Mencetak Generasi Cerdas
Sebenarnya semua anak terlahir cerdas, hanya memang bentuk kecerdasannya menonjol dalam hal yang berbeda-beda. Multi Talenta istilah zaman sekarang.
Tapi ingat #anakcerdasitu tidak bisa terbentuk sendiri, butuh campur tangan kita sebagai orangtua untuk melihat sisi mana dari anak yang kecerdasannya bisa kita asah lebih keras supaya talentanya itu tidak menjadi sia-sia.
Menurut Dr. Kassandra Putranto (seorang Psikolog), Anak Cerdas itu memiliki 4 pilar:
- Sehat fisik dan mental (bisa beraktifitas)
- Kreatif (bisa membuat sesuatu)
- Berani (bisa berinisiatif)
- Peduli (bisa peka terhadap lingkungan)
Jadi cerdas tidak harus pintar akademis, karena kecerdasan itu sendiri tidak hanya diukur secara intelektual tapi juga harus cerdas secara emosional.
Pintar sendiri bisa dibentuk oleh:
- Genetis
- Diajarkan (oleh orangtua, sekolah dan masyarakat sekitar)
- Niat (the power of will)
Jadi jangan berkecil hati kalau kita merasa kurang pintar atau merasa tidak ada keturunan yang pintar dari generasi sebelumnya … kita tetap bisa membentuk anak yang pintar.
Bagaimana caranya?
Dengan 2 hal selain genetis yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu AJARKAN ANAK dan TUMBUHKAN NIAT dalam diri anak supaya mereka juga memacu diri untuk bisa menjadi anak yang pintar.
Anak pintar biasanya memiliki pengetahun dan wawasan yang luas. Hal ini tentu ada proses pembelajaran untuk menguasai pengetahuan tersebut dengan pelatihan yang penuh kedisiplinan dan keteraturan dari orangtua.
Sebagai orangtua, kita harus membiasakan anak untuk berani, peduli, aktif dan kreatif. Pembiasaan ini yang secara tidak langsung akan tertanam dalam diri anak kita menjadi sikap anak sehari-hari hingga bisa berprestasi juga terbuka terhadap pengalaman baru.
Jangan membandingkan anak kita dengan anak orang lain … baik itu saudara ataupun tetangga.
Karena sebenarnya ada alat untuk mendeteksi apakah anak memiliki masalah atau tidak, dengan melihat 7 faktor yang disebut Dr. Kassandra sebagai Metode A to G yaitu:
A : attitude and achievement (mental anak yang dibangun ortu dgn kebiasaan dan motivasi)
B : big brain (asupan ibu saat hamil dan asupan anak selama masa pertumbuhan sangat mempengaruhi kemampuan otak anak)
C : care and love (orangtua mengisi otak dan hati anak dengan rasa peka terhadap lingkungan)
D : dancing and exercise (gerak yang selaras dengan irama berfungsi untuk menstimulasi otak)
E : eat healthy food and drink (asupan anak harus sesuai dengan kebutuhan tubuhnya)
F : fun edutainment (proses belajar yang menyenangkan untuk anak)
G : good quality of sleep (tidur cukup, tidak kurang atau lebih)
Nah kita cukup melihat dari 7 hal tersebut, apakah sudah terpenuhi untuk anak kita?
Jika ada yang masih belum kita penuhi, jangan heran kalo anak kita bermasalah baik itu dalam hal pelajaran di sekolah atau dalam hal anak bersosialisasi dengan lingkungannya.
Meskipun sudah 17 tahun menjadi seorang ibu, saya masih terus belajar bagaimana menjadi orangtua yang lebih baik untuk anak-anak saya. Makanya begitu tau Cerebrofot menyelenggarakan seminar parenting dengan mengangkat tema #AnakCerdasItu dengan menghadirkan Dr Kassandra, dr Claudia Anggi dan Bpk Johan Leo, saya semangat untuk datang. Apalagi kebetulan lokasinya tidak jauh dari rumah, yaitu di Aeon Mall BSD.
Paparan Dr. Kassandra membuat saya merenung, apakah yang sudah saya dan suami lakukan selama 17 tahun ke belakang sesuai dengan metode A to G? Apakah anak-anak kami bisa dinilai cerdas secara intelektual maupun emosional?
Apakah masih ada yang dapat kami lakukan untuk memperbaikinya?
Pembicara kedua, dr Anggi mengingatkan kalau anak yang cerdas itu berawal dari anak yang sehat.
Anak yang sehat itu berawal dari nutrisi yang diasupnya selama masa pertumbuhan.
Nutrisi anak berawal dari kebiasaan orangtua dalam mengkonsumsi makanan dan minuman sehari-hari.
Nah makin tertampar lagi kan saya sebagai ibu yang menjadi pusat kendali asupan harian keluarga. Apakah saya dan suami sudah memberi contoh baik untuk anak-anak dengan menyediakan makanan yang seimbang untuk anak-anak sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka?
Jumlah yang paling banyak untuk dikonsumsi tubuh itu harusnya AIR PUTIH. Sayur dan buah menempati posisi nomor 2 yang harus dikonsumsi paling banyak, kemudian diikuti oleh karbohidrat komplek dan protein. Sementara garam, gula dan minyak justru disarankan untuk dikonsumsi sedikit saja. Komposisi ini lah yang disebut dengan Piramida Gizi Seimbang.
Jadi saat menyajikan makanan untuk anak, piring sebaiknya kita bagi 4 sama banyak antara:
- Nasi
- Sayur
- Lauk
- Buah
Nah untuk melengkapi kebutuhan Omega 3 dan 6, vitamin juga mineral yang dibutuhkan tubuh anak, kita bisa memberikan Cerebrofort untuk anak usia 1 sampai 12 tahun.
Menurut bapak Johan Leo, saat ini Cerebrofort sudah tersedia dalam bentuk sirup dan gummy (seperti permen) untuk anak yang sudah semakin besar dan sudah punya preferensi (kesukaan).
Kalau yang bentuk sirup sih saya sudah tau karena waktu saya kecil juga mami rajin memberikan 1 sendok makan setiap hari untuk saya.
Yang menarik untuk Fayra sekarang ini justru yang bentuk gummy, seperti permen tapi berisi minyak ikan tuna dengan kandungan DHA 8 mg dan EPA 2 mg, yang bermanfaat untuk perkembangan otak anak.
Fayra minta Marine Gummy sebagai cemilan, tidak merasa dipaksa minum vitamin. Tentunya saya batasi 1 butir per hari saja.
Owh iya Cerebrofort menyelenggarakan Kids Got Talent untuk sarana #DukungCerdasnya dan meningkatkan keberanian anak kita loh. Audisinya diadakan di 5 kota besar di Indonesia. Catat jadwalnya nih:
Semoga kita sebagai orangtua bisa berperan penting untuk mengoptimalkan kecerdasan anak kita terutama selama masa pertumbuhan mereka ya.
Semoga anak-anak kita bisa menjadi manusia yang lebih baik dari kita nantinya. Allahuma aamiin.
One thought on “Mencetak Generasi Cerdas”
Kamarin aku sempet tanya ke Pak Johan, kalau gummy di konsumsi lebih dari satu masih aman karena akan larut saat dia BAK