Menyusuri Selat Bosphorus
Hari ke 6 di Turki, Rabu 25 Nov 2015
Kalau naik ferry di Batam kita bisa pindah negara (Indonesia – Singapore) dalam waktu sekian menit, seperti hal nya naik ferry di Hongkong kita juga bisa pindah 2 negara (Hongkong – Macau, Hongkong – Shenzhen China), atau naik ferry di Qingdao China kita bisa juga pindah 2 negara (Qingdao – Incheon Korea, Qingdao – Shimonoseki Jepang) … yang satu ini kita bisa pindah benua dalam waktu sekian menit saja.
Iya … dengan naik boat / ferry di Istanbul, kita bisa berpindah dari benua Asia ke Eropa atau pun sebaliknya dalam satu waktu. Keren kan?
Karena itu kami tidak mau melewatkan kesempatan ini dengan mengikuti Bosphorus Tour yang dibeli dari travel agent di Selcuk.
Paket tur Bosphorus ditawarkan dalam beberapa pilihan:
- Tur 2 jam dengan melihat pemandangan selat Bosphorus dari atas kapal, harga 20an Euro
- Tur 1/2 hari (4-5 jam) menikmati keindahan Bosphorus dengan ferry juga dengan cable car, harga 30an Euro
- Tur 1 hari (8 jam) lengkap dari mulai menyusuri selat Bosphorus dengan ferry, mengunjungi beberapa tempat bersejarah dengan bus, dan menikmati keindahan kota Istanbul dari atas cable car, harga 50an Euro
Kalau mau nyebrang aja sih, tinggal beli tiket Ferry seharga 3-10 Lira (tergantung bentuk dan ukuran kapal).
Kami mengambil paket yang paling lengkap. Selain ingin mengunjungi tempat bersejarah, kami juga ingin mendengar latar belakang dan cerita lengkapnya dari pemandu wisata yang fasih berbahasa Inggris. Harga paket tersebut sudah termasuk antar jemput dari dan ke hotel, tetapi tidak termasuk makan siang.
Berikut beberapa bangunan yang sempat kami singgahi ataupun hanya sekedar melihat dari atas ferry dan mendengar penjelasan dari tour guide mengenai tempat tsb:
Dolmabahce Palace
Dolmabahce Palace merupakan tempat tinggal dari 6 kesultanan Turki mulai tahun 1856. Istana ini pernah digunakan sebagai pusat administrasi utama dari Kekaisaran Ottoman periode 1856-1922, kecuali selama 22 tahun (antara tahun 1887–1909) di mana digunakan Istana Yıldız.
Mustafa Kemal Atatürk, pendiri dan President Republik Turki pertama, menggunakan bangunan ini sebagai tempat tinggal setelah pindah dari Istana Topkapi.
Dari atas kapal ferry, terlihat betapa besar dan megahnya bangunan istana Dolmabahce. Bangunan ini ditutup untuk wisatawan setiap hari Senin dan Kamis. Untuk masuk ke dalamnya, kita harus membayar tiket dengan harga 20 Lira. Kami tidak mengeluarkan uang lagi untuk membeli tiket, karena sudah termasuk ke dalam paket tur.
Ketika masuk dari jalan, tampak menara jam yang menjulang tinggi yaitu Dolmabahce Clock Tower. Halaman istana dihiasi dengan taman yang terawat rapi dengan sebuah kolam air mancur berornamen patung angsa di tengahnya.
Istana ini memiliki luas 45.000 m2 (11,2 hektar), dan berisi 285 kamar, 46 aula, 6 tempat pemandian dan 68 toilet. Istana yang terbuka untuk protokol dan kunjungan antara 1926-1984 juga dibuka untuk umum sebagai “museum” sejak 1984.
Katanya pembangunan istana ini menghabiskan dana sekitar lima juta koin emas Ottoman Mecidiye atau setara dengan 35 ton emas. Kebayang kalau dirupiahkan saat ini dengan perkiraan harga emas 1 gram senilai 500 ribu, pasti kita udah males aja tuh menghitung jumlah angka nol nya. Hehehe
Untuk masuk ke dalam bangunan istana, semua pengunjung diwajibkan memakai penutup alas kaki yang terbuat dari plastik kresek untuk menghindari kotoran atau debu. Plastik ini tersedia dalam sebuah tempat saat kita menaiki tangga masuk istana. Sayangnya kita tidak boleh mengabadikan bagian dalam istana dalam bentuk foto maupun video. Penjaga istana selalu mengawasi di semua sudut istana. Jadi jangan coba-coba untuk sekedar mengeluarkan kamera dari henpon yah.
Istana ini terdiri dari tiga bagian, yaitu Mabeyn Imperial (Ruang Kenegaraan), Muayede Salon (Hall Upacara) dan Imperial Harem. Mabeyn Imperial dialokasikan untuk urusan administrasi negara, Imperial Harem dialokasikan untuk kehidupan pribadi sultan dan keluarganya dan Muayede Salon yang terletak di antara Mabeyn Imperial & Imperial Harem, dialokasikan menyambut negarawan dalam beberapa acara kenegaraan penting.
Bisa dibilang keseluruhan bangunan Istana Dolmabahce sangat kental nuansa Eropa nya.
Mustafa Kemal Ataturk menghabiskan hari-hari terakhir perawatan medis di istana ini, di mana ia meninggal pada tanggal 10 November 1938 tepat jam 9:05. Sebagai bentuk penghormatan dan mengingat kematiannya, maka seluruh 156 buah jam yang ada dalam bangunan istana diberhentikan pada pukul 09:05.
Namun pemerintah Turki saat ini mengubah peraturan tersebut. Hanya jam yang berada di Ruang Ataturk yang dibiarkan mati dan jarumnya disetel pada angka 09:05, sementara jam-jam lainnya yang berada di lingkungan istana disetel berbeda-beda sesuai dengan zona waktu-waktu dunia.
Rombongan anak sekolah terlihat sedang melakukan darmawisata ke Istana Dolmabahce. Tidak hanya diantar oleh bapak dan ibu guru, beberapa orangtua juga ikut mendampingi mereka. Yang lucu, saya mendadak berasa jadi artis. Anak-anak kecil yang rupawan bergantian minta foto bareng sama saya. Para ibu-ibunya juga tidak mau ketinggalan, minta ijin foto bareng dengan bahasa Inggris mereka yang patah-patah. Menurut pemandu wisata kami, warga Turki memang tertarik dengan wisatawan asing dengan perawakan yang tidak biasa di mata mereka. Mungkin wajah saya yang kata orang perpaduan asia tenggara dan timur tengah (cuma dapat sobekan hidung dan warna kulit agak legam aja sih), menjadi daya tarik bagi mereka.
Golden Horn
Golden Horn atau Tanduk Emas dalam bahasa Indonesia, adalah muara pemisah kota Istanbul yang dijadikan sebagai pelabuhan. Dari ujung selat ini lah kita memulai perjalanan dengan kapal ferry (cruise tour) untuk menyusuri Bosphorus.
Hembusan angin yang bertiup di awal musim dingin ini membuat kami merapatkan jaket. Tapi kami berusaha bertahan di atas deck untuk menikmati pemandangan yang luar biasa dan mendengarkan penjelasan mas Pemandu Wisata. Asia di sebelah kiri, Eropa di kanan kami. Ujung yang satu menuju laut mediterania (Marmara Sea), sementara ujung yang lain menuju Black Sea. Alamat pulang ke hotel langsung nenggak jamu tolak angin, nih!
Galata Bridge
Jembatan Galata ini yang menghubungkan kota tua Istanbul dengan bagian kota modernnya. Jembatan Gelata dibangun tahun 1836, sayangnya sempat digunakan sebagai tempat pembuangan limbah industri pada tahun 1980an.
Setelah dibersihkan oleh pemerintah, jembatan Gelata sekarang menjadi tempat nongkrong favorit bagi warga lokal maupun wisatawan.
Dengan panjang 40 meter dan lebar 42 meter, bagian atas jembatan ini memiliki 4 lajur yaitu: 1 jalur untuk kendaraan bermotor, 2 jalur khusus untuk pejalan kaki dan jalur tengah untuk lalu lintas trem. Bagian bawah jembatan dipenuhi dengan deretan toko dan restoran. Kapal tetap bisa lewat di bagian tengah jembatan yang memang dibuat hanya 1 tingkat saja.
Kemal Atarturk Ship
Kapal ini digunakan pada masa kepemimpinan Sultan Kemal Ataturk sebagai kapal pesiar. Nama kapal ini sebenarnya adalah Savaruna, dibuat di Jerman tahun 1931 dan memiliki panjang yang mencapai 136 meter.
Fasilitas yang ada dalam kapal ini antara lain: kolam renang, bioskop, tempat pemandian tradisional Turki dan perpustakaan. Saya kurang informasi tentang penggunaan kapal Savaruna saat ini.
Ortakoy Mosque
Tidak hanya Jeddah – Arab Saudi yang memiliki mesjid apung, Turki juga punya Mesjid Ortakoy yang terletak di selat Bosphorus. Mesjid ini dibangun tahun 1854-1856 atas perintah kesultanan Ottoman.
Fatih Sultan Mehmet Bridge
Ini jembatan kedua di selat Bosphorus yang selesai dibangun tahun 1988. Diberi nama sesuai dengan salah satu sultan, Muhammad Al Fatih, yang berhasil menaklukan konstantinopel tahun 1453. Beliau merupakan seorang pemimpin terbaik yang sudah disebutkan Rasulullah hampir delapan abad sebelumnya:
“Konstantinopel akan takluk di tangan seorang laki-laki. Maka orang yang memerintah di sana adalah sebaik-baik pemimpin dan tentaranya adalah sebaik-baik tentara.”
Saat berpidato untuk membangkitkan semangat pasukannya, Muhammad Al Fatih mengucapkan kalimat yang menggetarkan “Kemenangan hanya akan diraih oleh iman“.
Kalau membaca sejarah hidup Muhammad Al Fatih, salut dengan orangtuanya yang sudah mempersiapkan sang anak untuk menjadi pemimpin besar masa depan yang berhasil meraih kejayaan Islam. Menjadi raja/sultan di usia 19 tahun, dan dalam waktu 3 tahun sejak kempimpinannya berhasil menaklukan konstantinopel. Beliau hafal Quran 30 juz, bisa berbicara dalam 6 bahasa, dan menjadi pemimpin selama 31 tahun. Subhanallah
Rumelihisari
Benteng Rumelihiseri yang megah ini dibangun hanya dalam kurun waktu 4 bulan saja atas perintah Muhammad Al Fatih tahun 1451. Luas area di dalam benteng sekitar 60rb meter persegi dengan 4 menara utama. Walaupun bangunan benteng ini selamat dari hentakan gempa bumi, pemerintah terus membenahi benteng ini dan menjadikannya sebagai museum yang terbuka untuk umum.
Asian Hills
Jika kita naik ke atas bukit di sisi selat Bosphorus menggunakan bus, kita bisa melihat pemandangan Istanbul bagian Asia. Menurut pemandu wisata, bagian Asia ini diminati oleh orang Turki sebagai wilayah tempat tinggal di masa tua mereka. Sementara bagian Eropa yang modern, digunakan para pemuda untuk tempat mencari nafkah.
Tak heran jika banyak orang berduit yang membeli tanah di bagian Asia dan membangun villa, resort atau pun rumah mewah sebagai tempat menghabiskan akhir hayat mereka.
Mimar Sinan University
Mimar Sinan university adalah kampus bergengsi untuk jurusan seni dan arsitektur. Nama universitas ini diambil dari seorang arsitek muslim terbaik di dunia dalam sejarah Islam. Nama lengkap beliau adalah Koca Mimar Sinan Aga, beliau adalah otak dibalik bangunan terkenal Blue Mosque atau Mesjid Sultan Sulaiman.
Arsitek kebanggaan Kerajaan Utsmani ini banyak meninggalkan warisan-warisan pembangunan, yaitu: 90 masjid besar di seluruh wilayah kekuasaan Utsmani, 50 masjid kecil, 57 perguruan tinggi, 8 jembatan, dan berbagai gedung-gedung sarana umum di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Utsmani. Salah satu murid beliau juga membangun mesjid yang tak kalah indah di India, yaitu Taj Mahal.
Saat kami melewati bangunan ini, tampak barisan pemuda bertoga sedang melakukan foto bersama di tangga pintu utama. Sepertinya mereka baru saja merayakan kelulusan atau baru selesai wisuda.
Kucuksu Kasri Palace
Bangunan yang selesai dibangun tahun 1857 ini digunakan keluarga kesultanan dan para tamunya sebagai tempat istirahat setelah mereka berburu ke arah bukit di sisi Asia. Ruangan yang ada di dalam istana kecil ini hanya berupa ruang keluarga dan toilet. Karena mereka benar-benar menggunakan bangunan ini sebagai tempat singgah untuk istirahat sejenak setelah capek berburu binatang saat musim panas datang. Mereka tidak pernah menginap di dalam bangunan ini.
Setelah dilakukan beberapa kali restorasi, sejak tahun 1944 Kucuksu Kasri dialihfungsikan sebagai museum dan dibuka untuk umum. Tempat ini relatif sepi dari kunjungan wisatawan.
Pierre Loti Hill
Bukit ini diberi nama yang diambil dari seorang novelis Perancis yaitu Pierre Loti, yang sering berkunjung ke Istanbul dan sempat tinggal beberapa tahun. Bukit ini adalah tempat favorit bagi warga lokal dan wisatawan untuk menikmati pemandangan indah kota Istanbul. Banyak restoran dan cafe di atas bukit yang menawarkan berbagai macam makanan dan minuman.
Kami berhenti di tempat ini untuk menikmati pemandangan dari atas bukit sambil makan siang di salah satu restoran yang menyajikan masakan lokal. Kami menuruni bukit ini dengan menggunakan cable car. Sampai di stasiun bawah, bus yang sebelumnya menjemput kami dari hotel ternyata sudah standby menunggu di luar.
Tour dilanjutkan menggunakan bus untuk keliling kota Istanbul sampai terakhir kami diantar kembali ke hotel.
—
8 jam penuh kami mengikuti tur ini dengan peserta yang berasal dari berbagai negara. Tak terasa kami pun menjadi akrab dengan 3 pasang suami istri muslim lain. Dalam foto di bawah ini:
- Bapak baju biru dan ibu berbaju pink fanta, adalah pasangan yang berasal dari Pakistan tapi sudah migrasi ke Inggris berpuluh tahun yang lalu. Seluruh anak dan cucu mereka lahir juga besar di Inggris.
- Mbak cantik berkhimar baby pink dan mas di sebelahnya, adalah pasangan pengantin baru dari Belanda. Si mbak ternyata seorang mualaf yang berasal dari salah satu negara di Russia, sementara mas nya berasal dari Maroko. Mereka mentraktir makan siang kami.
- Keluarga kecil dengan anak ganteng itu berasal dari Palestina.
Kami ngobrol dan saling bergantian untuk mengambil foto. Berkat bantuan mereka, tongsis tidak lagi kami butuhkan. Saya pun diajak main mobil-mobilan sama Omar. Setiap kata dalam bahasa Arab yang diucapkan Omar, dibantu terjemahannya dalam bahasa Inggris oleh sang ayah. Bahasa Arab saya hasil les 6 bulan, masih kalah dengan anak usia 2 tahun ini *yaeyalaaahhh* . Gemes banget, pingin bawa Omar pulang ke Tangerang hahaha.
Sebelum kembali ke hotel masing-masing, kami sempat bertukar notelp dan alamat email. Semoga hubungan pertemanan kami bisa berlanjut.
Semua posting tentang Turki bisa dilihat disini
7 thoughts on “Menyusuri Selat Bosphorus”
Jeng De, terima kasih berbagi foto-foto sangat cantik agung serta kisah selat Bosphorus pemisah eh pemersatu dua benua.
Apresiasi dengan pengelolaan jembatan Galata jembatan antar masa, mengubah paradigma pembuangan limbah jadi kawasan wisata.
Salam
Jadi pengen ke sana 🙂
Omar, gemesin banget ih 🙂
Duh aku merinding pas baca bagian tentang Al Fatihnya. Usia 19 tahun gitu, aku masih alay ala-ala 90’s gitu (ketauan umurnya).
foto2nya keren… barakallah mba de.. semoga semakin SAMARA
Informasinya bermanfaat dan menjadi gambaran tentang tempat tempat tersebut. Walau saya tidak pernah mungkin pergi kesana, tetapi bisa membayangkan tentang Turki.