Menjadi Seorang Ibu

Menjadi Seorang Ibu

Ingatan saya kembali melayang saat saya berusia belasan awal, menampilkan sebuah tarian tradisional di panggung sekolah.

Saya melihat mami dari atas panggung, beliau meneteskan air mata di antara barisan penonton.

Yang ada di kepala saya saat itu, “duh, emak gw malu-maluin aja sih. Anaknya cuma manggung 17an, bukan berada di panggung Putri Indonesia yang membanggakan … kok pake nangis segala. Cengeng banget deh“.

Setelah punya anak sendiri, melihatnya berdiri di atas panggung sekolah TK pertama kali … tanpa sadar mata saya burem … dada terasa sesak. Ada yang mengalir hangat di pipi.

Saya kembali berpikir “owh .. jadi ini yang dirasakan mami saat itu. Aahh begini toh rasanya menjadi seorang ibu“.

Makin tambah usia, saya pun merasa makin cengeng.

Jangankan liat anak sendiri pake toga gini, liat sahabat posting foto anaknya aja mata saya tetiba burem kok.

Kanebo … mana kanebo?

Karena saya tau tisu aja gak akan cukup.

Now that I became a mother, I finally understand the profound sense of love in a mother’s heart and hands.

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *