Sepatu Orang Lain

Sepatu Orang Lain

image

*re-share dari path Santi*

Kita hanya mampu membeli tas tangan seharga 500ribu rupiah. Ketika kawan kita membeli tas tangan seharga 5juta rupiah, kita bilang kawan kita berlebihan. Padahal ia belanja tak pakai uang kita. Ternyata ia sudah berhemat untuk tidak membeli tas seharga 40juta rupiah yang sanggup ia beli.

Kita hanya mampu hidup selalu di dekat suami. Ketika kawan kita berpisah jarak dan waktu dengan suaminya, kita bilang kawan kita gegabah. Kita bilang ia menggadaikan rumah tangga demi materi. Ternyata ia tetap hidup rukun dan bahagia dalam perjuangan rumah tangganya.

Kita hanya mampu menjadi ibu rumah tangga. Ketika kawan kita memilih bekerja sebagai pegawai, kita bilang ia menggadaikan masa depan anak. Ternyata ia bangun lebih pagi dari kita, belajar lebih banyak dari kita, berbicara lebih lembut pada anaknya, dan berdoa lebih khusyuk memohon pada Tuhan untuk penjagaan anak-anaknya.

Kita hanya mampu mengatur uang belanja 1juta rupiah sebulan. Ketika kawan kita bercerita pengeluaran belanja bulanannya sampai 6juta rupiah, kita bilang ia boros. Padahal ia tak pernah berhutang pada kita. Pinjam uang pun tidak. Ternyata mereka sedekah lebih banyak dari uang belanjanya. Ternyata mereka tak pernah lupa membayar zakat.

Siapa yang rugi?

KITA

Belum-belum sudah mudah menilai. Bisa jadi malah buruk sangka. Padahal kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya orang lain hadapi, orang lain lakukan, di luar sepengetahuan kita.

Jangan mengukur SEPATU orang lain dengan kaki kita. Jangan pernah mengukur kehidupan orang lain dengan ukuran hidup kita. Rawan tak tepatnya.

Mari kita belajar untuk tidak mudah menghakimi.

#selfreminder #notetomyself

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

9 thoughts on “Sepatu Orang Lain

  1. Mosok “jadi ibu rumah tangga” dikatakan *hanya*..??
    Pdhal itu jabatan paling mulia dan tidak ringan bagi seorang wanita.
    Tidak semua orang mampu menjalaninya.. apalagi dengan ikhlas dan senang.

    Hidup di dekat suami koq dikatakan *hanya*…?
    Pdhal itu sebaik-baik kondisi yg disyaratkan utk menjadi seorg istri..

    “Mampu mengatur uang 1jt rp / bulan”, dikatakan *hanya*… pdhal itu kemampuan luar biasa…

    Penulis aslinya siapa ya?
    Yg menulis ini kayaknya bukan Muslim deh…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *