Fayra belajar membaca

Fayra belajar membaca

Saya dan suami punya kesepakatan tidak tertulis dalam mendidik anak, salah satunya pembelajaran bahasa. Kami sepakat untuk mengajarkan bahasa ibu, yaitu bahasa Indonesia, sampai anak-anak bisa menyusun kalimat dengan baik dan benar. Setelah itu baru kami mengajarkan bahasa lain ke anak-anak.

Seperti hal nya pada saat hamil Rafa, saya juga membacakan buku cerita anak pada saat hamil Fayra. Dimulai dari hamil 4 bulan, saya rajin membaca buku cerita anak sambil mengelus-elus perut. Mertua saya sempat heran, “kamu kok aneh mbak. Anak masih dalam perut udah dibacain buku“. Saya percaya janin bisa mendengar, terlebih suara ibu yang mengandungnya.

Begitu anak-anak lahir, saya memberikan buku-buku khusus untuk bayi. Ada yang terbuat dari kain, plastik, atau pun kertas tebal dan keras (karton/hard paper). Buku yang seperti ini tidak akan melukai bayi. Buku plastik bisa menjadi mainan anak saat mandi. Buku dari kain juga bisa menjadi bahan makanan, seperti yang dilakukan Fayra dibawah ini hehehehehe:

Dengan rutinnya saya membacakan buku cerita, anak-anak bisa mengenali intonasi saat saya cerita. Herannya anak-anak terlihat menikmati saat dibacakan cerita. Bahkan ketika mereka berumur 1 tahun, anak-anak tidak pernah merobek kertas atau buku seperti yang suka dilakukan anak lain. Mereka paham bahwa buku membawa kesenangan tersendiri untuk mereka.

Saat anak-anak sudah bisa menikmati buku, saya memberikan keleluasaan bagi mereka untuk memilih bukunya sendiri. Sebulan sekali kami membawa anak-anak ke toko buku. Mereka akan asyik memilih dan menunjukkan ke saya buku pilihannya. Tinggal saya dan suami yang melakukan sortir, mana buku yang boleh dibeli dan mana yang tidak.

Kami juga menetapkan story time hampir setiap hari, 10 menit sebelum anak-anak tidur. Mereka bebas menentukan buku mana yang mau dibacakan malam itu. Kami membacakan cerita sesuai dengan yang tertulis di buku. Tidak menggunakan bahasa anak-anak, apalagi bahasa cadel. Teman-teman saya suka bilang “bahasa yang keluar dari mulut anak elo, kok kaya bahasa telenovela sih“. Ya mungkin karena kami selalu membacakan cerita sesuai teks di buku, jadi kosa kata yang ditangkap anak-anak juga sesuai yang didengarnya.

Masalah mulai terjadi saat Fayra masuk sekolah yang menggunakan bahasa pengantarnya English. Fayra benar-benar blank di sekolah. 3 bulan pertama Fayra masih diijinkan untuk menggunakan bahasa Indonesia di kelas. Tapi setelah itu kalau Fayra mulai berbahasa Indonesia, gurunya akan bilang “I’m sorry Fay, we don’t understand what you’re talking about“. Alhamdulillah dalam setahun Fayra mengalami kemajuan pesat berbicara dalam bahasa Inggris.

Sekarang masuk tahun kedua Fayra di sekolah yang tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tapi juga Mandarin. Padahal, dirumah kami sedang menggiatkan anak-anak untuk mengaji. Saat ini Rafa sudah masuk Qur’an juz 2, sementara Fayra baru Iqra 4. Disinilah terjadi konflik yang membingungkan Fayra. Karena dalam kurun waktu bersamaan, Fayra harus mempelajari baca tulis dalam beberapa bahasa sekaligus: Bahasa Indonesia – English – Mandarin – Arabic. Fayra sudah mengenali huruf-hurufnya, tapi saat membaca beberapa huruf yang membentuk sebuah kata Fayra kesulitan.

Awalnya kami masih membiarkan. Toh Fayra masih dalam tahap belajar. Biarkan dia menyerap apapun pelajaran yang ada dihadapannya. Tidak ada paksaan untuk mengetahui semua, tidak ada tekanan untuk bisa sempurna.

Sampai suatu hari saya menerima catatan di buku komunikasi orang tua dan guru dari sekolah. Karena Fayra sudah kelas TK B, maka sekolah mempersiapkan muridnya menjelang masuk SD. Diharapkan anak-anak sudah bisa membaca tulis pada saat SD. Dan baca tulis yang menjadi fokus sekolah adalah English, dimana bahasa itu menjadi bahasa pengantar alias bahasa utama. Wali kelas meminta perhatian orang tua untuk membantu anak dalam membaca di rumah, Fayra masih kesulitan membedakan A-E-O (suka kebalik-balik). Misalnya pada kata MAN, MEN, MONday.

Untuk bahasa Indonesia, Fayra mengerti:

Ce + A = CA

CA +eN = CAN

Sementara untuk English, sangat membingungkan: CA + N = ken (pelafalan dalam membaca)

Tentunya sekolah memiliki metode tersendiri untuk mengajarkan baca in English, yaitu PHONIC.

Setiap huruf dikenalkan sesuai dengan lafal yang keluar dari mulut kita.

Misalnya C, disebut Keh.

Jadi pada saat C bertemu A dan N, akan dieja menjadi: Keh Eh Neh = Khen.

Fayra sempat tidak mau ke sekolah, dengan alasan “pelajaran nya susah, aku gak bisa baca bahasa Inggris“. Kami tentu sangat khawatir dan langsung mengirim SMS ke wali kelas. Minta bantuan wali kelas untuk membuat Fayra tidak takut ke sekolah, dan membuat pelajaran membaca menyenangkan untuk anak-anak. Saya berjanji untuk membantunya di rumah.

Kurang dari setahun nanti Fayra akan masuk SD. Paling tidak Fayra harus bisa membaca dalam waktu 3 bulan kedepan. Targetnya bulan Desember harus sudah bisa membaca sebuah kalimat sederhana.

Saya membuat strategi:

  • Saya mencoba seminim mungkin berbicara dalam bahasa Indonesia ke Fayra. Sementara orang lain dirumah tetap berbahasa Indonesia
  • Saya stop belajar baca dalam bahasa Indonesia
  • Untuk pendalaman Iqra, Fayra hanya mempelajarinya di Sabtu dan Minggu pagi selama 1 jam.
  • Setiap Sabtu, Fayra fokus belajar membaca dalam bahasa Inggris selama 2 jam. Setelah ngaji.
  • Buku cerita yang dibacakan untuk Fayra harus tertulis dalam bahasa Inggris. Saat membacakan cerita, saya suka pura-pura tidak bisa membaca sebuah kata dan minta Fayra untuk membacakan kata tersebut.

Alhamdulillah setelah 1 bulan, Fayra menampakan kemajuan. Dan saya menerima catatan baru di buku komunikasi:

Kami masih terus menyemangati Fayra untuk bisa membaca. Sekarang Fayra sudah bisa membaca cerita sederhana:

I have a cat

The cat is fat

Cat eats fish

Semoga Desember nanti Fayra sudah bisa membaca sebuah buku cerita anak dengan lengkap. Supaya tahun depan siap masuk SD.

*gak rela my little princess udah mo SD aja, jangan cepat gede dong nduk*

Update: tx to Dini yang ngasih tau web keren ini untuk anak belajar baca in english –> www.starfall.com

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

5 thoughts on “Fayra belajar membaca

  1. Kebalikan sama gue De… Rara dah terlanjur lancar banget baca dan bicara bhs Inggris, malah ntar kalo mak bapaknya selesai sekolah, binun dah ngajarin bhs Indo lagi… so harus cari sekolah yang ber bhs Inggris juga ntar…

  2. Dear Fayra,

    Thank you so much for reading my book (I Love you, Mom).
    I read what your mom wrote about your good progress! I’m so proud of you! You’re so young and yet already on track to learn so many languages. You’re definitely going to be a global citizen. Keep up the good work!

    Happy reading,
    Arleen
    ps : I didn’t learn Mandarin when I was small. I should have. So I’m taking lesson now (even though I’m already old :)) Wish me luck 🙂

    Waaaa tersanjung dapat kunjungan dari penulis buku favorit Fayra.

  3. Yuhuu! Akhirnya bisa buka blog ini lagi!

    first, mo komen (ga penting) soal seprei strawberrynya fayra yang samaan ma keisha. hehehehe..

    second, kita samaan ya mak, sama2 menularkan kecintaan akan buku ke anak dr sejak masih kecil. Sekarang Keisha lebih menunjukan antusiasme ke buku daripada mainan, sering minta diceritain buku pilihannya, kalo kta ga sempet, gantian dia asyik ngoceh2 sendiri ngebacain buku ke bonekanya.

    ayo fayra cemungudddhh belajar membaca!!

  4. Trims ya..
    Ini sangat membantu sy tuk mengajar anak-anak usia dini dan anak-anak kelas 1 SD yg belum bisa membaca dengan lancar (cerita tentang Fayra bisa memotivasi anak didik saya). Untuk Fayra, sukses selalu ya….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *