Browsed by
Tag: Umroh

Umroh part 5 – Sisa Cerita

Umroh part 5 – Sisa Cerita

Banyak orang bilang, kalau kita mungkin akan mengalami hal-hal ‘ajaib’ selama di Tanah Suci. Hal ini kadang membuat orang takut untuk berangkat, karena takut perbuatannya di tanah air akan berdampak ke dirinya saat berada disana. Sudah jelas dong, yang takut itu pasti karena perbuatan jeleknya. Kalau yang berbuat baik mah, pasti percaya diri aja kebaikan akan datang juga.

Saya sendiri gimana?

Pasrah aja lah hehehehe

Beratnya Umroh ke 2

Walau saya tidak mau memaksakan diri dalam menjalankan ibadah ini, tapi saya bertekad untuk bisa maksimal dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Makanya ketika travel agent memberikan jadwal untuk umroh tambahan, saya berdiskusi dengan pakde dan janjian siapa mau meng-umroh-kan siapa. Takutnya kami meng-umrohkan orang yang sama, sayang waktu dan tenaga aja sih.

Umroh ke 2 pakde, didedikasikan untuk ayahnya yaitu kakek saya. Umroh ke 2 saya, didedikasikan untuk ibunya mami dan pakde yaitu nenek saya. Saya belum pernah bertemu dengan kakek, jadi takut gak dapat ‘feel’ nya kalau mengumrohkan beliau.

Sementara kalau nenek, saya pernah tinggal bersamanya beberapa bulan menjelang akhir masa hidupnya. Saya cukup dekat dengan nenek dan mendampinginya ketika beliau menyatakan ke-Islam-annya. Sebelumnya keluarga mami memang menganut Katolik. Nenek saya pun rutin menjalankan ritual kejawen. Primbon, kemenyan dan sajen adalah hal-hal penting diseputaran hidupnya.

Alhamdulillah sekitar 5-6 bulan sebelum meninggal, nenek memilih Islam sebagai jalan hidupnya. Kejawen pun ditinggalkannya. Beliau aktif ikut pengajian dan belajar iqra. Hari terakhirnya diawali dengan mandi keramas (rambut panjangnya hampir menyentuh belakang dengkul), kemudian masak banyak yang dibagikan ke tetangga juga minta diantar membeli karpet untuk mesjid dekat rumah. Saya yang tinggal dirumahnya sempat heran dengan kejadian ini, tapi tidak berpikir yang lain … cuma fokus membantu beliau saja sampai mengantarkan masakan ke tetangga. Malam itu saya ijin pulang ke rumah orangtua, tapi ternyata malam itu juga nenek ‘pergi’ ketika saya tidak disampingnya. Hiks.

Makanya ketika ada kesempatan umroh ke 2, saya memilih nama beliau untuk saya umrohkan.

Karena sudah ada pengalaman umroh pertama, seluruh prosesi berjalan lancar sampai … ibadah Sa’i (jalan dari Safa ke Marwah dan sebaliknya sebanyak 7x). Saat perjalanan ke 3, kaki kiri saya sakit sekali. Rasanya seperti ketusuk beling. Saya jalan terseok-seok. Sampai diujung marwah, saya minta pak Ustadz berhenti sejenak. Saya cek kaki saya dengan membuka kaos kaki, tidak ditemukan pecahan kaca/beling, tapi begitu kaos kaki saya pakai … sakitnya datang lagi. Berhubung tidak enak dengan anggota group yang lain, saya paksakan jalan lagi walau terseok-seok sampai ujung Safa. Saya cek lagi kondisi kaki dan kaos kaki, tidak ditemukan juga. Saya juga mikir, bagaimana mungkin ada pecahan kaca atau beling di lantai marmer dalam kawasan Masjidil Haram. Saya lanjutkan jalan lagi, saat melewati pintu yang menghadap Ka’bah saya istighfar 5x sambil berdoa dalam hati “Ya Rabb, ampunilah segala dosa almarhumah. Jadikanlah ibadah umroh yang saya lakukan ini, tercatat sebagai bagian amal ibadah beliau

Subhanallah … ilang loh sakitnya!

Saya bisa melanjutkan sampai perjalanan ke 7 dengan lebih baik.

Waktu saya cerita ke mami, langsung deh komentar “mungkin karena dulunya mbah mu suka hal-hal klenik, yah

Wah gak ngerti deh. Saya gak berani berasumsi apa-apa. Yang penting saya sudah niat umroh atas nama almarhumah, dan berusaha menjalankannya sepenuh hati saya. Semoga Allah mengampuni dosa kami dan menerima ibadah tsb. Amin ya Rabb.

—————-

Ustadz Palsu


Ini sebenarnya buka aib sih, tapi gak papa lah … bukan aib saya *sungkem ke Masguh*. Hahahahaha

Masih berhubungan dengan ‘semua dibayar kontan di tanah haram” nih. Waktu kami ke kebun kurma – Madinah, bertemu sekilas dengan Ust. Yusuf Mansyur. Banyak teman dan saudara yang bilang kalo wajah Masguh mirip dengan beliau. Begitu bisa ketemu langsung, Masguh langsung mengejar Ust. YM yang sedang bergegas menuju bus. “Foto bareng ah, abisnya banyak yang bilang mirip” sayangnya gak kesampaian.

Begitu sampai di Mekah, saat sedang makan malam di restoran hotel … tiba-tiba Masguh disamperin oleh seorang ibu yang mengajak salaman “Apa kabar ustadz?

Masguh kaget tapi berusaha tersenyum “alhamdulillah baik, bu

Eh ibu itu pergi dan balik lagi membawa teman-teman rombongannya. Semuanya berebut minta salaman sama Masguh.

Ustadz yang waktu itu ceramah di Bukit Tinggi kan?

Saya pun bertatapan dengan sepupu saya sambil cekikian.

Masguh disangka Ustadz Yusuf Mansyur. Bwahahahahaha

Lagian ngejar-ngejar ustadz di Madinah, eh dibayar kontan di Mekah disangka beliau. Hahahahahaha

Coba liat deh, emang mirip gitu?

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 4 – Mekah

Umroh part 4 – Mekah

Baru aja postingan sebelumnya saya berjanji untuk menjaga kesehatan, ternyata 1 hari setelah saya update blog eeehhh saya sakit -_-

Jumat di hari lahir saya tsb kebetulan saya mengerjakan project di kantor sampai jam 8 malam, besok pagi nya harus menghadiri 2 rapat lagi mulai jam 8 pagi. Pulang kantor badan demam, lanjut diare. Lemas dan kliyengannya berlanjut sampai Selasa. Kaya’nya ini karena kecapekan akut (akumulasi dari Feb), sarapan telat dan salah tempat (warteg Wati – Sabang dicoret dari list).

Alhamdulillah sekarang sudah mulai pulih, mari kita lanjutkan cerita Umroh sebelum basi dan saya males nulisnya lagi  hehehe.

———————-

Ternyata upgrade kamar saya berlanjut sampai di Mekah. Beginilah tampak kamar kami di Hotel Dar Al-Ghufran:

Terletak di kompleks hotel tujuh menara Abdulaziz, dimana terdapat jam terbesar dunia yang memiliki empat sisi dengan ukuran diameter 43 meter. Tingginya mencapai 400 meter, pencakar langit kedua tertinggi dan terbesar di dunia. Sisi jam ini dihiasi lebih dari 90 juta keping mosaik kaca berwarna, pada setiap sisinya masing-masing menorehkan tulisan besar “Allah” yang bisa terlihat jelas dari seluruh Kota Mekah. Dibawah hotel ini terdapat mall (tempat belanja lengkap dengan food court).

Begitu keluar dari gedung hotel, langsung menghadap ke Masjidil Haram tepat di pintu 1. Begini lah pemandangan spektakuler dengan jarak 50 meter dari hotel:

Owh yah, hari pertama kami sampai di Mekah … tiba jam 9 malam. Kami sudah menggunakan pakaian Ihrom dari Madinah, dan mengambil miqat di Dzulhulaifah Bir Ali. Miqat adalah batas yang telah ditetapkan untuk memulai ibadah haji atau umroh. Di tempat miqat kita mengucapkan niat Ihrom/Haji. Walaupun sudah mandi ihrom, mengenakan pakaian ihrom dan sholat sunah ihrom 2 rokaat di hotel saat di Madinah, tapi niat diucapkan di tempat ini. Kami tidak berhenti di Bir Ali, hanya mengucapkan niat di dalam bus dalam keadaan terus berjalan menuju Mekah untuk menghemat waktu.

Niat yang diucapkan: “Labbaika Allahumma umratan” Aku sambut panggilan-MU ya Allah untuk berumrah

Setelah niat diucapkan, maka berlakulah larangan ihram:

  1. Melakukan hubungan seksual atau apa pun yang dapat mengarah pada perbuatan hubungan seksual
  2. Melakukan perbuatan tercela dan maksiat
  3. Bertengkar dengan orang lain
  4. Memakai pakaian yang berjahit (bagi laki-laki)
  5. Memakai wangi-wangian
  6. Memakai khuff (kaus kaki atau sepatu yang menutup mata kaki)
  7. Melakukan akad nikah
  8. Memotong kuku
  9. Mencukur atau mencabut rambut
  10. Memakai pakaian yang dicelup yang mempunyai bau harum
  11. Membunuh binatang buruan
  12. Memakan daging binatang buruan

Kami melanjutkan perjalanan sambil terus melafalkan Talbiyah: Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah … Kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu dan kami memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.

Dan saya pun mulai mewek …

Kami sempat berhenti menjelang sholat magrib di tengah jalan. Tapi karena Masguh berpesan “toilet nya kaya di jaman peradaban lain ma, kalau kamu masih bisa tahan … jangan pipis disini” maka saya dan jamaah perempuan lain memilih menunggu di bus, sementara yang lain sholat magrib disini. Kebayang gak sih para cowok-cowok menggunakan baju ihrom selama 6 jam di bus. Kedinginan pastinya, sampai gak bisa tahan untuk segera pipis walau kondisi toilet ala kadarnya. Hehehe

Makanya begitu sampai hotel, selesai pembagian kamar di lobby … kami langsung menuju kamar masing-masing untuk melakukan sholat. Yang belum sholat magrib, melakukan jama’ takhir sekalian Isya.  Setelah itu kami makan malam, dan bersiap untuk Umroh.

Tepat jam 11 malam kami berkumpul di lobby. Rombongan kami yang berjumlah 80 orang, dibagi ke dalam 3 group. Untuk memudahkan pengawasan, setiap group dipimpin oleh mutawwif (orang Indonesia yang tinggal di Saudi). Saya dan keluarga masuk dalam group 1 yang paling dulu menuju Masjidil Haram.

Memandang Masjidil Haram dari luar saja, saya sudah terpukau. Begitu masuk ke dalamnya dan melihat Ka’bah tidak jauh dari diri kami … mulai menangis. Alhamdulillah ya Allah, atas rahmatMU kami bisa sampai disini. Kami memenuhi panggilanMU ya Rabb.

Kami memulai tawaf dari pinggir Hajar Aswat, selurusan dengan batas yang di tandai dengan lampu hijau di pinggir.  Dengan posisi pundak menghadap Ka’bah, kami mengangkat tangan sambil berniat tawaf dan mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar

Berjalan melakukan tawaf dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak 7x, kami tak sanggup menahan tangis. Sejenak kami lupa dengan segala do’a yang sudah disusun. Kami hanya bisa memohon ampun, mengucap syukur dan melirihkan doa sapu jagat:

Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanatawwaqina a’dza bannar … Ya Rabb, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.

Setelah itu kami menuju maqam Ibrahim AS untuk sholat sunah 2 rakaat. Maqam adalah sebutan untuk tempat kedua kaki. Karena tempat itu adalah tempat dimana nabi Ibrahim As berdiri membangun Ka’bah, atau untuk menjalankan ibadah haji, atau berdakwah kepada umat manusia. Maqam Ibrahim diletak kan dalam rumah kaca di samping Mul tazam, Ka’bah. Warna Maqam Ibrahim menyerupai warna perunggu, agak kehitam-hitaman. Cetakan kaki Nabi Ibrahim terbuat dari besi. Adapun rumah kaca sengaja dibuat untuk menghindari kerusakan prasasti jejak kaki Sang Pembangun Ka’bah, Nabi Ibrahim AS.

Di lurusan multazam (dinding Ka’bah di antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah) kami melantukan do’a, konon ini adalah tempat yang paling mustajab untuk berdoa kepada Allah. Saat itu lah proposal hidup kami panjatkan … titipan doa saudara dan teman-teman kami sampaikan … semua masalah kami bisikan … semua harapan kami sebutkan.

Disini Masguh mengeluarkan catatan do’anya berupa selembar kertas A4 (dia memang lebih rajin, diketik dan di print loh).Waktu di Jedah, Masguh mengingatkan saya “katanya banyak teman titip do’a, sudah siap kertasnya? Mosok di depan Ka’bah kamu sibuk bacain doa teman dari arsip bbm sih”  Hehehehe betul juga. Akhirnya saya menyalin semua titipan do’a menggunakan kertas notes yang tersedia di kamar hotel, lumayan juga nulis manual 1 lembar kertas A4 bolak balik. Pegal tangannya … hehehehe

Pak Ustad sempat tersenyum sambil meledek “waaah… mau berdoa bawa contekan” Hahahaha gak tanggung-tanggung 2 lembar kertas A4 loohh. Yah daripada ada yang kelewat. Titipan doa kan amanah yang harus disampaikan. Dan saya lebih menerima titipan doa dari pada titipan barang. Jadi yang waktu itu titip doa lengkap dengan nama bin/binti siapanya, sudah saya bacakan yaaa.

Selesai berdoa, kami langsung melanjutkan Sa’i. Alhamdulillah ibu-ibu rombongan dari Padang yang bersama kami di group 1, semangat nya tinggi dan tenaganya kuat-kuat. Mereka biasa naik turun bukit di kampungnya, jadi hayuk aja diajak langsung Sa’i tanpa istirahat. 7x bolak balik dari Safa ke Marwah, dengan total jarak 2,8KM … lumayan juga loh. Kami selesai semua prosesi umroh pada pukul 1:30 dini hari. Baru deh melipir cari air zam-zam. Badan udah keringetan, walau sebenarnya malam itu lumayan dingin udaranya.

Senangnya bisa umroh bareng suami, karena kami selalu bergandengan saat tawaf dan sa’i. Sholat sunah dan duduk bersimpuh saat berdoa, juga berdampingan. Sampai ibu-ibu dalam group kami bilang “enak yah dek kalo abis nikah bisa langsung kesini bareng. Pengantin baru langsung bulan madu disini” hahaha iya bu, kami memang pengantin baru …. baru 13 tahun kok!

Tahalul adalah urutan terakhir dari rangkaian prosesi ibadah Umroh yang disimbolkan dengan memotong beberapa helai rambut. Dengan memotong rambut, tandanya berakhir sudah segala larangan ihrom. Rambut Masguh dipotong oleh ustadz, sementara rambut saya dipotong oleh Masguh. Untuk laki-laki disunahkan untuk menggunduli kepala. Tapi karena kami melakukan umroh 2x, Masguh menggunduli kepala nya setelah umroh yang terakhir selesai. Sebelumnya kami menerima info tempat cukur rambut yang murah (10 Riyal), tapi ada testimoni dari seorang bapak “kepala saya rasanya mau disembelih. Murah sih memang murah, tapi kasar banget tukang cukurnya“. Akhirnya Masguh memutuskan untuk cukur di barbershop dibawah hotel walau tarifnya 3x lipat. Tempatnya bersih, pisau cukurnya baru, petugasnya ramah dan kami tidak perlu jalan jauh.

Masjidil haram itu tidak pernah sepi. Jadi kalau mikir “tawaf jam berapa ya yang agak sepian?” … gak akan pernah terjadi. Hehehehe

Umroh pertama kami lakukan jam 11 malam – selesai jam 1:30. Kemudian kami tawaf lagi jam 8 nya, sebelum sholat dhuha. Umroh kedua kami lakukan ba’da dzuhur sekitar jam 2 siang. Meski mataharinya pamer dan lantai marmer memantulkan balik sinar (wajib pakai kacamata item deh kalo tawaf siang bolong gini), tetap aja rame tuh. Paling padat sih kalau tawaf abis ashar dan abis isya, ini waktu favorit banyak orang. Jadi akan penuh banget tuh sekitar ka’bah.

Foto diatas itu saya ambil ketika bubaran sholat dzuhur, dihalaman mesjid menuju hotel. Udah kaya bubaran sholat Ied di mesjid Istiqlal kan? Itu baru sholat dzuhur biasa loh. Untuk hari Senin dan Kamis, penuh luber saat magrib sampai isya. Karena banyak penduduk sekitar yang mengajak keluarganya untuk buka puasa bersama di Masjidil Haram. Begitu pun saat sholat jumat, saya yang datang ke mesjid 1,5 jam sebelum adzan (sekitar jam 10:30), udah kebagian di halaman aja gitu. Padahal kan panasnya ampuuunn, belum lagi debu karena di sekitar mesjid banyak pembangunan gedung bertingkat.

Penjagaan askar di Masjidil Haram tidak seketat di mesjid Nabawi. Bahkan disini disediakan plastik untuk tempat menyimpan alas kaki. Saran saya jangan menyimpan alas kaki di tempat penitipan, mending dibawa masuk ke dalam aja deh. Selain jauh, ribet juga kalau kita harus antri ambil titipan. Sementara jumlah jamaahnya seperti tampak pada foto diatas itu.

Masguh tidak mengeluarkan DSLR nya disini, kami juga tidak banyak foto-foto seperti yang dilakukan di mesjid Nabawi. Pokoknya disini fokusnya ibadah … ibadah … dan ibadah. Tiap malam sebelum tidur, wajib ngoles minyak angin ke betis deh soalnya pegal banget. Tetap deh ya… 3 hari rasanya kuraaaaanngg ajah.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 3 – Ziarah Madinah

Umroh part 3 – Ziarah Madinah

Selama 3 hari di Madinah, kami mendapatkan kesempatan untuk ikut half-day-tour. Judulnya sih “Ziarah kota Madinah”, mengunjungi lokasi yang menjadi tempat bersejarah bagi perjuangan Nabi Muhammad SAW.

”Ya Allah berilah kami kecintaan kepada Madinah seperti cinta kami kepada Mekah atau melebihinya”

Jujur saya lebih suka kota ini dibanding Mekah. Cuacanya lebih enak (lebih dingin), tata kota nya lebih rapih, penduduknya lebih teratur. Tapi Mekah menimbulkan kesan tersendiri yang bikin kangen juga sih. Sulit deh dilukiskan dengan kata-kata. Musti datang dan merasakan sendiri.

Rincian tempat yang akan kami datangi, sepertinya seragam untuk semua travel agent penyelanggara Umroh/Haji. Maksimal jarak dari pusat kota Madinah cuma 5-10KM aja. Makanya muter-muter dari waktu dhuha (jam 8an), balik hotel sebelum adzan dzuhur.

Mesjid Quba

Mesjid ini menjadi tempat Nabi Muhammad SAW pertama kali sholat Jumat setelah kepindahannya ke Madinah.  Mesjid ini masih terawat rapih. Sayangnya tempat yang diberikan untuk jamaah perempuan tidak seberapa luas. Musti bergantian dan tidak bisa melihat arsitektur dalamnya.

Katanya kalau kita wudhu dari tempat tinggal dan berniat untuk sholat di mesjid Quba, akan diganjar pahala sama dengan 1x Umroh.

Meski sudah diwanti-wanti panitia untuk menjaga wudhu dari hotel, apa daya perut saya tidak bersahabat *kent#t deh* . Wudhu saya batal diperjalanan menuju mesjid. Sampai sana saya langsung mencari tempat wudhu, kemudian melaksanakan sholat dhuha di dalam mesjid Quba.

Mesjid yang memiliki daya tampung hingga 20 ribu jamaah ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah orang pertama yang membangun menara masjid ini. Foto diatas diambil oleh Masguh. Karena cuma laki-laki aja yang bisa masuk leluasa di dalam mesjid.

Saya takjub dengan warna putih temboknya. Bisa putih banget gitu pake apa yah?

Kebun Kurma

Kami tidak lama di Mesjid Quba, langsung melanjutkan perjalanan ke Kebun Kurma.

Ketika turun dari bus, saya langsung menyiapkan iphone untuk merekam video perjalanan di dalamnya. Untuk siapa lagi kalo bukan untuk Rafa dan Fayra, supaya mereka bisa melihat secara visual tidak hanya dengar cerita lisan dari kami.

Beragam jenis kurma dan cokelat ada disini. Dari kurma Azwa yang katanya ditanam oleh Nabi dan mahal aja harganya ituh, sampe kurma yang bentuknya dibuat manisan (lengket2 agak berkuah kental gtiu deh). Diantara para pengunjung lain, sepertinya saya yang belanja nya paling dikit. Cuma beli 1/2 kilo kurma Azwa saja. Yang penting kalau ada kerabat ke rumah karena tau kami baru pulang Umroh, ada suguhan selain air zam-zam.

Tapi saya cengar cengir sama Masguh. Karena berada di dalam lokasi ini, seperti berada di sebuah kota kecil di Indonesia. Bagaimana tidak? 100% pengunjungnya orang Indonesia (ntah juga sih kalo ada orang melayu dari negara lain, tampangnya sama semua). Penjualnya 100% orang Indonesia (kecuali manajemen/pemilik yaa). Bahasa yang digunakan untuk komunikasi jelas bahasa Indonesia. Sampai papan petunjuk dan mata uang pun bisa menggunakan Rupiah.

Ada kejadian lucu juga, yang kami baru sadar ketika sudah sampai di Mekah. Nanti aja ceritanya yah.

Jabal Uhud

Jabal Uhud (gunung Uhud),termasuk salah satu tempat yang sangat memiliki nilai sejarah penting dalam sejarah Islam. Di bukit ini, terjadi peperangan yang sangat memilukan dalam sejarah Islam. Pasukan kaum Muslimin yang dipimpin langsung Nabi Muhammad SAW, bertempur habis-habisan dengan kaum musyrikin Kota Mekah. Jabal Uhud tidaklah begitu besar, tingginya kira2 1.050 meter.

Melihatnya mengingatkan kita pada perjuangan dan darah para syuhada. Di Uhud itulah pertarungan spiritual dan politik dalam arti sebenarnya. Ketika itu pasukan diberi pilihan antara kesetiaan pada agama dan kecintaan pada harta. Melihat lokasi dan gunung yang mengelilinya, kita akan terbayangkan bagaimana sulitnya medan perang ketika itu. Bukit batu, panas terik, dan keberanian pada syuhada.

Dalam pertempuran itu, Nabi Muhammad SAW juga mengalami luka-luka yang cukup parah. Bahkan, sahabat-sahabatnya yang menjadi perisai pelindung Rasulullah, gugur dengan tubuh dipenuhi anak panah.

Setelah perang usai dan kaum musyrikin mengundurkan diri kembali ke Mekah, Nabi Muhammad  SAW memerintahkan agar para sahabatnya yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur untuk memakamkan beberapa syuhada. Jenazah para syuhada Uhud ini, akhirnya dimakamkan dekat lokasi perang serta dishalatkan satu per satu sebelum dikuburkan.

Kini, jika kita datang ke lokasi tersebut, kompleks pemakaman itu akan terlihat sangat sederhana, hanya dikelilingi pagar setinggi 1,75 meter. Dari luar hanya ada jeruji, sehingga jamaah bisa melongok sedikit ke dalam. Bahkan, di dalam areal permakaman yang dikelilingi  pagar itu, tidak ada tanda-tanda khusus seperti batu nisan, yang menandakan ada makam di sana.

Untuk menyingkat waktu, rombongan kami tidak berjalan sampai ke pinggir bukit. Tidak juga berjalan ke area makam. Hanya berdoa bersama yang dipimpin oleh ustadz, beliau berkata “kita akan melihat bukit ini di surga. Semoga Allah SWT memasukan kita ke dalam golongan umat nabi Mummad SAW sebagai para penghuni surga. Amin ya Rabb“.

*gak pantes banget yah gw pake kacamata item … tunjuk poto atas … ketauan boleh minjem punya Masguh hahaha*

Ah yaa, saya lupa bercerita. Saya dan Masguh tidak hanya berdua menjalankan ibadah Umroh ini. Tapi kami ber 5, bersama kakak sepupu saya dan suaminya (lihat foto di kebun kurma) … juga pakde (kakak mami) yang mualaf sama seperti mami. Alhamdulillah kakak saya (Mas Iwan) memberangkatkan beliau, tapi saya dan Masguh yang bertanggung jawab selama Pakde di tanah suci. Di usianya yang sudah lanjut, Pakde masih sangat tegap dan kuat. Terharu saya saat beliau berkata “aku mau maksimal ibadah disini. Sudah dibayari harus tau diri“. Semua prosesi ibadah dilakukannya dengan hikmat dan semangat, tanpa mengeluh ataupun minta istirahat.

Perawakannya sama seperti mami, tinggi besar dan gagah (beneran deh, emak gw itu gagah banget). Melihat Pakde jalan di depan saya, seperti melihat mami dari belakang. Saya rasa, pakde pake sorban pun akan saya peluk erat dari belakang karena kebayang mami dengan jilbabnya. Hehehehe.

Dari Jabal Uhud kami melanjutkan perjalanan ke Percetakan Al-Quran. Tapi antrian untuk masuk ke dalamnya sangat panjang. Selain itu, hanya jemaah laki-laki yang boleh masuk ke dalamnya. Perempuan hanya boleh menunggu di luar, di area pertokoan. Rombongan memutuskan untuk tidak berhenti disini, dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan.

Begitupun saat lewat di depan Mesjid Qiblatain. Kami hanya memandangi dari dalam bus saja.

Menurut wikipedia dan cerita pak ustadz: Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan salat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H bulan Rajab saat Nabi Muhammad saw melakukan salat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat salat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.

Gak kesampaian juga ke Jabal Magnet, karena lokasinya lumayan jauh. Konon, Jabal Magnet ini merupakan pusat magnet terbesar di dunia. Banyak supir bus yang mematikan mesin pada suatu ruas jalan yang menurun, dan bus tsb berjalan sendiri. Tidak, bukan berjalan maju ke arah yang menurun itu, tapi berjalan mundur mendaki ke atas! Ada yang bilang itu bukan magnet, tapi hanya ilusi optik. Entah lah, kami tidak menyaksikan langsung saat itu. Bagi saya, hal ini tanda kebesaranNYA supaya kita makin memperkuat iman.

Rombongan memutuskan untuk kembali ke hotel. Lebih baik waktu yang tersisa kami habiskan di Mesjid Nabawi sambil menunggu adzan dzuhur.

Besok kami berangkat ke Mekah. Ditunggu cerita lanjutannya ya!

Seluruh posting tentang Umroh bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 2 – Madinah

Umroh part 2 – Madinah

Kami tiba di Madinah sekitar pukul 9 malam. Menunggu pembagian kamar sambil menikmati makan malam di restoran hotel yang letaknya tidak jauh dari Mesjid Nabawi. Harusnya kami menempati kamar ber 4, dengan pengaturan perempuan dan laki-laki terpisah. Tapi salah seorang pengurus travel mendekati saya dan meminta ijin untuk merubah kamar “mbak, maaf ya. Harusnya kan mbak ber 4 sekamar. Tapi yang 2 orang itu ada keluarganya yang lain, minta menjadi 1 kamar. Nah mbak dan sepupu menempati kamar mereka yang isinya hanya 2 orang. Tapi jadi beda lantai dengan para suami-suami. Bagaimana?

Waaahhh saya tersanjung. Ini rejeki untuk kami. Karena harusnya kalau 1 kamar berdua, maka selisih harga paket yang harus kami bayar adalah USD150/org. Artinya kami berdua harusnya membayar USD300 untuk bisa menempati kamar ini. Alhamdulillah …. kami mendapatkan fasilitas ini gratis. Senangnya … gapapa deh beda lantai sama Masguh juga *egois* hahahaha.

Begini lah tampilan kamar saya dan sepupu selama di Madinah:

Kamar suami kami sama bentuknya, cuma lebih luas ukuran kamar mereka yang berisi 4 tempat tidur single. Gampang lah nanti janjian di lobby hotel aja setiap mau berangkat ke mesjid dan ketemu di restoran setiap jam makan tiba.

Malam itu kami sholat di kamar hotel. Dan berjanji untuk kumpul lagi jam 3 dini hari untuk sholat tahajud di Mesjid Nabawi.

Mesjid Nabawi

Masjid Nabawi adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah saw dan menjadi tempat makam beliau dan para sahabatnya. Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m, dengan tinggi atap sekitar 3,5 m[3] Rasulullah saw. turut membangunnya dengan tangannya sendiri, bersama-sama dengan para shahabat dan kaum muslimin. Setelah itu berkali-kali masjid ini direnovasi dan diperluas. Sekarang luas bangunan masjidnya hampir mencapai 100.000 m², ditambah dengan lantai atas yang mencapai luas 67.000 m² dan pelataran masjid yang dapat digunakan untuk sholat seluas 135.000 m². Masjid Nabawi kini dapat menampung kira-kira 535.000 jemaah.

Akhir bulan Maret masih dalam masa peralihan musim dingin ke musim panas. Udara malam dan anginnya masih terasa begitu dingin. Kami menggunakan jaket untuk melindungi diri dari hembusan angin yang lumayan agak kencang. Sampai di pintu mesjid, melihat tiang-tiang payung menguncup dan berhiaskan lampu yang sangat terang benderang … membuat saya semakin terpukau.

Di Mesjid Nabawi jamaah perempuan dan laki-laki dipisah. Pintu masuknya pun dipisah. Penjagaan askar (polisi perempuan di dalam mesjid) sangat ketat khususnya untuk jamaah perempuan. Kita tidak diperbolehkan membawa kamera dalam bentuk apapun termasuk handphone berkamera. Di setiap pintu masuk, askar memeriksa tas bawaan kita. Kalau ketauan membawa kamera/hp berkamera, siap-siap balik ke hotel untuk menyimpannya atau sholat di pelataran mesjid saja. Cukup lah kita membawa peralatan sholat dan plastik untuk menyimpan sendal (bawa sendal masuk ke dalam mesjid dan letakan di sebelah kita saat sholat). Askarnya selain galak juga bisa berbahasa Indonesia, jadi akan sering kita mendengar “henpon haram! ibu … duduk! jangan wuduhu disitu!

Keutamaan sholat di Mesjid Nabawi adalah mendapatkan pahala 1000 kali lipat dari sholat di Mesjid yang lain. Disini panggilan sholat ada 2x. Adzan pertama dikumdangkan pukul 4 sebagai panggilan untuk sholat tahajud, sementara adzan kedua dikumandangkan pukul 5 sebagai panggilan sholat subuh.

Ada beberapa kubah yang bisa dibuka di Mesjid Nabawi. Kebetulan saat itu saya mendapatkan tempat sholat tepat dibawah kubah. Waktu rokaat pertama sholat subuh, kubah masih tertutup rapat. Tapi begitu rokaat kedua, kubah bergeser terbuka. Angin dingin berhembus kencang sampai melambaikan mukena yang saya pakai. Kaget tapi rasanyaaa … duh sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Payung di Mesjid Nabawi akan terbuka saat matahari terbit atau saat memasuki waktu dhuha. Sayang kami tidak sempat mem-videokan proses pembukaan payung. Tapi Rafa dan Fayra sudah sempat menontonnya di DVD buatan Discovery Channel.

Jamaah tidak boleh duduk-duduk di halaman Masjid Nabawi, sejak setengah jam sebelum adzan berkumandang. Karenanya, para askar akan mulai mengusir jamaah yang sedang duduk-duduk sejak sepuluh menit sebelum waktunya. Dan untuk mendapatkan posisi sholat di dalam mesjid, kita harus datang minimal 30-60 menit sebelum adzan.

Toilet dan tempat wudhu lokasinya ada di pelataran mesjid. Katanya sih ada ribuan kran wudhu di lantai bawah tanah (basement). Saya pernah batal wudhu dan pergi ke arah toilet. Alamak jauh jalannya, musti melangkah melewati ribuan jamaah, kemudian turun tangga ke bawah. Balik ke dalam mesjid sampai diatas sajadah kita, bisa-bisa sudah ketinggalan sholat berapa rokaat deh. Saran saya sebaiknya bawa alat semprot (botol spray) yang kita isi air. Jadi saat batal wudhu, kita bisa menyemprotkan air ke bagian tubuh yang menjadi rukun (wajib) wudhu yaitu: tangan sampai siku – wajah – kepala – kaki sampai mata kaki.

Lantunan ayat quran yang dibacakan imam setelah surat Al-Fatihah sangat indah. Dan surat yang dipilih nyaris tidak pernah surat pendek. Selama 3 hari kami disana, saya hanya merasakan surat pendek 1 kali saja. Pernah sholat subuh yang hanya 2 rokaat itu, imam membacakan surat Ar-Rahman. Kalau tidak terbiasa berdiri, akan lumayan terasa pegal. Tapi kalau kita khusu’ dan konsentransi, kita tidak akan merasa lama … karena saking indahnya kita malah akan terbuai.

Begitu juga dengan rukuk dan sujud. Sampai 10x membaca doa rukuk ‘Subhaana Rabbiyal ’adzim’ (Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Agung) imam baru berdiri.  Saat sujud pun 10x membaca doa sujud ‘Subhaana Rabbiyal ’a’laa’ (Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi), imam baru duduk. Jika kita paham makna nya, maka kita bisa sampai menangis membacanya. Sungguh kita sangat kecil dan tiada artinya saat menyerahkan diri ke hadapan Allah SWT.

Kebersihan dan ketertiban di Mesjid Nabawi saya acungi jempol. Dibandingkan dengan Masjidil Haram, disini lebih bersih dan pengaturan jamaah nya sangat bagus. Yah memang luas Masjidil Haram juga berkali lipat sih, mungkin agak sulit juga mengaturnya apalagi dengan jumlah jamaah yang memenuhi mesjid juga berkali lipatnya.

Jangan khawatir kehausan di kawasan Mesjid Nabawi, karena disini air zam-zam sangat berlimpah ruah. Di dalam mesjid tersedia deretan gentong besar lengkap dengan tumpukan gelas plastik. Di pelataran mesjid juga tersedia tempat minum air zam zam. Untuk persediaan minum di hotel, biasanya saya membawa botol plastik kosong ke mesjid. Selesai sholat saya mengisinya dan membawa pulang. Memang di hotel juga tersedia 1 botol air mineral, tapi mumpung di tanah suci saya puaskan minum air zam zam sebanyak-banyaknya. Hehehe

Jumlah pintu di Mesjid Nabawi berubah dari waktu ke waktu seiring dengan renovasi yang dilakukan. Setiap pintu tingginya 6m dan lebarnya 3,2m dibuat dari kayu dihias ukiran dari tembaga kuning model Arab. Kita bisa memanfaatkan nomor pintu mesjid atau nomor pintu gerbang sebagai meeting point saat janjian dengan kerabat. Tapi karena pintu masuk jamaah laki dan perempuan berbeda, maka kalau janjian dengan suami sebaiknya di pintu gerbang yang nomornya sudah disepakati dan mendekati ke arah tempat tinggal kita.


Makam Rasul tepat berada dibawah kubah hijau sepeti tampak pada foto diatas. Biasanya saat kita pertama ke Mesjid Nabawi, kita berdoa dari sisi luar mesjid seperti mereka pada foto tsb. Ucapkan shalawat dan sampaikan salam dari keluarga dan teman-teman kita untuk Rasulullah, seperti yang disampaikan dalam Q.S. Al-Ahzab: 56:

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Disini saja airmata kami sudah berjatuhan “Assalamu alaika ya Rasulullah, assalamu alaika ya nabiyallah, assalamu alaika ya habiballah, assalamu alaika ya Shafiallah. Kami merindukanmu ya Rasul. Ya Allah … muliakan dan rahmatilah nabi Muhammad, isteri-isterinya dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memuliakan keluarga Ibrahim. Ijinkan kami untuk bertemu dengannya, Ya Rabb

Gimana saat kami masuk ke dalam dan berdiri tepat didepan makam beliau?

Raudhah

Ada tempat di dalam masjid Nabawi yang diriwayatkan memiliki keutamaan. Salah satunya, yang dinamakan Raudhah, yaitu tempat diantara rumah dan mimbar Nabi. Ada hadist yang berbunyi seperti ini:

Di antara rumahku dan mimbarku adalah taman (Raudhah) dari taman-taman surga. Dan mimbarku di atas kolam.” (Shahih Bukhari)

Raudhah, yang artinya taman, adalah tempat dimana dahulu Rasulullah dan para sahabatnya beribadah serta tempat turunnya wahyu. Konon katanya, setiap doa di Raudhah memiliki afdhaliyah yang tinggi (akan dikabulkan oleh Allah SWT). Tempatnya sangat kecil, yaitu antara makam Rasul dan mimbar mesjid. Warna karpet yang menutupi ruangan Raudhah berbeda dengan warna karpet di ruangan lain di dalam mesjid Nabawi ini. Jadi kalau mau berdoa di Raudhah, pastikan kita berada di karpet HIJAU.

Karena keistimewaan tempat ini dan begitu banyak orang yang ingin masuk ke dalamnya, membuat pengurus mesjid melakukan pengaturan. Untuk laki-laki tempat ini terbuka 24 jam. Sementara untuk wanita hanya ada 3 waktu (dhuha, setelah dzhuhur dan setelah isya). Banyaknya masalah yang timbul akibat desak-desakan jamaah, untuk wanita pun dibagi lagi berdasarkan kebangsaan. Ada beberapa jamaah yang merasa diskriminasi dengan peraturan ini, kalau saya berusaha mengambil hikmahnya. Ukuran tubuh bangsa melayu jauh lebih kecil dari pada mereka yang datang dari Eropa, Afrika ataupun India/Iran/Pakistan. Jadi kalau bangsa Melayu (Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei) diberikan kesempatan paling akhir, justru saya bersyukur karena menghindarkan tubuh saya dari desak-desakan melawan mereka yang bertubuh tinggi besar.

Saat antri masuk ke dalam, dibagi beberapa tahap. Sebaiknya kita sampai di mesjid sebelum jam 8 pagi dan masuk dari pintu no 25. Kita akan diminta duduk menunggu, sampai area dibalik pembatas putih dibuka. Sambil menunggu, kita bisa melakukan sholat tahiyatul mesjid – sholat dhuha – sholat tasbih – sholat tobat – dll. Kok banyak banget? Iya … kita bisa antri 2 jam hanya untuk masuk ke dalam gak lebih dari 3 menit. Jadi dari pada bengong atau bete nunggu, mending perbanyak ibadah toh? Bisa juga disambi baca Quran, jangan khawatir gak bawa karena Quran tersedia di hampir seluruh tiang mesjid.

Selama menunggu antrian, saya selalu melirihkan “Rabbi yassir wala tu’assir”  yang artinya: Wahai tuhanku permudahkanlah dan jangan kau susahkan. Saya berjanji tidak akan menyiksa diri. Saya berusaha tertib dan akan ikhlas jika tidak kesampaian berdoa di area karpet hijau. Alhamdulillah mendapat kemudahan, bisa sholat mutlak 2 rokaat dan sujud agak panjang untuk memanjatkan doa. Jangan berdoa sambil mengangkat tangan disini. Karena khawatir manusia lebih meng-kultus-kan Rasul melebihi Allah SWT, askar melarang orang yang berdoa secara berlebihan disini. Jika kita batal wudhu, saya sarankan untuk doa dengan posisi sujud atau berdiri dengan tangan bersedekap (seperti posisi sholat).

Saran saya, carilah teman untuk pergi kesini. Saya pergi ber3-4 orang, jadi kita bisa bergantian untuk sholat. Saat 2 orang sholat, maka 2 orang yang lain menjaga dari jamaah lain. Supaya tidak ada yang menginjak-injak saat kita sujud ataupun yang mendorong-dorong. Alhamdulillah saya bisa 2x masuk dan berdoa ke dalam Raudhah. Jangan tanya airmata yang keluar dari mata saya, yang pasti keluar dari sini mata bengkak deh. Hehehe

3 hari di Madinah, kami berusaha maksimal untuk selalu menjalankan sholat di Mesjid Nabawi. 6x sehari kami kesini. Mulai sholat tahajud sampai subuh, kemudian pulang ke hotel untuk sarapan dan mandi pagi. Waktu dhuha kami kembali ke mesjid, sampai saya selesai ke Raudhah. Setelah itu pulang ke hotel sebentar untuk istirahat. Waktunya sholat dzuhur kami kembali ke mesjid, setelah itu kembali ke hotel untuk makan siang. 30 menit sebelum adzan ashar kami kembali ke mesjid, setelah itu pulang ke hotel untuk mandi sore. Menjelang magrib ke mesjid lagi dan tidak pulang sampai selesai sholat isya, sekitar jam 9 balik ke hotel untuk makam malam dan tidur. Begitu terus selama 3 hari. Pokoknya gak mau kehilangan waktu yang sangat sempit ini. Bener deh, 3 hari rasanya kuraaanng banget.

Semoga di Mekah kami bisa lebih maksimal lagi.

Sang Pengasih dan Pemelihara , beri kami kesehatan. Mudahkan kami untuk selalu mengingatMU, bersyukur kepadaMU dan beribadah kepadaMU dengan lebih baik. Amin ya Rabb.

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/

Umroh part 1 – Jeddah

Umroh part 1 – Jeddah

Setelah menempuh perjalanan 9 jam dari Jakarta, akhirnya kami sampai di Jedah. Kami turun di terminal untuk Haji dan Umroh. Ini pengalaman pertama kami naik Saudi Airlines. Lucu juga mendengar pengumuman pilotnya. Banyak kata ‘insya Allah’ di kalimat-kalimat yang diucapkan dalam 2 bahasa (English & Arabic):

“Sekarang kita berada pada ketinggian insya Allah sekian, suhu diluar insya Allah sekian derajat celcius, waktu setempat insya Allah pukul sekian, kita akan sampai di kota tujuan insya Allah sekian lama lagi”

Perasaan waktu naik Emirates (saya) dan Turkish (masguh), gak gitu-gitu amat deh. Apa emang waktu itu kami gak peduli detil kali ya. Hehehe

Mendarat di Jedah sekitar jam 9 malam, menunggu koper masuk bus dan kelengkapan seluruh peserta sampai jam 11an. Lanjut naik bus ke hotel, pembagian kamar dan nasi kotak. Masuk kamar, kami sudah tepar. Gak semangat menyentuh nasi kotak. Hanya bersih-bersih diri sambil ngeliatin Masguh yang sibuk ganjel hidung karena darah terus keluar sejak dari pesawat *berusaha gak keliatan panik*. Baru bisa tidur sekitar jam 1an.

Sesuai jadwal, setelah sarapan kami digiring ke district Al-Balad. Beneran digiring karena memang jalan kaki rombongan 80 orang, dikawal petugas sekitar 5 orang. Beginilah tampak depan bangunan Bait Al-Balad (kami diajak ke belakang gedung ini):

Sudah menjadi rahasia umum, semua travel agent pasti mengajak seluruh pesertanya ke Corniche Commercial Center dan sekitarnya untuk berbelanja. Walau kami kesana masih terlalu pagi untuk ukuran warga setempat, tapi sudah ada beberapa toko yang buka. Makin siang makin rame tentunya. Bisa dibilang 80% dari yang datang kesini adalah orang Indonesia. Karena itu penjaga toko piawai menggunakan Bahasa Indonesia. Bahkan nama toko dan tulisan yang ada di dalam toko pun menggunakan berbagai kata dalam Bahasa Indonesia.

Segala macam barang ada disini. Mulai dari pakaian, parfum, barang elektronik, aneka kurma, sajadah, cokelat sampai berbagai perhiasan dijual disini. Yang paling berisik adalah penjual mainan seperti tampak pada foto dibawah. Boneka unta yang kalau dipencet ada suara orang bershalawat lah yang bikin ramai.

Selain menggunakan beberapa kata dan piawai berbahasa Indonesia, penjual disini juga menerima Rupiah. Bahkan ada penjual yang teriak “3 pieces 100ribu rupiah“. Saya gak begitu suka belanja saat traveling kemanapun. Begitu juga disini. Malah sibuk foto-fotoin toko dan isi barangnya aja. Lanjut nyari jajanan dan nongkrong dipinggir jalan sambil memperhatikan sekitar. Cuma beli coklat isi kurma untuk teman-teman kantor saja. Gak yakin di Madinah dan Mekah akan kepikiran belanja, jadi udah beli dari sini biar gak repot.

Seperti ini tempat ‘tongkrongan’ saya saat menunggu yang lain belanja:

Setelah sholat dzuhur dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan bus. Jarak yang akan kami tempuh sekitar +/- 450 km dengan waktu tempuh selama +/- 6 jam. Seperti ini pemandangan selama perjalanan:

Bosan? Tentu!

Capek? Iya lah!

Tapi kami masih semangat banget, karena kami akan ke kota Rasulullah SAW. Sambil menikmati pemandangan padang pasir, saya jadi ingat lirik lagu Bimbo

Rindu kami padamu ya rasul
Rindu tiada terpera
Berabad jarak darimu ya rasul
Serasa dikau di sini

Aaaahhh mewek lagi deh gw -_-

Gimana nanti kalau udah sampai di makam Rasul ya?

Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/