Menikmati Cappadocia Dari Balon Udara
Hari ke 5 di Turki, Selasa 24 Nov 2015
Apa kabar jetlag di hari ke 5?
Udah gak mikirin lagi. Kurang tidur dari Doha, Selcuk sampai Cappadocia terus berlangsung aja. Apalagi hari sebelumnya kami menghabiskan malam di bus dan menempuh jarak hampir 500KM. Ngiri banget liat pak suami yang bisa tidur pulas, karena beliau cuma merasakan beda waktu 1 jam dari Qatar ke Turki.
Tapi pagi ini saya semangat banget, jam 4 pihak travel akan menjemput kami di lobby. Masih gelap gulita, subuh masih lama, karena memang tujuan tur ini untuk melihat matahari terbit dari balon udara. Suhu yang tertera di henpon saya tertulis -5 celcius.
Kami dibawa ke sebuah restoran Korea di tengah kota Goreme. Kami mengisi buku tamu yang berisi informasi data diri untuk kebutuhan asuransi. Saat menunggu peserta lain dijemput oleh pihak travel, kami diberikan sarapan berupa minuman hangat dan makanan ringan. Kami sempatkan sholat subuh juga di dapur restoran. Meski kondisi dapur ini sangat bersih, pihak travel memberikan alas plastik di lantai sebelum menggelarkan sajadah. Setelah sholat, kami sempat berbincang sejenak dengan peserta tour dari Malaysia sambil mendengarkan pembagian grup.
Kami dibawa ke lapangan luas di mana beberapa balon udara sedang mengisi bahan bakar, menyalakan api, menyemburkan gas hingga api membumbung tinggi dan membuat balon mulai mengembang.
Biaya tur balon ini beragam, mulai dari 100-300 Euro tergantung dari kapasitas keranjang. Kami dapat keranjang yang berisi 24 orang, dengan 4 partisi maka masing-masing kotak di dalam keranjang diisi oleh 6 orang.
Saya pernah lihat ada orang yang melakukan foto prewed di dalam balon udara. Gak tau deh itu berapa harga sewanya. Secara 1 balon udara cuma berisi pilot, pengantin, fotographer dan mungkin makeup artis nya aja kan.
Balon ini beroperasi setiap hari tapi sangat mengandalkan cuaca. Alhamdulillah kami bisa berangkat karena cuaca hari itu sangat cerah. Sebelum berangkat, seorang petugas mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke udara. Ternyata itu adalah cara mereka untuk mengetahui arah hembusan angin.
Balon kami perlahan-lahan meninggalkan tanah dan mulai mengapung di udara. Tenang, halus dan tidak ada goncangan sama sekali. Pak suami yang jiwa petualangnya berada 2 level di bawah saya, awalnya tidak sadar … sampai ketika beliau melihat ke bawah “loh kita udah terbang ya ini?” hihihihi gak seseram yang dibayangkan toh, pa.
Awalnya pak suami tidak mau diajak naik balon udara. Beliau khawatir dengan keamanan dan juga kondisi cuaca yang mulai masuk musim dingin saat kami berkunjung ke Cappadocia.
Tapi orang lain saja menjadikan wisata balon udara ini sebagai tujuan utama mengunjungi Turki, mosok kami yang sudah sampai di wilayah Cappadocia gak merasakannya. Rugi dong ah!
Segala jurus rayuan maut saya keluarkan untuk membujuk pak suami. Alhamdulillah akhirnya beliau setuju untuk ikut serta. Walau resikonya baru 20 menit (dari 60 menit perjalanan), beliau bolak-balik tanya “KITA KAPAN TURUNNYA SIH?” hahahaha
Pak pilotnya pinter banget deh. Beliau bisa mengatur dan mengarahkan balon udara ke berbagai arah. Semua penumpang bisa mengambil foto dan melihat pemandangan yang sama karena balon udara ini diputar secara perlahan. Tidak ada penumpang yang berebutan untuk mengambil foto dari angle tertentu karena semua akan kebagian.
Ketika melewati daerah lembah dengan bukit bebatuan, balon udara kami diterbangkan dengan rendah. Warna langit pun pelan-pelan berubah seiring dengan matahari yang semakin meninggi. Ratusan foto yang kami ambil selama di udara, tetap saja tidak bisa melukiskan betapa indahnya melihat Cappadocia dari atas sana.
Para penumpang tidak ada yang bersuara, semua hening seakan tidak mau melewatkan detik demi detik yang kami lalui karena pasti selalu ada sesuatu yang baru untuk dilihat. Mulut saya dan pak suami tak hentinya bertasbih memuji keagunganNYA yang telah menciptakan dunia dengan sedemikian indahnya.
Satu hal yang kami sesalkan saat itu adalah kami tidak bawa tongsis. Posisi pak suami ada di belakang saya. Beliau lah yang banyak mengambil foto candid saya yang lagi bengong terpesona keindahan ciptaanNYA.
Untuk mengabadikan foto kami berdua, pak suami melakukan selfie menggunakan henponnya. Agak gak enak juga kalau menjulurkan tangan sedikit jauh, karena akan mengganggu penumpang lain. Kami iri melihat penumpang lain yang asyik jeprat jepret pake tongsis.
Setelah melakukan perjalanan selama 60 menit, balon udara kami diarahkan menuju sebuah bukit yang permukaannya datar dan cukup luas. Tidak lama kemudian, 2 buah mobil datang menghampiri. Keranjang didekatkan ke arah mobil truk, dan hebatnya bisa mendarat tepat di bagian belakang mobil truk tersebut. Kami hanya merasakan goncangan kecil akibat benturan keranjang, pendaratan ini sungguh tidak menakutkan.
Petugas yang dibawah langsung menarik tali yang dilemparkan oleh pilot dan mengikatkannya ke truk. Sementara pak pilot mulai mengurangi semburan api sehingga balon perlahan-lahan mengempis. Petugas yang lain membantu para penumpang untuk turun secara bergantian. Bersyukur saya memutuskan untuk menggunakan jeans tanpa melapisi rok seperti biasanya, karena ternyata untuk keluar kita harus memanjat keranjang yang tingginya sedada orang dewasa.
Petugas yang lain sudah menyiapkan sebuah meja yang berisi medali dan gelas champagne. Pilot mengucapkan terima kasih atas kerjasama semua petugas dan berharap semua penumpang menikmati perjalanan. Beliau membuka botol yang disambut dengan tepuk tangan semua orang, kemudian setiap orang diberikan segelas. Setelah bersulang kami meletakan lagi gelas tersebut di atas meja sementara penumpang yang lain meminumnya. Kami pun dikalungkan medali sebagai tanda berakhirnya tur balon ini.
Sungguh perjalanan yang sangat romantis, pengalaman yang menakjubkan dan tak akan terlupakan!
Meskipun biaya tur ini lumayan menguras dompet pak suami dan hembusan angin dingin menampar wajah kami … but it’s all worth it!
Pak suami sendiri gak menyesal. Beliau dengan bangga menunjukan video perjalanan kami ke keluarga di rumah. Pesan kami ke anak-anak “doakan suatu saat nanti papa mama bisa membawa kamu menikmati tur balon udara yang sama. Kalaupun tidak, kalian harus usahakan sendiri untuk bisa datang ke Turki. Put it in your wish list bucket.”
Now I can gladly take it out of my wish list bucket. Alhamdulillah
Semua posting tentang Turki bisa dilihat disini
2 thoughts on “Menikmati Cappadocia Dari Balon Udara”
Menampar wajahku juga Mb De…katanya buruan cepet ke sana 😀