3 jam di Hongkong (lagi)
Jadwal penerbangan dari Hongkong ke Jakarta, cuma ada 2x sehari yaitu jam 8 pagi dan jam 4 sore. Saya paling gak mau ambil penerbangan pagi, karena itu artinya saya harus berangkat dari Shenzhen jam 5 subuh. Dari Shenzhen butuh waktu 1,5 jam untuk bisa sampai ke Hongkong, itu pun kalau bukan hari libur nasional yang membuat antrian imigrasi di perbatasan suka mengular dan butuh waktu berjam-jam.
Tapi walaupun saya selalu ambil penerbangan sore, saya tetap berangkat pagi dari Shenzhen. Biasanya jam 7 atau 8 pagi saya sudah check-out hotel, supaya bisa sampai Hongkong jam 10an lah. Beberapa teman memilih bangun tidur siangan untuk membayar kekurangan tidur kami selama seminggu sebelumnya secara selalu pulang dini hari menjelang pagi. Mereka paling baru berangkat dari Shenzhen sekitar jam 11 atau malah setelah makan siang. Di pas-pasin supaya sampai airport Hongkong 2 jam sebelum terbang.
Buat saya, itu namanya buang-buang waktu. Selain karena saya manusia pagi, saya juga memilih menggunakan waktu 3-4 jam sebelum waktu terbang, untuk menikmati kota Hongkong. Karena tidak terlalu besar, kita bisa menikmati beberapa tempat dalam waktu yang demikian singkat. Untungnya saya selalu mendapat teman yang suka jalan juga, jadi gak sendirian seperti yang saya lakukan sebelumnya.
Saya juga paling senang memanfaatkan fasilitas Online Check-in yang disediakan maskapai penerbangan. Saya lakukan sehari sebelumnya, supaya sampai di airport saya tinggal nyetor bagasi aja. Untuk tas laptop atau bawaan lain yang masuk cabin, saya taruh ditempat penitipan.
Caranya mudah:
- Datang ke lantai 3 – terminal 2
- Siapkan passport, untuk kemudian di copy sama petugas
- Maksimal berat barang 30kg/item, dan lolos mesin security checking
- Mengisi form yang disediakan
- Bayar HK$12/jam atau HK$140/hari (dibayar saat ambil barang)
- Kita bisa menitip dan mengambil barang selama jam operasional, yaitu Senin sampai Minggu dari jam 5:30 pagi sampai jam 1:30 pagi (tutup cuma 4 jam)
Setelah koper masuk bagasi (ke petugas checkin maskapai penerbangan) dan tas laptop masuk penitipan, saatnya berkeliling Hongkong!
Supaya cepat, saya dan 2 orang teman memilih naik Airport Express ke tengah kota. Ternyata ada paket kombo, harga 3 tiket lebih murah dari satuan. Kami turun di Central Station kemudian lanjut jalan kaki.
Sebenarnya pingin banget naik tram keliling kota, tapi kami bertiga memutuskan untuk fokus ke The Peak karena 2 teman saya belum pernah kesana. Sementara saya sudah pernah tahun 2008 seperti yang saya ceritakan di sini, tapi saat itu juga belum puas banget karena hujan dan banyak kabut.
Saat berjalan kaki, kami melewati beberapa tempat yang sebenarnya menarik untuk dikunjungi. Misalnya Hongkong Book Center, saya udah mau masuk aja ke dalam … tapi teman mengingatkan bahwa saya bisa lupa waktu kalo udah ketemu buku. Jadi saya ditarik untuk terus melanjutkan perjalanan.
St. John Cathedral
Kami nyasar … masuk ke dalam komplek gereja Cathedral St. John. Di sepanjang jalan dari Book Center sampai ke gereja, saya melihat banyak Tenaga Kerja Philipines yang lalu lalang. Seperti hal nya Tenaga Kerja Indonesia yang menghabiskan hari liburnya untuk berkumpul dengan sodara sebangsa di Victoria Park, orang Pilipin berkumpul di sekitar gereja sekalian mereka ibadah ritual.
The Peak
Sebenarnya menurut petunjuk hasil browsing, kami cukup berjalan kaki 15 menit untuk bisa sampai di the Lower Peak Tram Terminus. Ntah kenapa sepertinya kami jalan kaki muter-muter gak jelas gitu. Ada hikmahnya juga sih, saya jadi tau gereja tertua di Hongkong.
Hari Minggu … wajar kalau wisatawan banyak sekali, membuat antrian beli tiket dan naik Peak Tram penuh sampai keluar. Semua orang datang memilih jalur ini untuk merasakan kereta mendaki ke arah bukit dengan kemiringan 45 derajat dengan kecepatan 6 meter per detik. Sampai di atas, capeknya ngantri terbayar lunas begitu melihat pemandangan seperti foto di bawah:
Sepertinya kami datang di saat yang tepat. Tidak hujan, awan cerah, matahari bersinar maksimal, pemandangan kota Hongkong terhampar jelas di depan mata. Dengan sedikit berjalan mengikuti The Circular Walk, kami dapat spot foto dengan latar belakang layaknya ada di wallpaper komputer. Kalau kita ikuti terus, maka kita akan sampai ke air terjun juga. Sayang kami gak punya cukup waktu, jadi kami memilih untuk masuk ke dalam The Peak Tower untuk menikmati Madame Tussauds.
Madame Tussauds
Ini adalah museum patung lilin yang dibuka pertama kali di Asia tahun 2006. Di dalamnya terdapat lebih dari 100 patung lilin dari orang-orang terkenal di dunia, dengan tokoh Asia menempati lebih 1/3 dari total patung yang ada. Mulai dari artis, atlit, pahlawan sampai kepala negara. Tak ketinggalan presiden pertama Indonesia, bapak Soekarno hadir dengan gagah dan gantengnya.
Tempat ini cocok untuk para banci foto menyalurkan hasrat narsis. Siapkan memory yang besar untuk menyimpan file foto karena pasti kita iseng foto dengan berbagai macam gaya. Sayangnya ada beberapa tokoh yang dikenakan biaya tambahan untuk bisa foto bersama, misalnya Jackie Chan, Barrack Obama, dll. Dengan ukuran patung yang dibuat sesuai badan tokoh tsb, maka saya jadi tau kalo Gandhi dan Einstein ternyata mungil. Sementara Lady Diana dan Nicole Kidman sangat menjulang. Pembuatan setiap patung membutuhkan waktu sampai 6 bulan oleh tim yang terdiri dari 20 orang dan menghabiskan biaya sampai HK$ 1jt.
Keasyikan foto-foto membuat kami tidak sadar kalau jarum jam sudah menunjuk ke angka 2, padahal pesawat kami ke Jakarta akan berangkat jam 4. Untuk menghemat waktu, kami naik taxi langsung ke airport. Alhamdulillah karena sudah online checkin dan setor bagasi, kami tidak terburu-buru di dalam bandara. Setelah ambil tas laptop di tempat penitipan, kami masih sempat makan siang sebelum boarding.
Bye Hongkong!