Exhausted yet excited

Exhausted yet excited

Sebulan terakhir, benar-benar menguras energi saya. Tidak cuma secara fisik, tapi juga secara emosional.

Berawal dari tawaran menggiurkan untuk pindah kerja. Sebagai tentara bayara yang menganut prinsip ‘maju terus bela yang bayar’, tentu saja saya tidak menolak. Apalagi ini lompatan baru dalam karir saya di dunia telekomunikasi. Saya mencoba mengaturnya dengan seksama. Perjalanan ibadah Umroh saya masukkan ke dalam bagian negosiasi. Saya bersedia masuk kantor baru dengan cepat, tetapi saya minta ijin pergi 9 hari sebelum masa probation saya berakhir. Dan saya mendapatkannya.

Manusia berencana, Tuhan yang menentukan!

Diawali dari Rafa sakit karena tertular flu dari papanya. Rafa sempat tidak masuk sekolah 2 hari karena demam. Setelah itu saya yang sakit. Tapi alhamdulillah saya tepar di masa transisi dari kantor lama ke kantor baru, ada jeda 10 hari saya di rumah. Bukannya leyeh-leyeh menikmati ‘libur’, saya beneran leyeh-leyeh karena flu berat.

Alhamdulillah saya bisa masuk kantor baru dalam kondisi pulih. Saya bersemangat memulai karir baru.

Tiba-tiba Fayra demam tinggi. Walau sudah berlalu 4 hari, suhu badan Fayra masih diatas 39.7 derajat celcius. Sementara saya tidak mungkin banyak ijin di kantor, karena masih anak baru. Kami lega begitu hasil lab menunjukan tidak ada yang serius, hanya radang tenggorokan.

Setelah itu mbak#1 demam, karena tidak mau merepotkan kami akhirnya si mbak#1 dijemput bapaknya. Sampai di kampung, bapaknya langsung belok ke Rumah Sakit. Ternyata si mbak#1 menderita thypus dan harus dirawat di RS.

Beberapa hari kemudian ibunya mbak#2 mengirim SMS ke saya, memohon saya untuk mengijinkan anaknya pulang kampung. Saya mencoba menahan, karena saya belum bisa ijin kantor lagi setelah Fayra sakit sementara mbak#1 belum keluar dari RS. Tapi ibunya tetap memaksa. Dengan berat hati saya ijinkan pulang. Entah karena mau dikawinkan atau gimana, mbak#2 tidak diijinkan untuk kembali kerja di Jakarta.

Saya stress…

Saya bingung…

Alhamdulillah suami saya mendapat ijin 2 hari dari kantornya. Dan mengalah menjadi ‘bapak rumah tangga’ sementara saya belum bisa meninggalkan kantor.  Setelah saya ijin kantor karena Fayra sakit , saya tidak berani ijin lagi mengingat akhir Maret saya akan pergi Umroh.

Ternyata itu semua belum selesai.

Setelah mbak1 pulih dan kembali ke rumahnya, mbak#1 mohon maaf ke saya karena tidak bisa kembali ke rumah kami. Mbak#1 mendapat IPK 3.5 dan dijanjikan beasiswa dari kampusnya. Tidak hanya itu, mbak#1 diminta untuk menjadi asisten dosen dan digaji dari kampus. Mbak#1 ingin fokus kuliah saja dan kos di dekat kampus. Di satu sisi saya senang mendengarnya. Saya dukung keinginannya untuk maju dengan membiayai kuliahnya. Saya bangga atas prestasinya dan selalu berharap yang terbaik untuknya. Semoga keputusan untuk keluar dari rumah kami, menjadi jalannya untuk hidup mandiri. Di satu sisi saya sedih kehilangan orang yang bisa saya percaya untuk menitipkan anak-anak dirumah.

Saya tambah stress …

Saya tambah bingung …

Saya sedih …

Saya capek jumpalitan …

Mami terpaksa didatangkan untuk menemani anak-anak sampai saya mendapatkan mbak baru. Sebelah rumah saya dengan baik hati membantu saya sampai mendapatkan mbak baru. Bahkan bersedia menemani Fayra sepulang sekolah, sampai Masguh kembali ke rumah. *if you read this, my lovely neighbor –> I owe you big time. Thank you so much, dit!*

Alhamdulillah sekarang saya sudah mendapat 2 orang baru. Saya mulai kembali menata ritme sambil memberi pelatihan ke 2 orang ini. Pelan-pelan saya kembali bangkit. Meski berat badan saya turun 2kg dan kaki kiri saya bengkak sampai saya harus jalan terseok-seok. Resiko pernah diambil tulang rusuk, kata dokter ada salah satu pembuluh darah  yang terpotong hingga efeknya kaki saya bengkak kalau saya capek atau stress.

Mari kumpulkan semangat, de! Pulihkan badan karena 2 minggu lagi akan menempuh perjalanan jauh. Allizwell. Semua akan baik-baik saja. You can go through this phase” –> mantra yang saya komat-kamitkan setiap pagi.

Alhamdulillah I’m fine. I’m doing just fine!

I’m exhausted yet excited.

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

10 thoughts on “Exhausted yet excited

  1. Dilema banget ya mbak?
    Pasti menguras pikiran banget…Satu mikir ini, satu mikir itu…
    Terasa banget rasa stresnya mbak ke aku…
    Teringat waktu dulu masih ngantor T_T

    Alhamdulillah udah ada yang bantuin dan mudah2an umrohnya terlaksana dengan lancar ya…Peluk cium utk Fayra!

  2. Jeng De yang saya kagumi, berharap semua lancar ya, pertolonganNya tak pernah terlambat, melalui kehadiran mami semoga ritme kerja kembali pulih. Salam

  3. De, klo lagi dalam kondisi kayak gitu, pernah gak terlintas mau resign, biar lebih konsen dalam mengurusi keluarga?
    Soalnya aku sering begitu, lagi hectic dikit, penginnya resign…tapi ya gak jadi2, alias maju mundur terus….. (sori, malah jadi curcol)….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *