyak ustad bilang, “kalau kita meminta sesuatu kepada Allah SWT … pantaskan diri kita dulu. Apa benar sudah pantas menerima apa yang kita minta itu?

    Selain itu kami juga membuat list yang berisi daftar alasan kenapa kami melakukan ibadah Umroh sebelum Haji. Bagaimanapun ibadah Haji itu rukun Islam ke 5 (wajib bagi yang mampu), sementara Umroh hanya ibadah tambahan (sunah). Apa gak buang-buang uang saja?

    Berikut alasannya:

  1. Masa tunggu haji setelah kita mendaftar adalah 5-7 tahun untuk wilayah Jabodetabek. Sambil menunggu porsi dari DEPAG, tidak ada salahnya melakukan umroh. Selama niat Haji tetap ada dan Umroh tidak dilakukan untuk menggantikan Haji.
  2. Survey untuk melihat medan. Dengan kondisi badan saya yang sudah mengalami 5x operasi besar dan pernah 80% lumpuh, saya ingin melihat kondisi lapangan sebelum melakukan ibadah Haji. Umroh ini kami lakukan sebagai ajang survey, untuk mengukur kemampuan diri saya apakah memungkinkan melaksanakan Haji yang cukup berat dan jangka waktu yang berkali lipat (25-40 hari). Dengan melakukan survey ini, saya memiliki waktu 5-7 tahun untuk mempersiapkan fisik saya.
  3. Sebagai wujud syukur atas apa yang sudah kami terima/miliki. Alhamdulillah saya dan suami merasa nikmat Allah tiada terhingga dalam kehidupan kami. Karena itu kami melaksanakan ibadah Umroh ini sebagai salah satu wujud untuk berterima kasih atas nikmatNYA yang sangat berlimpah.
  4. Kesempatan untuk mengajukan proposal hidup. Tentunya setiap orang yang berkesempatan untuk berdoa langsung di depan Ka’bah memiliki daftar keinginan. Begitu pun dengan kami, yang akan memanfaatkan ibadah Umroh ini untuk mengajukan daftar harapan yang disusun dalam bentuk proposal hidup. Salah satunya kami minta diberikan kesempatan untuk bisa kembali lagi ke Mekkah untuk melaksanakan ibadah Haji.
    Dengan alasan-alasan tersebut, kami memantabkan diri kami. Tidak peduli dengan orang yang menuduh kami hanya buang-buang uang, karena dianggap tidak mendahulukan yang wajib. Kami memiliki alasan, dan orang lain berhak berkomentar.
  • SIAPKAN UANG
  • Biaya Umroh nyaris 1/2 dari biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan ibadah Haji. Biaya umroh beragam dari mulai $1,500 sampai dengan $2,500 tergantung dari paket yang ditawarkan travel agent. Tapi ingat, kita harus menyiapkan dana 10-25% lebih dari biaya itu untuk kebutuhan mengurus administrasi (foto, passpor, visa, airport handling,suntik maningitis, uang saku, peralatan, dll). Belum lagi kita harus meninggalkan sejumlah uang untuk biaya operasional rumah selama kita tinggalkan. Kami juga harus menyiapkan tiket pesawat untuk mama dan papa, yang terpaksa kami ‘import’ untuk menemani anak-anak di rumah.

  • SIAPKAN DOKUMEN
  • Berikut dokumen yang dibutuhkan untuk keperluan perjalanan Umroh:

  1. Passpor dengan 3 suku kata nama, yang masih berlaku lebih dari 7 bulan. Untuk saya dan suami yang sudah memiliki paspor hanya dengan 2 suku kata nama, dibantu pengurusan ‘tambah nama’ oleh travel agent. Biaya yang dibutuhkan untuk tambah nama beragam antara 150-300rb tergantung travel agentnya. Proses tambah ini membutuhkan waktu 2-5hr.
  2. KTP asli dan copy
  3. Kartu Keluarga asli dan copy
  4. Surat nikah asli dan copy (untuk mereka yang Umroh bersama pasangan)
  5. Akte kelahiran/ijasah SD-SMA (salah satu saja, yang tertulis nama lengkap kita dan orang tua) asli dan copy
  6. Surat Mahrom (untuk perempuan yang pergi Umroh tanpa pasangan atau keluarga, biaya 300rb)
  7. Pasfoto berwarna dengan background putih dan 80% wajah close-up, ukuran 3×4 dan 4×6 (siapkan masing-masing 10 buah biar aman)
  8. Kartu kuning suntik Maningitis. Bisa diperoleh di lembaga kesehatan airport atau pelabuhan. Untuk yang di Jakarta, saya sarankan untuk suntik di Tanjung Priok karena cenderung lebih sepi dibanding Halim dan Cengkareng. Kalau di dekat Bandara Halim, harus antri dari jam 4 pagi! Datang jam segitu pun bisa dapat nomor belasan. Petugas akan beroperasi mulai jam 8. Yak betul, setelah dapat nomor dari jam 4 pagi … kita harus tunggu sampe dipanggil suntik. *sigh* Biaya suntik sekitar 100-150rb.
  • SIAPKAN BARANG BAWAAN
  • Biaya Umroh sudah mencakup tiket PP, penginapan, transportasi, makan 3x/hari dan perlengkapan umroh (travelling bag/koper, kain ihrom/mukena, seragam yayasan, buku panduan doa).

    Tidak seperti ibadah Haji, barang bawaan kita lebih sedikit yaitu:

  1. Pakaian Ihrom
  2. Alat ibadah (sarung/mukena/sajadah/tasbih/Quran)
  3. Pakaian ganti
  4. Peralatan mandi
  5. Obat-obatan pribadi
  6. Alas kaki (sendal/ sepatu/ kaos kaki)
  7. Kacamata hitam atau payung
  8. Gadget (handphone/camera) dan chargernya.
    Sebenarnya list di atas memang gak beda jauh dengan barang bawaan saat kita mau travelling atau business trip. Cuma ditambah pakaian Ihrom saja.

  • SIAPKAN ORANG-ORANG YANG DITINGGAL
  • Untuk saya dan suami yang tidak pernah meninggalkan anak-anak berbarengan (kecuali ke kantor), agak berat juga. Biasanya kalau suami pergi tugas kantor ke LN/luar kota, ada Mama yang menemani kami. Kalau saya yang pergi tugas kantor ke LN/luar kota, ada Mami yang menemani suami dan anak-anak dirumah.

    Untuk Rafa yang sudah berumur 10 tahun, kami lebih mudah memberi pengertian. Rafa sudah paham akan ibadah ini, dan mengerti saat kami menyampaikan rencana kami. Rafa cuma tanya “nanti ada Uti dan Akung dirumah nemanin aku dan adek kan, ma? Jadi aku dan adek gak cuma sama mbak2 dirumah

    Untuk Fayra yang masih berumur 5 tahun, sedikit lebih berat. Fayra belum mengerti benar sejarah dan makna dibalik ibadah ini. Fayra banyak mengajukan pertanyaan, “Kenapa aku dan kakak gak boleh ikut? Kalo mama dan papa cuma kesana untuk sholat di mesjid, kenapa gak sholat di rumah atau di mesjid dekat rumah aja? Kenapa untuk berdoa dan sholat aja, perginya lama banget? Gak bisa berdoa dan sholat sehari aja di depan Ka’bah abis itu pulang?

    Tentunya kami berusaha memberikan penjelasan secara detil ke Fayra dengan bahasa yang mudah dimengertinya. Sebulan terakhir, bed time story time kami manfaatkan untuk menjelaskan pelaksanaan ibadah Haji dan Umroh. Kami juga memberikan foto-foto yang berkaitan dengan Haji/Umroh. Kami juga nonton bareng DVD berjudul ‘Inside Mecca‘, film dokumenter buatan National Geographic. Supaya anak-anak lebih paham, apa yang akan kami lakukan disana dan kenapa mereka belum bisa ikut serta.

    Selain mempersiapkan anak-anak, kami juga harus menyiapkan mama-papa-mbak2 yang menemani anak-anak dirumah selama kami pergi. Mama cuma khawatir tidak bisa membantu anak-anak dalam mengerjakan PR sekolah yang pastinya dalam bahasa Inggris. Selain itu komunikasi guru dan ortu/wali murid juga menggunakan bahasa Inggris, khawatir Mama tidak paham kalau ada yang disampaikan oleh guru atau pihak sekolah. Alhamdulillah seminggu saat kepergian kami, kegiatan di sekolah adalah Exploration Week. Jadi kegiatan dilakukan di luar sekolah. Insya Allah Rafa akan ikut “Pinewood Camp” dari sekolah selama 4 hari, sementara Fayra ikut kegiatan inhouse. Bisa dipastikan tidak akan ada PR atau ulangan/quiz selama seminggu itu. Kami juga akan menginformasikan ke guru, bahwa komunikasi bisa tetap disampaikan ke kami melalui SMS.

  • SIAPKAN FISIK
  • Kenapa fisik perlu dipersiapkan? Ya paling enggak kondisi tubuh kita saat pergi harus fit dan sehat. Sayang kalau sudah pergi jauh dan mengeluarkan uang yang tidak sedikit, terus disana kita malah terkapar.

    Untuk wanita ada persiapan tambahan, yaitu memastikan periode ibadah Umroh tidak bentrok dengan periode bulanan (menstruasi). Ini yang sedikit repot untuk saya yang pergi ber5 dengan anggota keluarga lain. Karena periode bulanan saya dengan sepupu perempuan tidak sama.

    Setelah konsultasi ke dokter, saya diminta mengatur jadwal. Saya harus mengkonsumi Norelut 5mg untuk mempercepat datangnya menstruasi (diminum selama 7hr). Setelah mens di hari ke 3, saya harus mengkonsumsi Microginon untuk menghentikan mens tsb. Rempong ya nek, jadi perempuan itu gak gampang loh!

    Somehow, God works in a mysterious way. Miracle does happen, especially for those who beg for His blessing.

    Alhamdulillah jadwal bulan Feb saya maju 10 hari. Yang artinya insya Allah bulan depan tanpa mengkonsumsi obat2an tersebut, saya bisa berangkat tanpa khawatir *sujud syukur*

Beberapa teman yang tau keluarga kecil kami punya jadwal liburan tahunan, udah pada tanya aja “tahun ini kemana kalian?

Jawaban kami: “insya Allah ke tempat paling romantis di dunia

Ya, karena romantis menurut kami adalah sholat tahajud berdua di depan Ka’bah. Insya Allah …

Doakan kami yaaaa

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/