Makan Halal di Negara Orang
Ada beberapa orang yang tanya ke saya, bagaimana cara saya menjaga asupan makan ketika berada di negara orang. Mungkin karena mereka tau saya sering pergi dan terlihat gak pernah sibuk mempersiapkan makanan di koper untuk stok.
Saya termasuk orang yang malas bawa makanan instan maupun makanan awet lama (rendang, balado teri kacang, abon, dll). Selain karena saya lebih sering pergi untuk perjalanan dinas dimana perintah untuk pergi biasanya selalu mendadak, saya juga gak pingin udah pergi jauh ke negara orang tapi gak nyobain makanan setempat. Semacam rugi bandar, udah capek dalam perjalanan pesawat yang ditempuh berjam-jam eh trus sampai sana cuma makan popmi.
Tapi bukan berarti saya bebas makan apapun di tempat tujuan. Saya tetap berpegang pada prinsip : sebisa mungkin harus makan yang halal. Gak mudah jika kita pergi ke negara di mana agama Islam hanya sebagai minoritas. Melihat wujud saya yang serba tertutup aja, mereka heran … apalagi kalo harus menjelaskan apa yang tidak boleh saya makan.
Akan lebih gampang kalo kita bilang alasan tidak makan sesuatu karena ALERGI. Orang tidak akan bertanya panjang lebar apa penyebabnya.
Lain hal nya saat saya bilang tidak bisa makan karena menyangkut iman. Saya harus menjelaskan konsep halal dan haram dalam bahasa yang sederhana. Saya harus siap dengan pertanyaan lanjutan yang pasti butuh mikir sebelum menjawabnya. Saya harus bisa memberikan contoh produk turunan yang tidak bisa saya konsumsi. Yah anggap aja ladang dakwah, belajar jadi agen muslim yang baik. Musti nyetok sabar yang banyak, dan harus belajar agama lebih dalam lagi untuk bisa menjawab pertanyaan orang.
Saya girang banget kalo bisa menemukan logo HALAL di depan pintu masuk restoran. Udah gak peduli lagi apa jenis makanan yang disediakan dan gimana rasa di mulut nanti. Pokoknya gak mikir panjang, langsung masuk dengan senyum lebar.
Ketika saya menginap di daerah Huangqiangbei, saya diajak teman ke jalan Longli. Dan ketemu lah restoran Xia Xue Hua, yang artinya Summer Snow. Gak ngerti deh kenapa dikasih nama kek gitu. Saya mah liat logo depan pintunya aja udah seneng banget. Hahaha
Saat makan bersama, teman-teman lokal bertanya “Bukannya muslim cuma gak boleh makan daging babi dan minum alkohol aja?”
Dan saya pun menjelaskan, makanan dan minuman apapun yang diturunkan dari babi dan alkohol tidak boleh dikonsumsi. Saya sebutkan juga apa saja selain babi yang tidak boleh dimakan, hasil ngintip QS Al-Maidah ayat 1, 3, 4, 96 dan Al-An’am ayat 145:
- Darah
- Binatang buas dan bertaring
- Binatang pemakan kotoran, misalnya binatang pemakan bangkai, gagak, dan sebagainya
- Binatang yang tidak boleh dibunuh, contohnya semut, lebah, burung hud-hud, burung suradi
- Binatang yang dinyatakan jahat dan dibunuh karena membahayakan, seperti ular, tikus, dan anjing
- Binatang yang menjijikkan, seperti belatung, pacet, kecoak, dan lintah
- Binatang yang hidup di 2 alam atau disebut amfibi.
Kemudian teman menjelaskan kalau begitu saya harus hati-hati karena di China ada mentega dari lemak babi, minyak goreng juga dari minyak babi, gelatin/jelly dari babi, roti yang menggunakan protein bulu babi, dll. Saya juga diberikan bekal, berupa kertas bertuliskan apa yang gak boleh saya makan dalam huruf pinyin China, supaya saat saya ke tempat makan tanpa logo halal bisa ditunjukan ke mbak/mas resto nya.
Saya juga belajar istilah-istilah makanan yang mengandung babi dari sini:
- Pig = babi yang masih muda, dengan berat tubuh kurang daripada 50 kg
- Hog = babi dewasa yang berat tubuhnya melebihi 50 kg
- Pork = daging babi di dalam masakan
- Lard = lemak babi yang digunakan untuk membuat minyak yang dicampur dalam masakan
- Bacon = daging yang diiris tipis dan dipanggang. Tidak semua bacon ini terbuat dari daging babi, ada yang terbuat dari daging sapi atau daging hewan lainnya.
- Ham = bagian dari daging babi yang diambil dari pahanya. Dagingnya biasanya bertekstur lembut
- Sow = babi betina dewasa
- Sow milk = susu yang dihasilkan oleh babi
- Swine = istilah yang digunakan untuk keseluruhan kumpulan spesies babi. Istilah ini kerap disisipkan oleh para produsen curang yang menyertakan daging babi dalam produknya sebagai salah satu bahan penyedap rasa.
- Boar = babi liar
- Porcine = istilah yang digunakan untuk sesuatu yang berkaitan atau berasal daripada babi. Porcine sering digunakan di dalam bidang pengobatan untuk menyatakan sumber yang berasal daripada babi.
Banyak teman yang ambil jalan pintas karena gak mau susah cari makan, biasanya mereka cuma makan ayam + kentang goreng di McD, KFC, Wendys, Popeyes, dll. Pertama kali ke Hongkong tahun 2008 juga saya begitu, setelah menginap di sana 4 hari … pulangnya saya sakit radang tenggorokan karena makanannya gorengan berminyak terus. Hihihihi
Sekali saya menemukan restoran dengan logo halal, biasanya langsung saya catat nama tempat dan nama jalan/daerahnya. Supaya suatu saat kalau saya kesana lagi, saya tinggal kembali ke tempat yang sama. Untuk list resto halal di Shenzhen, akan selalu saya update di posting ini yah. Kenapa baru Shenzhen, negara/tempat lain mana? Ya karena saya paling rajin pergi ke kota itu sih.
Kalau masih khawatir akan makanan yang disajikan, biasanya saya masak sendiri. Beberapa kali saya tinggal di hotel yang petugas restorannya tidak bisa berbahasa Inggris. Cuma sekedar minta Scramble Egg atau Omelet alias telur dadar tanpa ham aja susah banget. Akhirnya saya minta ijin masuk ke dapur, cari penggorengan dan bikin sendiri. Karena ini bukan kejadian pertama kali, seorang teman dengan sigap langsung ambil henpon dan moto saya. Barang bukti untuk dia cerita ke teman lain yang belum pernah pergi sama saya, katanya.
Ada kalanya saya malas masak sendiri, karena kecapekan akibat dini hari baru sampai hotel setelah meeting panjang. Saya minta ditunjukin makanan mana yang “No Pork – No Lard” ke petugas restoran. Pasrah aja kalo cuma bisa makan seperti yang tampak pada foto di bawah ini:
Untungnya orang China suka menyediakan ubi rebus, talas (disebut Taro), dan minuman standar teh. Meski saya malas nyetok popmi di koper, sambel sasetan itu wajib hukumnya ada di tas saya. Menurut lidah saya, makanan setawar apapun kalo dicocol dengan saus sambal jadinya lebih enak untuk dikunyah. Sebelum ada kemasan saset gini, saya rela loh bawa kemasan botol plastik yang kecil itu setiap keluar negeri. Niat banget, kan!
Memang tidak mudah mencari makanan halal di negara yang sedikit penduduk muslimnya. Tapi selama kita berusaha, pasti nemu aja kok. Gak perlu khawatir akan kelaparan. Jangan lupa:
“Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”. (QS. Al-An’am: 119)
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, tetapi barang siapa terpaksa memakannya bukan karena menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maka Penyayang” (QS An-Nahl : 115)
Apa teman-teman ada yang punya pengalaman seru saat mencari makanan di negara orang?
19 thoughts on “Makan Halal di Negara Orang”
Alah bisa karena biasa yah, De. Pertama kali mengusahakan makan yang halal ini mesti terasa berat. Karena sudah jadi kebiasaan, lama-lama akan terbiasa 😀
betul banget … terbiasa karena udah tau sela nya 😀
Baca ini jadi teringat pengalaman waktu pertama kali ke Jepang tahun 2010. Waktu itu aku gak tahu kalau ada mentega dan roti di sana (Tidak semua sih) yang mengandung B2 juga. Dan karena berpikiran positif bahwa roti dan mentega pasti halal, maka selama dua bulan itu, aku sarapannya cuma roti plus mentega dan teh doang 🙂 Eh, pas balik ke sini barulah tahu kalau ada mentega n roti yang haram 🙁
Terus kalo masalah McD, entah kenapa pas pertama ke Jepang juga gak mau cari aman dengan makan di sana..ternyata pas pulang juga baru tahu kalau di sana McD masaknya pakai minyak babi 🙁
Aku sempat makan McD di Tokyo, pilih yang shrimp sandwich.
Aku seumur-umur blom pernah keluar negeri, jadi nggak tau gimana-gimananya. Tapi ide Mbak De yang masak langsung di dapur, itu ciamik banget ^^
Tapi kalo no pork no lard dan hasilnya cuma rebusan ubi/ talas gitu, berarti emang kudu super hati-hati ya di sana, Mbak?
iya Della, musti cerewet nanya kandungan dan bahan makanan yang digunakan.
gak heran kan kalo tiap ke China berat badan aku pasti turun 2 kg, padahal perginya cuma seminggu. Hahaha
tengkyuuuuuu…… istilah istilah babi di atas, jadi ngerti banget. penting sekali memahami istilah istilah itu ya, biar kita “aman”
Karena sering jalan-jalan dengan dana NGEPAS, jadi suka bawa ransum sendiri 😀 Anak kuliahan, biasalah. Mie instant, abon, roti, dan lainnya. Tapi dalam sehari dipastikan harus makan serius. Nah, kalau pas lagi jalan gak bisa nemuin tempat makan yang ada label halal, Bismillah aja, beli makanan aman ayam atau ikan di tempat makan yang sebisa mungkin tidak mengandung yang diharamkan. hihi.
selalu salut sm kmu!!
kamu juga pasti bisa ta!
Setuju sama dirimu, De, udah susah payah di pesawat, udah pergi jauh dari Indonesia, masih makan makanan Indonesia juga ya boongan aja perginya 😀
Menikmati hidup tanpa harus melanggar peraturan ya.
iyes harus bisa menikmati hidup kak
Iyah, rugi banget klo sampe ke sana cuman makan Kiefci, popeyee, dkk sama popmi.. Hmm,.. di sana jarang ada ayam atau sapi yah? ikann??
ayam, sapi, ikan banyak … tapi dimasak pake minyak babi juga hehehe
Noted ni catatan2 dsini… Tapi kapan pergi ke Shenzhen yaaa???
yang penting di catat dulu, nggie. Ntar kapan2 pergi udah tau hehe
keren ih mba… di sini masak, di luar pun masak juga…hahaha
hahahaha naluri emak2 ini mah, da.
Bawaannya nempel ama wajan mulu
wah gampang-gampang susah juga ya mbak klo cari makanan halal di negeri orang kayak gitu, btw fotonya kece-kece