Perkembangan Fayra
Seperti yang udah saya ceritakan sebelumnya, Fayra sempat mengalami kesulitan dalam belajar membaca. Hal ini dikarenakan adanya konflik dalam penggunaan bahasa. Ternyata sulit mengajarkan anak baca tulis dalam beberapa bahasa dalam kurun waktu yang bersamaan. Harus fokus ke satu bahasa, baru kita bisa lebih mudah untuk mengajarkan bahasa lain.
Rafa tidak mengalami kesulitan ini, karena memang Rafa sudah bisa baca tulis di umur 3 tahun (sebelum masuk Play Group). Dan saya boleh bangga karena saya sendiri yang mengajarkan Rafa untuk baca tulis. Rafa baru mengenal baca tulis dalam bahasa Inggris di SD. Walau TK juga diajarkan Bahasa Inggris, tapi lebih ke percakapan. Baca tulis di sekolah tetap dalam Bahasa Indonesia. Jadi begitu Rafa masuk SD yang bahasa pengantarnya fully English, Rafa tinggal ‘decoding’ saja.
Sementara Fayra mengenal Bahasa Inggris di TK. Di saat yang sama saya mengajarkan baca tulis dalam Bahasa Indonesia di rumah. Padahal di sekolah, dengan bahasa pengantar fully English tentu saja baca tulis yang diajarkan juga dalam Bahasa Inggris. Saat yang bersamaan setiap Sabtu dan Minggu, Fayra belajar baca tulis dalam Bahasa Arab (Iqra). Akibatnya konflik deh. Setiap diberikan sebuah kata, Fayra agak sedikit lama mencernanya. Agak blank di awal, atau didahului dengan pertanyaan “ini bahasa Indonesia atau English, ma?”
Walikelas Fayra juga memberi catatan di buku komunikasi. Dan saya mulai ngerem pelajaran baca tulis dalam Bahasa Indonesia di rumah. Saya juga tidak memaksakan pelajaran Iqra nya. Saya lebih fokus ke metode phonic untuk mengajar baca tulis dalam Bahasa Inggris. Setelah berjalan 2 bulan, terasa sangat perubahannya. Dipantau juga oleh walikelas dan dimasukan dalam catatan.
Catatan pertama (Term I, week 8): Fayra harus lebih mengenal huruf dan pengucapan dari huruf tersebut.
Catatan kedua (Term I, week 10): Fayra sudah mulai bisa mengikuti pelajaran dan berani bertanya jika ada yang kurang dimengertinya.
Catatan ketiga (Term II, week 2): Fayra sudah bisa mengikuti pelajaran, walau terlihat lebih menikmati ‘angka’ dari pada ‘huruf’. Bahkan sudah bisa membantu temannya yang kesulitan dalam pelajaran matematika. Yak confirmed lah ini anak saya dan Masguh, terbukti Fayra itu manusia angka – bukan manusia kata *lirik nte Dinny*
Catatan keempat (Term II, week 3): Fayra sudah bisa membaca cerita pendek dan menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan cerita tersebut. Untuk berhitung, gak usah ditanya lah ya hehehe
Alhamdulillah … yeay!
Akhirnya Fayra bisa membaca dalam Bahasa Inggris. Dan percaya atau tidak, begitu Fayra bisa baca dalam Bahasa Inggris … dia pun otomatis bisa membaca dalam Bahasa Indonesia. Walau kadang nulis Kancil menjadi Cancil hahahaha
Perjuangan terbayarkan! Dan syarat masuk SD: harus bisa baca tulis hitung … sudah dikuasai Fayra. Alhamdulillah.
I’m so proud of you sweety *kecup*
6 thoughts on “Perkembangan Fayra”
Aku lbh byk ksh stimulus mewarnai dongeng n musik ke anak perempuanku bharap otak kanannya lbh dominan tp dianya lebih suka bljr kalistung 😀 —-> manusia angka jg kyknya neh Mb hehe
well done Fayra 🙂 ga kerasa udah mau SD.
makasih udah share ceritanya ya…:) salam kenal slalu
siipppppp…. tahun depan mo masup SD ya? cepet-nya ih…
Wah, fayra hebat, tante dulu bisa bahasa inggris pas SMP (hehe,malu), terus belajar ya fayra biar tambah pinter
Salut jeng, selamat mendampigi belajar sang buah hati. Salam