Ketika mami memberi tahu bahwa keluarga besar kami akan pergi ke Kutoarjo untuk nyekar (datang ke makan keluarga sebelum puasa ramadhan) tgl 22 Agustus 2008, de meminta ijin masguh untuk ikut serta dalam rombongan tersebut. Masguh semula ragu memberi ijin, karena rombongan akan berangkat menggunakan kereta Sawunggalih yang berangkat dari stasiun Senen. Tau sendiri kan kereta macam apa yang lewat stasiun sana? Iya bener…kereta ekonomi ^_^

15 orang dalam rombongan ini sepakat untuk pergi menggunakan kelas Bisnis. Sebenarnya rangkaian kereta ini ada 2 gerbong eksekutip dan beberapa gerbong ekonomi dan bisnis. Tapi de gak enak kalo harus beda gerbong, namanya ikut rombongan ya harus sama-sama. Walau masguh gak ikut karena gak bisa cuti, de tetap pede membawa 2 anak … yah kan ada mbah mami. Alhamdulillah Rafa-Fayra gak rewel sepanjang perjalanan. Paling cuma keringat gobyos (basah kuyup) aja disepanjang jalan, sampai harus 3x ganti baju.

Sampai di Kutoarjo, bis tanggung milik salah seorang bulek (tante) sudah siap menjemput kami dan mengantar ke hotel. Malamnya kami berjalan kaki ke alun-alun dan makan bebek goreng sambil lesehan. Pulangnya mami naik becak membawa 3 krucil ke hotel. Yang dewasa balik ke hotel jalan kaki.

Paginya bis sudah siap di depan hotel. Kami mengunjungi beberapa rumah sodara yang masih tinggal disana, sekalian menjemput mereka yang pingin ikut serta ke makam. Rafa dan Fayra seneng banget bisa liat sebuah daerah yang jalanannya belum di aspal, pohon kelapa dimana-mana, bisa lihat bebek di pinggir kali sampai memberi makan sapi.

Masguh berpesan untuk tidak mengajak Fayra ke makam. Alhamdulillah sampai di komplek makam, Fayra tertidur di bis. Jadi memang gak perlu bawa dia ikut ke makam, supir juga bersedia ngawasin Fayra selama kami ke makam.

Dari pertama alm bapak dikubur, baru kali ini de menginjak sisi kuburan ini lagi. 9 tahun berlalu, setelah peristiwa ini … akhirnya de kembali datang dengan perasaan campur aduk.

Ya Allah SWT,
ampunilah segala dosa bapak.
Lapangkan lah kuburnya.
Jauhkan bapak dari siksa kubur
Hindarkan ia dari siksa api neraka
Amin…amin…amin ya robbal alamin

Rafa berdiri agak jauh sambil sibuk foto-foto *kelas 4 aja baru ikut eskul potograpi di sekolah ya mas. Mama khawatir kalo kamu bawa kamera ke sekolah sekarang*. Setelah selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju Borobudur.

Baru sadar … ternyata de udah gak sanggup naik-naik ke atas candi. Mungkin kalo gak sambil gendong Fayra, de bisa nemani Rafa ke puncak Borobudur. Apa daya, badan frankenstein dengan 5 jahitan ini sudah gak sekuat dulu lagi.

De biarkan Rafa naik ke puncak candi ditemani sodara lain. De dan mami leyeh-leyeh di sebuah pendopo yang ada dibawah. Fayra nunggu mas nya sambil sibuk nyenggol tumbuhan putri malu, itu loh tanaman rambat yang kalo disenggol daunnya langsung mengkeret. Lama-lama Fay bosan juga dan cemberut gitu.

Begitu Rafa datang, Fay langsung seneng deh. Sibuk lari-larian bersama. Duh ini anak siapa sih….centil semua kalo di foto!

Senengnya begitu dibeliin mainan. Fay aja sibuk geret kuda-kudaan gak liat jalan sampe mau nabrak tong sampah. Pakai topi juga gak mau yang bener, malah dikebelakangin kaya preman gini. Kata mami “nah ngaca tuh sekarang…dulu kamu juga gitu!” hahahahaha ampun mi

Gak lama mami terima SMS kabar duka, salah seorang anaknya tante di wonosobo meninggal dunia. Akhirnya perjalanan dilanjutkan kesana. Balik ke hotel lagi udah malam banget. Siap-siap besok paginya pulang lagi ke JKT.

Ternyata bisa juga pergi bawa 2 anak tanpa suami. Alhamdulillah anak-anak gak rewel. Terbukti deh anak-anak tahan banting banget, diajak naik pesawat ke HK hayuk … diajak naik kreta odong-odong begini juga menikmati aja.

Lebaran kita mudik ke SBY naik mobil kayanya mereka siap juga nih pa!