Meremajakan Maribaya
Maribaya adalah lokasi favorit orangtua saya ketika saya kecil dulu. Yang ada di bayangan saya, butuh waktu tempuh beberapa jam dari Jakarta untuk bisa mencapai Maribaya. Wajar saja karena jaman dahulu belum ada tol Cipularang yang sekarang membuat Bandung dan Lembang terasa sangat dekat dengan Jakarta.
Setelah sempat ditutup sekian lama, sejak pertengahan tahun 2015 Maribaya kembali dibuka untuk wisatawan. Harga tiket masuk yang dulu hanya beberapa ribu rupiah, sekarang sudah naik menjadi 35rb per orang.
Proses peremajaan Maribaya sudah berlangsung selama 2 tahun. Walau sampai saat ini belum juga selesai, Maribaya sudah menerima pengunjung. Nuansa yang terlihat dari halaman parkir sangat modern dengan memadukan unsur tradisional berupa material kayu.
Tiket masuk tidak lagi berbentuk kertas yang disobek, melainkan kartu dengan ukuran standar kartu ATM atau kartu kredit. Saat masuk ke dalam, saya benar-benar terpukau dengan perubahan Maribaya.
Fasilitas yang disediakan sungguh memanjakan wisatawan. Toilet bersih dengan air berlimpah, toko souvenir dengan bentuk bangunan yang unik, ada barisan food court yang menjual aneka makanan dan minuman, musholla, sampai tempat penitipan helm motor.
Taman bermain anak juga memikat. Rumput sintetis terhampar di taman yang penuh dengan mainan. Lokasinya tidak jauh dari Amphitheater. Di depan taman bermain anak, ada beberapa kios yang menjual cemilan. Pisang goreng di tengah udara Lembang yang diguyur hujan, sungguh menggoda iman.
Sejak jaman saya kecil, Maribaya dikenal sebagai lokasi wisata yang memiliki air terjun dan sumber air panas yang konon katanya bisa menyebuhkan berbagai penyakit. Sampai saat ini, 2 hal tersebut disempurnakan dan menjadi tagline Maribaya – Natural Hot Spring Resort and Waterfall. Tercemin dari disediakannya beberapa fasilitas baru di antaranya: VIP Pool, Foot Spa sampai Kamar Rendam. Tentunya ada harga tiket berbeda yang harus kita bayar lagi.
Jangan khawatir kelaperan di dalam Maribaya. Sebuah cafe mewah berdiri tepat di samping air terjun. Kita bisa melahap makan siang dengan suara gemuruh air terjun sambil menikmati pemandangan Hutan Raya Ir. Djuanda.
4 thoughts on “Meremajakan Maribaya”
Saya baru tahu tentang Maribaya ini dari sini Mbak De. Ya ampun parah bener ya. Pengen nyobain ke sana jadinya. Hehehe.
wah, kalo ke bandung coba singgah di sana ah.. belum prnh k tempat ini mba, walopun nama maribaya kyk familier dengernya 🙂
iiih keren yaa, boleh niii buat destinasi wisata kalau lagi ke Bandung.. thanks reviewnya
Jadi rapi ya ..
Saya yang sejak kecil tinggal di Lembang, malah belum pernah ke sini.
Padahal dulu sekolahnya di Jl. Maribaya. Kalau yang dekat memang suka begitu ya, ngerasa bisa kapan aja mengunjungi, malah ngga sampe2.