Browsed by
Tag: travelling

Family Trip 2011

Family Trip 2011

Yuhuuuu … apalagi yang lebih asyik dari mengawali tahun 2011 kalo enggak dengan jalan-jalan?

Alhamdulillah tgl 6-9 Jan 2011 kemarin kami berkesempatan untuk melakukan liburan rutin keluarga. Kali ini gak cuma kami ber4, tapi total 9 orang karena uti-akung-ayah-bunda-bangky ikut juga. Jadi keluarga dari masguh lengkap deh (yah secara keluarganya itu doang hihihihi uti anak tunggal – akung anak tunggal – mrk punya anak cuma masguh + adeknya).

Ini trip terjauh dengan formasi lengkap kami. Biasanya maksimum cuma sekitar pulau Jawa aja. Seru, rame, tapi agak ribet juga ternyata. Disini saya akan share, beberapa tips n trick untuk liburan keluarga murah meriah:

  • Paling enak jumlah peserta maks 4 orang
  • Ternyata makin banyak peserta jalan-jalan, makin ribet hehehe. Walau udah susun itinerary dengan seksama, dibarengin dengan ancaman “pokoknya harus nurut, kalo mo punya acara sendiri gak usah pergi bareng gw!“.

    Kenyataan di lapangan, kita harus liat kondisi semua peserta juga. Karena titik capek tiap orang kan beda-beda. Apalagi kemarin bawa 3 orang anak + 2 orang tua. Kalo melihat ada yang capek banget, ya terpaksa ada beberapa tujuan yang dibatalkan supaya bisa cepat balik ke hotel dan istirahat. Alhamdulillah selama perjanan 4hr kemarin gak ada yang sakit, walau cuaca lagi gak bagus. Kadang ujan, tiba-tiba panas dan seringnya mendung.

  • Bagasi nya min 7KG per orang
  • Untuk keluarga yang berpergian dengan menggunakan BUDGET AIRLINE alias penerbangan murah, jangan coba-coba berani beli tiket TANPA BAGASI. Kecuali kalo mau repot bawa beberapa tas kecil dan ditaruh cabin aja.

    Berdasarkan pengalaman beberapa kali jalan, ternyata bisa disimpulkan bawaan kita itu sekitar 7Kg per orang. Jadi salah besar saat kemarin pergi ber 6 (yg 3 beda pesawat), kami cuma ambil bagasi 30Kg. Di airport ternyata kelebihan 4Kg, dan diminta membayar kelebihan bagasi senilai 200rb (waktu beli tiket di web udah ada warning, kalo bayar di erpot skitar RM20/kg). Saat pulang pun harus bayar lagi, tapi disuruh ambil paket 10Kg aja bayar SGD10.

    Gak salah deh kalo kapasitas cabin yang gratis itu cuma 7kg/orang, karena ternyata pergi 4hr tuh bawaan kita seberat itu.

    Kalo penerbangan regular harga tiket biasanya sudah termasuk bagasi 32Kg + cabin 7Kg. Jadi memang harga tiket lebih mahal dari pada budget airline. Harus waspada juga saat pulang, karena kalo kita keasyikan belanja … bisa jadi lebih berat lagi tuh bawaannya. hehehe

  • Pilih Hotel atau Apartemen
  • Kapasitas penghuni kamar dengan tempat tidur ukuran queen (160x200cm) paling ideal adalah maksimal 3 orang.

    Hotel biasanya memiliki 2 tipe kamar. Ada queen bed room (1 tempat ridur berukuran 160 x 200cm), ada juga yang twin bed room (2 tempat tidur berukuran 100x200cm). Petugas hotel memberikan keleluasaan 1 kamar untuk dihuni maksimal 2 dewasa + 2 anak.  Tapi lihat ukuran anaknya juga yah hehehe

    Apartemen juga memiliki beberapa tipe kamar. Ada kamar yang berisi 1 King Bed (200x200cm), ada juga kamar yang berisi 2 Queen Bed (160x200cm). Tetapi pemilik apartemen suka membatasi jumlah penghuni kamar maks 4 dewasa. Kalau bawa anak kecil, suka dikasih kelonggaran … bisa 6-7 orang per kamar.

    Kenapa gak pilih apartemen? Karena kamar terbesar di apartemen cuma bisa ditempati maks 6 orang per kamar. Jadi agak tanggung kalo ambil 2 kamar besar untuk kami yang cuma ber 9.

    Karena pergi ber9, kami mengambil 3 kamar hotel dan mengatur posisi tidur 3 orang per kamar (2 dewasa + 1 anak). Apalagi 2 dari anak kami udah lumayan besar-besar. Tidur ber3 sama Rafa tuh udah harus waspada gelundung ke lantai. Karena tinggi badan Rafa sudah sedagu saya. Jadi biar adil tiap kamar ber3 deh tuh.

  • Sarapan
  • Ada hotel yang memberikan sarapan gratis untuk 2 dewasa + anak , ada juga yang hanya memberikan sarapan gratis hanya untuk 2 dewasa sementara anak2 harus bayar 1/2 porsi dewasa (tarif normal sarapan hotel). Ini karena menghitung kapasitas penghuni hotel = 2 orang per kamar.

    Karena kami pergi rombongan, kami memilih sarapan diluar. Biaya hotel tanpa sarapan selisihnya $10-50 per kamar (tergantung hotelnya). Sementara untuk sarapan diluar biasanya cuma $4/org. Cukup segitu? iya lah sarapan kan bukan makan siang yang harus lengkap menu berat. Jadi bisa lebih murah.

  • Pilih Taxi atau Kereta/Bus
  • Ada beberapa negara yang membatasi penumpang taxi seperti Singapore. 2 anak dihitung sebagai 1 dewasa. Kapasitas taxi maks 4 dewasa (1 depan + 3 belakang). Kalau lebih dari 4 orang disarankan menggunakan MaxiCab yang kapasitasnya 7 dewasa.

    Karena kami 9 orang jadi harus misah 2 taxi, sementara gak cukup juga di MaxiCab. Dengan 2 taxi, sampai ditujuan harus cari-carian atau tunggu-tungguan. Asli ribet banget.

    Akhirnya disepakati untuk selalu naik MRT atau Bus biar bareng terus ber9 naik dan turunnya.

Nah gitu deh seru dan repotnya pergi rombongan agak besar. Cerita lengkap per tempat wisata di postingan berikutnya yaaaa

Wat Pho – Bangkok D2

Wat Pho – Bangkok D2

Selasa, 23 Feb 2010

Setelah mengunjungi The Emerald Grand Palace, kami melanjutkan perjalanan untuk melihat Wat Pho atau yang lebih dikenal dengan nama The Temple of Reclining Budha atau Sleeping Budha.

Saat bertanya ke penjaga 7Eleven, mbak nya bilang kami bisa jalan kaki menuju Wat Pho. Letaknya gak jauh cuma harus menempuh jarak 5-10 menit jalan kaki kesana. Kami percaya aja dan mengikuti gerombolan wisatawan lain yang juga berjalanan kaki kesana.

Ternyata lokasi Wat Pho ini ada di samping kiri belakang dari The Emerald Budha. Tepatnya di Chetuphon Road – Bangkok. Lihat kan peta dan kebayang luasnya komplek Emerald Budha … kami harus jalan kaki mengelilingi komplek untuk bisa sampai ke Wat Pho. Untuk Fayra sih nyantai, dia tinggal duduk di stroller … kasian Rafa yang harus jalan kaki mana perut udah mulai lapar.

Sampai disana kami langsung menuju tempat penjualan tiket dan membayar THB 50/orang (Fayra masih gratis) untuk bisa masuk ke dalam kuil dan melihat patung Budha dalam posisi tidur menyamping yang dikenal dengan nama Reclining/Sleeping Budha.

Patung Budha tersebut memenuhi bangunan candi. Patung ini berukuran panjang 45 meter dengan tinggi 15 meter. Keseluruhan badannya terbuat dari plat emas, sementara bola matanya bertahtakan mutiara. Telapak kakinya berhiaskan 108 buah lambang keberuntungan China dan India.

Bagian barat komplek Wat Pho ada sebuah kuil yang berisi patung Budha yang sedang duduk diatas ular. Patung ini disebut Pang Nak Prok, the Buddha under the Naga’s hood.

Didalam komplek kuil Wat Pho yang luasnya 80,000 meter persegi ini terdapat lebih dari 1,000 patung Budha. Bangunan ini sudah mengalami beberapa renovasi dan renovasi yang paling lama membutuhkan waktu 16 tahun 7 bulan pada saat jaman King Rama III. Jajaran patung Budha pada foto diatas disebut Phra Rabieng, ini adalah beranda yang dikelilingi beragam patung Budha diseluruh temboknya dan menghubungkan 4 Vihara didalam komplek Wat Pho.

Hari itu banyak sekali rombongan dari sekolah-sekolah di Bangkok yang mengadakan field trip. Mereka dengan tekun mendengarkan penjelasan dari gurunya. Disinilah mereka mempelajari latar belakang dan sejarah agama Budha yang menjadi agama mayoritas di Thailand. Berbagai patung philisoper juga ada. Seperti patung yang diduduki Fayra di foto atas, ada makna yang terkandung dalam setiap detil bangunan. Sayang tidak ada brosur yang dibagikan seperti di The Emerald Budha. Jadi kami tidak bisa mendapatkan penjelasan secara detil dari keseluruhan bangunan.

Didalam komplek ini juga ada tempat untuk wisatawan yang ingin mencoba pijat ala Thai. Dibuka untuk umum dengan harga THB 250/jam. Komplek Wat Pho ini dibuka untuk umum dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore.

Foto diatas adalah Phra Maha Chedi Dilok Dhammakaroknitarn, sebuah candi yang berhiaskan mozaik berbentuk bunga dari keramik putih melambangkan kejayaan jaman King Rama II. Candi ini dibangun oleh anaknya yaitu King Rama III. Beliau juga membangun pagoda dari mosaik kuning, Phra Maha Chedi Muni Batborikharn, untuk melambangkan kejayaan beliau dan bentuk penghargaan terhadap Buddha.

Karena 2 objek wisata yang kami kunjungi dari pagi sampai siang ini luas-luas banget, kami memutuskan untuk naik taksi ke arah Siam Paragon. Jangan terjebak dengan taxi yang nongkrong di depan komplek Wat Pho, suka seenaknya aja ngasih harga sama wisatawan. Pertama kami tanya, supir taksi buka harga THB400. Padahal saat berangkat kami cuma membayar THB 100 aja sesuai angka di argometer.

Akhirnya kami jalan agak menjauh sedikit, dan menyetop taksi kosong yang kebetulan lewat. Taksi di Bangkok banyak merek dan aneka warna. Kali ini Fayra minta naik taksi warna pink yang alhamdulillah pas lewat didepan kami dalam kondisi kosong. Anak-anak pun langsung terlelap didalam taksi selama perjalanan menuju objek wisata selanjutnya, SIAM Ocean World.

Tunggu foto dan liputan tentang Siam Ocean World di postingan berikutnya!

Tips ke Wat Pho:

  • Dari depan The Emerald Budha, mending naik tuk-tuk ke Wat Pho. Tawar aja sekitar THB 80-100, daripada jalan kaki mayan jauh.
  • Peraturan untuk masuk ke komplek Wat Pho sama seperti di The Emerald Budha, baju sopan dan tertutup. Kalo gak memenuhi syarat, terpaksa harus sewa baju/kain atau gak boleh masuk sama sekali

Semua posting tentang Bangkok bisa dilihat disini

Grand Palace – Bangkok Day 2

Grand Palace – Bangkok Day 2

Selasa, 23 Feb 2010

Hari ini kami melakukan kunjungan wajib di Bangkok. Apalagi kalo bukan ke Grand Palace yang tersohor itu?

Saya sering mendengar pengalaman buruk wisatawan dengan taxi di bangkok. Ada yang tidak mau pakai argo, ada yang memanfaatkan keahlian bahasa inggrisnya untuk menipu wisatawan, juga ada yang suka bawa wisatawan keliling-keliling gak penting hingga argo semakin tinggi dan bikin pusing yang bayar. Karena itu setelah sarapan di hotel, kami langsung memesan taxi di resepsionis hotel.

Taxi yang diberhentikan petugas hotel, mau menggunakan argo meter sesuai dengan perintah. Saya sudah diberikan gambaran, bahwa tarif taxi dari Siam sampai Grand Palace area sekitar THB 100. Alhamdulillah supirnya benar, kami bayar gak jauh dari nilai itu.

Di pintu masuk Grand Palace, kami diminta membayar tiket masuk senilai THB 350/org. Mayan mahal yah. Untuk wisatawan memang dikenakan biaya tsb, tapi untuk penduduk lokal gak dipungut biaya kok. Mereka bisa masuk secara gratis dengan bebas. Karena di dalam nya terdapat kuil untuk berdoa bagi umat Budha.

Untuk bisa masuk ke dalam komplek Grand Palace, kita diminta untuk berpakaian sopan. Tidak boleh pakai celana pendek, tidak boleh pakai baju tanpa lengan, tidak boleh pakai sendal juga tidak boleh pakai baju/celana ketat. Karena sudah diperingatkan dari Jakarta, kami datang hari ini berbaju sopan lengkap dengan sepatu/sendal tertutup. Yang penting jari kaki tidak terlihat. Jadilah keluarga sepatu karet ini menapakan kaki dan berfoto dulu bersama-sama:

Matahari mulai meninggi saat kami sampai. Sinar matahari jam 10 pagi di Bangkok lumayan menyengat. Begitu melihat peta di pintu masuk, langsung kaget … whuaaaaa luas amat???? Kasian sama wisatawan dari negara barat sana, mereka kegerahan … tapi harus berpakaian ketutup. Kaya nya tersiksa banget. Ada seorang turis wanita yang lumayan cerdas. Dia pakai baju yukensi, tapi ditutup scarf lebar dan tipis yang diikat dipundak. Yang penting lengan tertutup, tapi gak gerah hehehe.

Sebelum kami masuk kedalam, kami sempat melihat pergantian para petugas keamanan. Dengan seragam dan senjata, mereka berbaris rapih memasuki kawasan istana dengan gagah. Rapih sekali. Sayangnya banyak wisatawan yang sibuk mengambil foto dari depan, sehingga menganggu langkah cepat mereka. Setelah mereka lewat, kami minta tolong seorang turis dari Jepang untuk foto. Kasian masguh yang tiap liburan cuma jadi tukang foto. Hampir tidak ada foto kami berempat. Makanya liburan kali ini kami gak malu untuk minta tolong orang lain motoin.

Seperti yang terlihat di peta, ada beberapa bangunan didalam komplek Grand Palace. Disini saya coba sharing bangunan apa saja yang ada disana dan apa fungsi juga sejarahnya. Jadi postingan ini akan banyak foto dan tulisannya agak panjang yah.

Grand Palace komplek dibangun tahun 1782 dan bukan hanya sebuah tempat tinggal kerajaan, tetapi berisi juga beberapa bangunan pemerintahan dan sebuah kuil/candi Emerald Budha. Luas komplek ini 218,000 meter persegi dan dikelilingi 4 buah tembok dengan total panjangnya 1,900 meter.

Bangunan pertama disebut The Royal Monastery of The Emerald Budha. Ketika masuk ke dalam, kita diminta untuk melepas topi dan alas kaki. Semua alas kaki diletakan di lemari didepan pintu masuk. Didalam bangunan tersebut kita tidak boleh mengabadikan dengan foto atau video. Kita juga tidak boleh berdiri terlalu lama disana. Karena banyak orang yang berdoa, jika kita ingin menikmati keindahan bangunan dalam … kita diminta duduk seperti orang lain yang sedang berdoa. Kita boleh mengabadikan foto/video hanya dipelataran atau bagian luar gedung tsb, seperti foto dibawah ini yang diambil di sisi kanan gedung:

Patung Emerald Budha dipahat dari sebongkah batu permata hijau (green jade) dan pertama kali ditemukan tahun 1434 di dalam sebuah stupa di daerah Chiang Rai. Saat itu patung tersebut dilapisi gips dan dianggap sebagai patung Budha biasa. Tetapi ketika seorang kepala biara menemukan gips dibagian hidung Budha mengelupas dan dibaliknya ditemukan permata hijau. Kepala biara tsb menyadari bahwa batu tersebut adalah batu zamrud (emerald dalam bahasa Inggris) dan setelah itu legenda tentang The Emerald Budha berkembang.

Patung ini sempat berada di Laos selama 226 tahun sebelum akhirnya Raja Rama I membawanya kembali ke Thailand tahun 1778. Saat Raja Rama I membangun kota Bangkok, ia mendirikan rumah khusus bagi patung Emerald Budha. Sampai sekarang, kuil ini tetap berfungsi sebagai tempat ibadah bagi masyarakat Budha di Thailand. Para wisatawan yang beragama Budha bahkan menyempatkan diri beribadah sejenak.

Saat ini patung Emerald Budha diabadikan dengan bentuk gaya duduk singasana trandisional Kerajaan Thai, patungnya terbuat dari warna emas, dilapisi 3 musim kostum (pakaian musim panas, musim hujan dan musim dingin). Kostum tsb diganti 3x setahun dalam sebuah upacara formal yang dilakukan oleh Kerajaan.

Bulan Februari memang bukan holiday peak season seperti juni-juli, tetapi entah mengapa hari itu banyak sekali wisatawan didalam komplek Grand Palace. Penuh banget ditambah matahari yang menyengat, bikin Fayra agak rewel. Mau ngambil foto dari sisi manapun ada gerombolan orang.

4 monumen utama pada teras komplek Grand Palace adalah:

  1. Tempat penyimpan peninggalan kerajaan berupa Chedi (candi) atau pagoda yang terbuat dari emas.
  2. The Mondop, gudang penyimpanan naskah daun lontar
  3. Miniatur Angkor Wat yang dibangun atas perintah King Mongkut (Rama IV)
  4. The Royal Pantheon, kuil yang dibangun atas perintah kekuasaan dynasty Chakri.

Bagunan di foto dibawah ini adalah The Chakri Maha Prasat selesai dibangun oleh Raja Chulalongkorn (King Rama V) pada tahun 1882, tahun yang sama ketika merayakan ulang tahun ke 100 kota Bangkok. Saat ini bagian gedung yang dibuka untuk umum hanya bagian depan (reception area). Gedung ini terdiri dari Central Throne Hall (singasana raja) dan 2 sayap gedung. Bagian Centrall Throne Hall digunakan untuk menyambut kunjungan kenegaraan dari duta besar negara lain.

Bagunan pada foto dibawah ini disebut The Borom Phiman Mansion. Dibangun dengan gaya kebaratan pada tahun 1903 oleh King Rama V untuk Putra Mahkota, calon raja berikutnya yaitu King Rama VI. Gedung ini juga digunakan untuk beberapa acara kerajaan juga tempat tinggal bagi King Rama VII (1925 – 1935), King Rama VIII (1935-1946) sampai raja yang sekarang yaitu King Rama IX. Di gedung ini lah Raja Thai sekarang menerima kunjungan Kepala Negara juga aparat pemerintah lainnya. Karena masih digunakan untuk tempat tinggal Raja yang sekarang, gedung ini terlarang untuk wisatawan umum.

Tidak salah kalau Raja Thai memberikan nama Suvanarbhumi untuk Airport di Bangkok, karena Suvanarbhumi dalam bahasa Thai berarti TANAH EMAS. Rafa pun takjub melihat keseluruhan unsur emas di setiap bangunan atau patung Budha sambil berkomentar: “Thailand itu negaranya kaya banget ya ma, liat aja semua dari emas gini

Karena udara makin panas kami jajan eskrim dulu di 7Eleven yang terletak di seberang komplek Emerald Budha, sambil bertanya jalan menuju objek wisata yang gak jauh dari komplek Emerald Budha yaitu Wat Po. Nantikan cerita dan foto Wat Pho dipostingan berikutnya yah.

Tips ke Emerald Budha:

  • Ta’ati peraturan untuk menggunakan pakaian sopan (berlengan, tidak ketat, bukan celana pendek, alas kaki tertutup).
  • Buka alas kaki dan topi saat masuk ke bangunan The Emerald Budha, jangan nunggu ditegur pertugas.
  • Letakan alas kaki dilemari yang sudah disediakan. Gak usah takut hilang, banyak petugas yang mengawasi diluar.
  • Tidak boleh mengabadikan The Emerald Budha dengan menggunakan foto/video. Kalau ketauan, siap-siap berurusan dengan petugas.
  • Sebaiknya pagi-pagi kesini karena makin siang makin panas, tempat yang bisa dilihat banyak banget dan area nya super duper luas.
  • Brosur yang diberikan saat beli tiket sangat informatif dan lengkap dengan peta. Kalau dirasa masih kurang, banyak orang yang menawarkan diri menjadi tour guide dengan biaya THB 300-600.

Semua posting tentang Bangkok bisa dilihat disini

Family Trip 2010

Family Trip 2010

Yuhuuuu… kami baru saja kembali dari liburan keluarga tahun 2010 loh. Sejak liburan terpaksa ke Hongkong itu, kok jadi ketagihan jalan-jalan yah. Dan akhirnya kami bikin ritual tahunan dengan berburu tiket murah di AirAsia aja dengan fokus ke negara yang tidak membutuhkan visa. Kalau tahun lalu kami pergi ke Malaysia, tahun ini kami mengunjungi Thailand dan Singapore.

Kami pergi ber4 selama 6 hari 5 malam dengan membawa: 1 koper besar, 1 koper sedang, 1 ransel (untuk termos dan susu fay), 1 tas selempang (untuk pasport, voucher hotel, tiket pesawat dan dompet), juga 1 tas kamera D70. Gak banyak kan?

Alhamdulillah untuk perjalanan jkt-bkk-sin-jkt, kami hanya membayar tiket AirAsia total sejumlah Rp3jt untuk 4 orang (semua dihitung dewasa karena Fay sudah lebih dari 3 tahun dan mendapatkan kursi sendiri).

Sementara hotel di Bangkok, kami mendapatkan voucher Hotel All Season Siam dari Agoda Travel dengan harga Rp 1jt untuk 3 malam. Kalau hotel di Singapore, kami mendapatkan voucher Hotel Summerview dari Pasopati travel dengan harga SGD 250 untuk 2 malam.

Seperti perjalanan sebelumnya, tempat yang akan kami kunjungi harus sesuai dengan minat anak-anak supaya mereka bisa menikmatinya. Shopping? Maaf, belanja-belanji tidak ada di agenda dan budget kami … jadi kami tidak membawa oleh-oleh selain foto dan cerita di blog ini.

Cerita lengkap akan disajikan ke dalam beberapa posting. Ditunggu yah!