Browsed by
Tag: blog31hari

Pindah Terminal

Pindah Terminal

Akhirnya setelah 4 tahun 4 bulan saya mengabdi di perusahaan dan setahun terakhir diberikan wewenang sebagai preman terminal, saya merasa harus melanjutkan langkah diluar. Kebetulan beberapa bulan terakhir ada beberapa tawaran yang datang. Saya hanya bisa bersyukur, dikala orang lain susah mencari kerja … saya malah ditawari beberapa kesempatan. Dan setelah melalui proses yang lumayan panjang, akhirnya saya menetapkan hati … untuk pindah terminal *masih tetap sebagai preman*.

4 tahun terakhir saya bertemu banyak orang dengan beragam latar belakang. Orang-orang yang dengannya saya habiskan sebagian besar dari waktu 24 jam perharinya. Berkat mereka, saya tumbuh menjadi lebih dewasa. Belajar dari mereka, saya merasa lebih matang. Mengenal mereka lebih dekat, saya makin bersyukur atas karuniaNYA. Karena mereka adalah sebagian dari anugerah yang dilimpahkan Tuhan dalam kehidupan saya.

Juragan sudah tau saya menjalani proses di tempat lain dan sangat merestui pergerakan saya. Dengannya saya berbagi roadmap hidup yang ingin saya capai 5 sampai 20 tahun kedepan. Dorongan semangat dan nasehat darinya membuat saya semakin mantab memilih. Bahkan beliau mengijinkan saya untuk pergi ke Dubai sebagai tugas akhir darinya, walau tau saya harus pergi sepulang dari sana. Beliau bilang “gw mau elo belajar de. You go there as company representative. But you have to learn from them. Its for your reference in your future own life!

What a great boss i have!

Hari pertama kembali ke kantor setelah saya pulang dari Dubai, malamnya saya menerima bbm. Boss ditempat baru meminta saya untuk masuk lebih awal. Padahal kesepakatan dalam kontrak hari pertama saya adalah tgl 7 Juni 2010. Tetapi karena ada event yang harus dihadiri di Taipei tanggal 1-3 Juni, saya diminta berangkat tgl 31 May 2010. Wah saya gak enak, udah bilang juragan kalo hari terakhir tgl 4 Juni soalnya. Akhirnya saya telp beliau malam itu, dan saya mendapat jawaban yang benar-benar diluar dugaan “GO de! you can do it. Tomorrow i will accompany you to HRD and explain them. We’ll make your last day come earlier

Besok paginya kami menghadap HRD dan bilang kalo saya harus pergi ke Taipei hari senin, dan mohon agar proses clearance di percepat. Settlement untuk Dubai Business Trip pun diselesaikan hari itu juga.

Hari berikutnya saya sibuk mengurus dokumen untuk keperluan visa. Saya ke bank untuk buka rekening gaji baru. Saya menghadap HRD kantor baru untuk mengurus perubahan tanggal masuk. Alhamdulillah semua proses lancar dan saya pun sudah punya notelp juga email kantor baru. Saya pergi ke percetakan untuk membuat business card kantor baru. Pokoknya semua kilat dalam sehari.

Hari kamis 27 Mei 2010 menjadi hari terakhir saya di kantor ungu karena jumat merupakan hari libur nasional. Saya tidak mau mengirim email perpisahan seperti orang kebanyakan, yang menyatakan betapa perusahaan ini telah menjadikan diri kita menjadi lebih baik dan mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang didalamnya dengan kalimat panjang lebar yang saya yakin orang tau intinya dan gak akan baca semuanya. Saya kan bukan keluar (resign), tetapi saya cuma LULUS. Kata itu lebih tepat digunakan karena bermakna lebih luas. Dengan menggunakan template email Kabar Gembira yang biasa digunakan HRD, saya membuat email dengan gambar dibawah:

Ketika saya pamitan dan salam-salaman keliling beberapa lantai, respon orang lucu-lucu deh. Mereka pikir email itu bercanda. Sebagian lain gak ngerti maksudnya apa dan bilang “nice pict”. Hahahaha.

Kesibukan seminggu ini membuat saya tidak sempat sarapan. Clearance proses membuat saya mondar mandir dari pagi. Saat makan siang, saya bersama 2 teman pergi ke PP … ceritanya mau makan besar karena udah kelaperan banget. Eh sampai sana badan saya lemas, kepala berat dan tiba-tiba pandangan hitam. Saya sempat kirim msg ke bbgroup “gw pengsan“. Dan teman saya bilang “gw gendut de, tapi elo berat juga kalo digotong” hehehehe. Gak lama beneran saya gak kuat ngapa-ngapain lagi. Dan mereka pun membawa saya ke UGD RS Jakarta naik taxi.

jiah…sang preman yang katanya jagoan itu pun tumbang. Saya diberikan oxigen dan infus selama 2 jam. Masguh pun ditelpon dan langsung datang ke RS. Setelah infus abis dan saya merasa enakan, saya diperbolehkan untuk pulang.

Saya kembali ke kantor untuk menyelesaikan proses clearance terakhir. Mengembalikan IDcard dan laptop perusahaan. Sayang hari itu teman-teman divisi hanya ada sebagian, juragan pun lagi cuti untuk liburan. Saya menerima tabung ‘tanda kelulusan’ dari teman-teman yang berisi sebuah kaos dengan tulisan EAGLE FLY, CHICKEN STAY
Mungkin sebagian teman yang tau saya kerja dimana, pasti langsung ngeh makna ‘chicken’ dalam tulisan tersebut dan kenapa bawa-bawa ayam ke dalam kalimat tsb. Tapi kalimat ini pun bisa bermakna lebih dalam lagi: jagoan pergi, penakut tetap tinggal. hehehe

Menurut saya ada 3 kelompok orang yang tinggal disana (atau di perusahaan lain udah kelamaan):

  1. Orang yang emang niat kerja disana. Entah krn perusahaan tsb bagian dari mimpinya untuk benar-benar mengabdikan diri, atau memang karena perusahaan tsb sudah memberikan segala yang dia butuhkan.
  2. Orang yang hanya menjadikan pekerjaannya sbg status. Bbrp orang yang saya kenal di pabrik panci misalnya, punya usaha sampingan yang sudah running well. Jadi bekerja di pabrik panci hanya sbg status aja, selain itu karena beliau udah lama … ijin-ijin ninggalin kantor gampang banget. Kerja gak pake target, gak usaha untuk naik grade, yang penting ada pemasukan tetap per bulan karena bisnis kan bisa naik turun.
  3. Orang yang emang gak ada tawaran di luar atau memang belum berani melangkah keluar aja.

Apapun alasannya, itu adalah hak pribadi yang bisa kita pilih. Masa depan kita adalah tanggung jawab kita sendiri.

Kalau saya jujur masih bekerja untuk uang. Saya akan maju terus membela bayaran lebih besar. Kepindahan saya ini adalah yang ke 6 dalam kurun waktu 14 tahun. Walau beberapa orang ngatain saya ‘pelacur telco‘, saya mah bodo amat hahaha. Saya cuma bersyukur bahwa kemampuan saya masih dibutuhkan orang lain dan mereka menghargainya.

Alasan kepindahan kali ini:

  1. Gaji sedikit lebih banyak
  2. Tunjangan kesehatan full unlimited termasuk untuk suami dan anak-anak (ditempat sebelumnya semua wanita dianggap single kecuali ada surat kematian suami atau surat cerai)
  3. Bensin, tol, parkir bahkan service mobil dibayarin kantor
  4. Tunjangan telekomunikasi juga dapat untuk 2 nomor paskabayar.

Jadi gaji saya bisa difokuskan untuk membantu bayar sekolah anak-anak dan kebutuhan operasional rumah tangga. Beli gincu dan beha bergantung berlian? wah tentu bisa dong! hahahaha

Alhamdulillah … alhamdulillah … alhamdulillah

Tidak ada habisnya kalimat itu saya ucapkan. Saya benar-benar bersyukur semua ini datang tepat pada waktunya. Disaat kami sedang menata keping puzzle kehidupan kami yang semakin membesar, secara jumlah anak juga udah 2 … kepingan puzzle yang harus ditata pun jumlahnya jadi lebih banyak. Allah berikan tepat pada waktunya, tidak lebih dulu … tidak pula terlambat. Rumah baru, sekolah anak baru, kerjaan baru dan masguh pun mendapat jabatan baru. Alhamdulillah.

Enggak ada jalan kehidupan orang yang mulus sempurna. Ada lobang-lobang yang harus dilalui, ada tanjakan, ada turunan. Mundur 1 langkah ke belakang untuk mengambil ancang-ancang, dilanjutkan 5 langkah mantab ke depan. Semua butuh perjuangan. Mari bikin roadmap hidup, apa yang ingin kita capai 5-10 tahun kedepan? Supaya kita punya gambaran, langkah apa yang harus kita ambil dan kebayang perjuangan yang harus dilakukan untuk mencapainya.

Disinilah saya sekarang, dengan status yang sama sebagai preman … hanya beda terminal. Langkah yang harus saya tempuh, untuk mencapai roadmap hidup yang lebih jauh lagi. Semoga saya tidak hanya singgah di terminal, tapi juga bisa merasakan airport hehehehe.

Pelajaran hidup dari Dubai

Pelajaran hidup dari Dubai

Kepergian saya ke Dubai, memang hanya untuk kerja. Miting selama 1,5 hari atau total 12 jam, sementara perjalanan PP sekitar 20 jam. Tetapi karena saya punya beberapa teman yang tinggal disana, saya putuskan untuk perpanjang masa tinggal disana menjadi 1 hari lebih lama.

Daryatmo (kanan), teman STM yg sudah 1,5thn di Dubai

Alhamdulillah setelah menghubungi mereka via FB, semua menawarkan saya untuk tinggal dirumah mereka. Tapi karena rumah Amo jauh dari hotel tempat saya nginap, saya memilih untuk tinggal di rumah Rani yang kebetulan gak jauh dari hotel. Lagipula saya merasa lebih enak tinggal dirumah teman perempuan. Maaf kalo agak rasis terhadap jenis kelamin hehehe. Jadi sebelum besoknya saya tinggal dirumah Rani, malam tsb saya dan Amo bertemu di Dubai Mall.

Pagi yang cantik diteras apartemen Rani

Amo dan Rani sharing beberapa hal yang menjadi pelajaran berharga untuk saya. Amo saat ini bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi, sementara suami Rani bekerja di sebuah bank pemerintahan setempat dan Rani sendiri melanjutkan Master Psikologi di sebuah universitas Australia disana. Saya mengajukan banyak pertanyaan kepada mereka. Penasaran dengan keberanian mereka memutuskan untuk hijrah dan mengadu nasib di negeri orang.

Mereka bilang sebagian besar orang Indonesia yang tinggal disana memang alasan utama nya untuk mencari uang lebih banyak. Dengan biaya hidup yang 2x lipat Jakarta, tetapi penghasilan mereka bisa 5-10x lipat gaji Jakarta.

Target awal mereka cuma ingin ‘menabung’ selama 2 tahun, setelah itu mereka akan kembali ke Indonesia. Tetapi setelah mereka tinggal disana, mereka jadi betah dan mungkin target 2 tahun tersebut akan molor menjadi 5 tahun atau lebih.

Alasan utama yang mereka sebutkan antara lain:

  • Gaji bisa ditabung 50%
  • Kehidupan disana sangat teratur, transportasi umum nyaman dan harga mobil + bensin lumayan murah. Mobil Fortuner bisa dibeli dengan harga Rp120jt, sementara bensin hanya Rp 2,500/liter.
  • Semua orang disana berbicara dalam bahasa Inggris. Sehingga kendala komunikasi sangat minim.
  • Negaranya kecil, jadi kalau mau kemana-mana dekat. Maksimal ditempuh dengan perjalanan 30-60 menit dari ujung ke ujung. Tidak ada macet pun.
  • Jam kerja dimulai jam 9 pagi, selesai jam 6-7 malam. Tapi karena daerahnya kecil dan tidak ada macet, mereka cuma butuh 10-20 menit untuk bisa sampai dirumah. Waktu untuk berkumpul dengan keluarga lebih banyak. Coba bandingkan dengan kerja di Jakarta, untuk pulang ke rumah aja butuh waktu 1-2 jam. Sampai rumah, anak sudah pada tidur. Paling puas ketemu anak cuma di akhir pekan. Quality time ini yang sangat berharga dimata mereka.

Tentunya ada beberapa kekurangan:

  • Biaya sekolah anak sangat mahal. Masuk TK aja biaya nya mencapai 100jt per tahun
  • Jauh dari keluarga, kalo ada apa2 tiket pulang lumayan mahal
  • Adanya diskriminasi penduduk lokal dalam hal penggajian. Pribumi yang disebut Emirati, memiliki tunjuangan emirati, sementara pekerja pendatang ya hanya gaji aja. Jadi jangan sakit hati kalo kerjaan sama, posisi sama, tapi gaji gedean mereka hehehe

Diantar keliling kota, begron foto ini: Dubai Flyer

Disana saya belajar bahwa ISLAM tidak sama dengan ARAB, begitu pun sebaliknya. Karena penduduk lokal disana kasar, baik saat berbicara, perilaku maupun saat membawa kendaraan. Dan mereka cenderung pemalas, karena tanpa harus kerja keras tunjangan dari pemerintah pun melimpah. Bahkan untuk wanita yang bekerja kantoran, setiap mereka melahirkan akan menerima upeti dari kantor dan pemerintah. Jadi kerjaan nya cuti melahirkan melulu hehehe. Pemalasnya ini diturunkan ke anak-anak mereka. Kalau kita ke mall di jam kerja (9to5) ya isinya perempuan dan anak-anak, karena banyak dari mereka yang tidak menyekolahkan anak-anaknya.

Wanita di Dubai cenderung glamor. Kerjaan mereka hanya belanja dan belanja. Merek-merek sekelas MNG, Zara, Guess, Paris Hilton gak laku … karena yang mereka buru adalah merek sekelas Aigner, Guci, LV, Hermes, etc. Gamis hitam yang mereka gunakan hanya sebagai simbol bahwa mereka Emiraty alias pribumi. Dibaliknya mereka menggunakan tanktop, skinny jeans, stilleto/high heels, dan tas yang mereka jinjing semuanya dibeli lengkap dengan kotak/dus *kebayang kan harga tas berapa kalo belinya didalam dus*. Jumat malam disana sama dengan malam minggu disini (wiken mereka jumat-sabtu), wanita-wanita ini akan keluar ke tempat umum dengan dandanan yang luar biasa heboh. Kerudung hitam hanya cantolan, karena biasanya mereka sasak tinggi rambutnya dan gak jarang disanggul juga. Semakin malam, semakin tinggi sasakannya. Dan tempat hangout pun menjamur. Apalagi kalo private party yang cuma perempuan-perempuan, wuiihhh artis holiwut kalah heboh dandanannya. Ketika mereka berkunjung ke waterpark, banyak juga yang pakai bikini … dan saat mereka keluar, mereka akan kembali menggunakan gamis hitamnya.

Tentu tidak semua orang Arab seperti itu, tapi begitulah yang saya lihat sebagian besar dari mereka. Menutup aurat bukan dilakukan karena kepatuhan mereka terhadap agama, melainkan hanya sebatas adat dan harga diri yang membedakan mereka sebagai pribumi dengan pendatang. Saya paham sekarang kenapa Nabi diturunkan di tanah sana, mungkin karena akidah mereka yang sedemikian hingga membutuhkan ajaranNYA langsung dari utusanNYA.

Untuk pendatang tidak ada kewajiban untuk menggunakan pakaian tertutup. Hukum disana lebih ditekankan kepada perilaku. Menurut cerita ada seorang pendatang yang bertemu temannya di tempat umum (mall) dan mereka dengan reflek cipika cipiki ditempat. Saat itu ada seorang perempuan lokal bercadar besi (sampai saat ini saya masih tidak habis pikir apa bedanya cadar kain dan besi, dan kenapa mereka menggunakan besi untuk menutupi sebagian wajahnya) yang melihat dan marah-marah. Wanita tsb bilang mereka memberikan contoh yang buruk untuk anak-anaknya. Wanita ini pun langsung melaporkan mereka ke polisi. Akibatnya? mereka dipenjara 1 bulan dan berita ini masuk di koran lokal. Memalukan bukan?

Jadi walaupun kita berjalan dengan pasangan hidup (suami/istri), kita tidak bisa menunjukkan kemesraan didepan umum … bahkan hanya untuk sekedar bergandeng tangan. Sementara kalau pakai baju terbuka tidak masalah selama berkelakuan sopan.

Ah senangnya saya mendapatkan pelajaran baru dari perjalanan ini. Orang bilang “traveling makes you open minded”. Yah karena dengan berpergian ke tempat lain kita akan mempelajari perbedaan, dan ini membuat kita lebih menerima perbedaan itu sendiri.

Semua posting tentang Dubai bisa dilihat disini

Menulis 31 hari

Menulis 31 hari

Ide ini dilemparkan manusia kursi Pesta Blogger 2010 di twitterland, yang menantang blogger untuk menulis selama 31 hari di bulan Mei. Atas provokasi @dahliakgb, maka saya bersama gerombolan siberat lain (KGB): @sikiky, @indahjuli, @fitraDZ, @ngecuprus, @retma79, @sidinot menerima tantangan itu.

Tapi kami baru tau tantangan itu di tanggal 3 May … yang artinya sudah lewat 3 hari aja di bulan ini. Dengan tekad kuat *tssaahhh* kami tetap memenuhi 31 hari menulis, walo nanti backdated atau dirapel nulisnya.

Jadi tulisan ini saya backdated tanggal 2 yah hihihihi. Soalnya tulisan berikutnya dibuat tanggal 3 May.

Walo dimulai telat, kami akan berusaha meneruskan posting 31 hari kedepan sampai awal juni. Yang penting jumlahnya tetap 31 postingan.

Tantangan ini disambut meriah di twitterland dengan topik #blog31hari.

Blogger karatan (secara udah ngeblog dari tahun 2003-2004) ingin menunjukkan pada penduduk dunia maya bahwa kehadiran Facebook dan twitter tidak membuat kami berhenti untuk menulis.

Saya sendiri memisahkan informasi yang saya berikan antara FB, twit dan blog.

Yang jelas paling lengkap ya di blog.

Yang spontan ada di twit.

Yang umum ada di FB (soalnya banyak partner kerja dan juragan disitu hehehe).

wokeh…kita liat seberapa konsistennya saya menulis selama 31 hari kedepan. Walau saya tetap menganggap diri saya konsisten karena tetap menulis selama hampir 7 tahun ini.

Semoga tulisan saya bukan hanya bersifat “kejar setoran”.

Tertarik untuk ikutan tantangan ini? Nulis yuukkk