Browsed by
Category: TBC tulang

Perjalanan Mantan Pasien TBC Mendapatkan Residence Permit Qatar

Perjalanan Mantan Pasien TBC Mendapatkan Residence Permit Qatar

Sejak ada konflik politik dengan negara tetangganya, pemerintah Qatar memberikan bebas visa bagi orang Indonesia yang mau berkunjung sampai dengan maksimal 30 hari.

Saya dan anak-anak yang mau tinggal lebih lama dari itu, menggunakan Family Visa yang berlaku selama 5 tahun untuk sekali masuk ke negara ini. PakSuami yang sudah mendapatkan Residence Permit (kartu Qatar ID), menjadi sponsor visa kami.

Begitu mendarat dan stempel passport di imigrasi bandara Doha, paksuami langsung menerima SMS “istri dan anak2-anak kamu sudah tiba di negara ini. Mereka punya waktu maksimal 7 hari kerja untuk melakukan medical checkup kalau mereka mau tinggal lebih dari 30 hari

Artinya kalo kami tidak melakukan medical checkup dalam waktu 7 hari, maka kami harus keluar dari negara ini di hari ke 31 setelah mendarat.

Medical checkup wajib dilakukan untuk usia >12 tahun. Fayra tidak perlu medcheck, tapi tetap wajib datang ke kantor Medical Commission.

Kalau hasil medcheck bagus, paksuami akan menerima SMS lagi untuk proses berikutnya yaitu sidik jari. Seminggu kemudian biasanya QID sudah bisa kami terima. Dianggap SAH menjadi penduduk negara ini.

Kami tiba di Qatar tanggal 28 Dec 2017, kami pergi ke Medical Commission tanggal 1 Jan 2018 untuk melakukan tes darah dan Xray dada. Fayra hanya menunggu diluar setelah data diri dan foto diserahkan ke petugas. Pintu masuk untuk laki dan perempuan dipisah. Jadi tidak bisa suami mengantar masuk istri, atau ibu mengantar masuk anak laki. Petugas di dalam akan memandu kita, cukup sodorkan form dan lakukan pembayaran sebesar QAR 100 per orang.

Melihat hasil xray saya yang tidak normal, petugas meminta saya kembali ke papan xray dan melakukan foto 6 gaya dari semua sisi (360 derajat).

Malamnya paksuami menerima SMS yg menyatakan hasil medcheck Rafa bagus. Tapi sampai 2 hari kemudian belum ada notifikasi hasil medcheck saya. Deg-degan parah.

C423D949-C57B-4FF4-AEA2-C260AC1A72C6
Tanggal 3 Jan 2018 malam, saya dan paksuami sama-sama menerima SMS dari pemerintahan yang meminta saya datang kembali ke Medical Commission.

Hasil Xray saya sebelumnya:

  • Di foto dada depan, rusuk gak ada 2
  • Di foto belakang, L2-L3 nyambung dan bengkok
  • Di foto agak kebawah, tulang pinggul groak
  • Dan ada TB mark di paru-paru

Di form saya diberikan stempel “abnormal” … kalo kata mas Ragil “being normal is so last year” Hahaha

Tanggal 4 Jan 2018 saya datang ke Medical Commission dan diperiksa dokter, dicek kondisi jahitan 30cm di punggung.

Saya jelaskan riwayat penyakit, saya tunjukkan surat rekomendasi dari dari dokter tulang Indonesia dan rekam medis sebelumnya. Bahkan saya tunjukkan foto-foto Xray sebelum dan sesudah operasi saya tahun 2003-2004.

Perawat bilang dokter mengijinkan saya untuk bisa tinggal di Qatar selama 1 tahun dengan stempel baru di form “Conditional Residence”. Tidak deportasi (dipulangkan ke negara asal) seperti yang saya khawatirkan sebelumnya.

Tapi saya diberikan rekomendasi dan form pengantar untuk ke RS lain untuk pemeriksaan lebih detil lagi.

Kalo nanti diperiksa mereka hasilnya OK … maka RS akan langsung lapor ke kantor imigrasi untuk memberikan status full Residence Permit bagi saya.

Tidak banyak orang yang tahu kalau penyakit TBC itu meninggalkan jejak di paru seumur hidup.

Seperti halnya bekas luka alias koreng di kulit.

Meskipun TBC yang pernah diderita bukan TBC paru (bisa tulang seperti saya, usus, lambung, kulit, otak, darah, dll).

Dalam istilah medis disebut TBC Mark/Scar. Dan ini tidak ada cara apapun untuk menghilangkannya.

Walau pasien sudah mendapat pengobatan sebelumnya dan sembuh secara sempurna, jejak itu tidak akan pernah hilang dari tubuhnya. Katanya ada kemungkinan 10% bahwa penyakit ini bisa kambuh jika mantan pasien tidak menjaga pola hidupnya.

Hal ini menjadi kendala untuk mendapatkan persetujuan Visa atau Residence Permit dari negara adidaya yang sangat khawatir terhadap penyakit TBC.

Beberapa negara secara tegas menolak dengan alasan ‘tidak sehat untuk dijadikan penduduk tetap’, dan langsung memulangkan orang tsb ke negara asalnya (deportasi).

Tapi ada beberapa negara yang memilih untuk memberikan pengobatan jika memang mantan pasien dianggap memiliki gejala penyakit tsb (diduga kambuh).

Tanggal 8 Jan 2018 saya kembali memenuhi panggilan pemerintah Qatar untuk ke RS yang ke 3x nya guna mendapatkan pemeriksaan lebih detil.

Kali ini ke RS Rumailah (salah satu member dari Hamad Medical Corporation),  di gedung Communicable Disease Center di bagian Outpatient. Saya tunjukan form pengantar ke suster yang standby di depan pintu masuk, kemudian barcode pada form tersebut di-scan, dan saya diminta ke bagian pendaftaran untuk menyerahkan form. Setelah itu saya diminta duduk di ruang tunggu wanita. Selanjutnya akan ada perawat lain yang memanggil nama saya dan memandu masuk ke dalam.

Saya diperiksa tinggi dan berat badan, dicek apakah ada gejala TBC (batuk, demam, turun berat badan >5 KG, dll). Lanjut dengan ambil 2 tabung kecil sample darah. Kemudian saya diminta ke ruangan lain yang tertutup rapat untuk menyerahkan air liur dalam tabung kecil. Saya diminta kembali ke ruang tunggu, sejam kemudian diminta masuk lagi untuk menyerahkan air liur dalam tabung kedua.

Terakhir saya diberikan surat pengantar untuk bertemu dokter spesialis minggu berikutnya.

9212CB3C-8A52-48BD-8109-6459BE7CBC99

Tanggal 15 Jan 2017, jam 7 pagi Doha masih berselimut kabut. Jarak pandang tidak lebih dari 1 KM.

Calon penduduknya yang satu ini (tunjuk diri sendiri) berjalan melawan dingin menuju RS yang ke 4x untuk bertemu dengan dokter spesialis.

Sebenarnya negara ini gak ribet kok, semua sistematis dan teratur di Qatar.

Negara menjalankan peraturan ketat seperti itu untuk melindungi warga negaranya dari penyakit menular. Semua intruksi harus ngapain, dimana dan jam berapa, dikirim ke kita melalui SMS. Bahkan malam sebelum tanggal yang dijadwalkan, kita akan menerima SMS reminder. Administrasi terkomputerisasi dengan baik dan alat-alat pemeriksaannya canggih. Kondisi RS seperti yang saya lihat dalam film-film Hollywood.

Jadi saya jalani saja tanpa keluh. Toh semua yang saya jalankan tidak diminta biaya apapun. GRATIS!

Saya hanya berdoa semoga niat baik saya datang ke negara ini untuk mengabdi pada keluarga, menghasilkan keputusan yang baik pula hingga dipercaya untuk menerima QID.

Kalo ternyata diputuskan harus pulang?

Ya sudah mungkin itu yang terbaik dari Allah SWT dan pasti ada rencana lain dariNYA.

Gitu aja saya mah mikirnya.

La hawla wa laa quwwata illa billah

D16EB467-571E-4C03-ADEC-7A0C7A325EF7

Saya diminta menjelaskan pengobatan apa saja yang ditempuh sebelum dan sesudah operasi, obat apa saja yang saya konsumsi. Saya yang masih ingat detil nama-nama obatnya, menyebutkan dengan lancar. Minum obat tanpa putus selama 1,5 tahun membuat saya hafal semua namanya di luar kepala.

Alhamdulillah dokter spesialis yang memeriksa hasil lab (darah + ludah)  dan Xray, menyatakan saya sudah sembuh total dari TBC Tulang, sudah mendapat pengobatan tuntas dan tidak akan menularkan yg lain.

Bahkan dokter ini kagum sama hasil operasi 14 thn lalu yg sedemikian keren, tulang belakang saya tidak pake pen titanium … hanya diganjel 2 rusuk dan sebagian tulang pinggul. Saya pernah dipasang pen titanium sepanjang 14cm selama setahun, tapi dokter terpaksa mencabutnya karena oglek setelah saya membawa ransel ke Eropa hanya 3 bulan setelah pemasangan. Jadi beliau mengganti pen tersebut dengan tulang saya sendiri.

Dokter di RS Rumailah ini heran melihat saya bisa berjalan normal, kaget mendengar saya cerita sudah menyetir mobil  setiap hari selama 4 tahun terakhir dan melakukan jogging 5KM setiap hari. Beliau sampai bertanya di RS mana dulu saya dioperasi dan siapa nama dokternya.

I proudly said “Dr.LG is one of the best spine surgeon in Indonesia

103F0811-B448-4A80-A18F-2A15A08502B1

Allahu akbar … alhamdulillah saya diberikan form untuk kembali ke Medical Commission guna mendapat stempel persetujuan keluarnya Residence Permit. Legaaaa banget!

Saya langsung memberikan kabar baik ini ke Dr. LG yang selama 2 minggu terakhir saya minta bantuannya untuk standby menerima telpon jika pemerintah atau RS di Qatar membutuhkan penjelasan lebih detil dan akurat dari dokter yang menangani pengobatan saya di Indonesia. Beliau ikut lega dan bahagia dengan keluarnya keputusan ini.

Foto di atas saya ambil bulan Juni 2017 ketika saya mengunjungi Dr. LG untuk meminta surat rekomendasi yang menyatakan saya bersih dari TBC, tulang sudah direkonstrukti dengan baik, dan sembuh sempurna. Sekalian pamit ke beliau karena saya akan tinggal jauh dan tidak lapor diri setiap tahun (medical check up) seperti yang biasa saya lakukan selama 13 tahun terakhir.


Alhamdulillah saya sudah menerima SMS:

MC No xxxx.
يرجى من حامل رقم القومسيون أعلاه مراجعة وزارة الداخلية لاستكمال الاجراءات.
The Holder of the above MC No. is kindly requested to go to Ministry of Interior to complete the procedures.

 

Hidup kalo lurus aja kan gak seru yah … macam roller coaster kalo sampe naik turun ditebalik-tebalikin baru asyik dan menantang hehehe.

Setelah Medical Commission selesai investigasi TBC Tulang dan kasih approval, tgl 18 Jan 2018 saya lanjut Finger Print di Ministry of Interior (kantor Kementrian Dalam Negeri Qatar).

Awalnya lancar tuh 9 jari, eh terakhirnya ini jempol kiri gak mau kedeteksi. Padahal sudah menjalankan tips dari mba @zenobiasatriano untuk rajin-rajin oles vaseline petroleum jell beberapa hari sebelum sidik jari dan pagi sebelumnya gak nyuci piring biar kulit jari gak kering.

Hal yang lumrah sih kalo harus balik lagi untuk mengulang sidik jari. Malah ada teman yang cerita kalo dirinya bolak balik sidik jari sampe 10x! .

Alhamdulillah tgl 25 Jan 2018 balik lagi untuk sidik jari, lancar jaya dalam waktu 15 menit. Antrian cuma 4 orang sebelum saya, tapi proses scanning jari saya makan waktu lebih lama dari orang lain. Sampai berulang-ulang pakai antiseptik tangan dan lotion baru terdeteksi semua. Lanjut dengan scan retina mata dan telapak tangan. Setelah itu saya boleh pulang.

Beberapa hari kemudian paksuami menerima SMS yang menyatakan hasil sidik jari saya sudah OK dan bisa datang ke kantor Imigrasi untuk pengambilan kartu Qatar ID. Wuiiihh lega banget.

Saaahh deh jadi penduduk Qatar terhitung akhir Jan 2018. Bismillah …

De on Jawa Pos

De on Jawa Pos

Rabu, 3 Dec saya menerima email dari jurnalis harian Jawa Pos yang meminta ijin untuk menampilkan tulisan yang ini ke dalam koran yang beredar di Jawa Timur tsb. Beliau hanya akan mengedit tulisan dengan membetulkan tanda baca dan kata pengganti penulis.

Ketika saya tanya “untuk tayang kapan, mbak?

Dijawabnya “besok pagi

Dueerrrrr … kaget tapi senang *banci tampil mode ON*

deonJP2014a

Benar aja, besoknya Kamis 4 Dec, saya dikirimi foto melalui WA oleh mbak Yanti (pasien Surabaya yang sempat saya datangi rumahnya dan ketemuan lagi setelah beliau sembuh). Mama di Surabaya bahkan minta papa untuk mengirim selembar koran ini ke rumah saya. Mama menelpon saya sambil bilang “mau tak bacain semua tulisan tentang kamu ini gak, mbak?” Hahahaha mama gak tau kalo itu sebenarnya diambil dari tulisan mantunya sendiri.

Ada rubrik FOR HER di halaman 6-7 Jawa Pos yang menampilkan artikel tentang Tuberkulosis di tulang. Lengkap tulisannya dari mulai penyebab, cara mendeteksi dan proses pengobatannya. Ada juga wawancara dengan dokter spesialis bedah tulang (orthopedi) salah satu RS di Surabaya.

deonJP2014c

Untuk memperkuat artikel ini, tulisan saya tampil di kolom bawahnya, cerita langsung dari mantan penderita TBC tulang. Beneran murni tulisan saya di blog ini, lengkap sampai foto xray tulang segala.

deonJP2014b

Saya senang sekali dengan adanya artikel ini, bukan hanya karena saya mejeng disitu, tapi karena informasi tentang penyakit ini dibantu sebarluaskan oleh koran yang punya nama besar. Saya berharap makin banyak orang yang mengetahui tentang penyakit ini dan waspada terhadap kesehatan tubuhnya.

Semoga cerita saya bisa menginspirasi dan membangkitkan semangat pasien lain dalam melawan penyakit ini.

Kopdar Semarang

Kopdar Semarang

Kunjungan singkat ke Semarang yang terjadi beberapa kali dalam 1 tahun terakhir, saya pergunakan juga untuk bertemu dengan beberapa teman di sana.

Arum Sukma Kinasih

Senang banget ketika baru tiba di hotel, saya langsung disambut oleh Arum. Setelah sholat magrib di kamar hotel, kami lanjut makan malam di sebuah mall yang letaknya tidak jauh dari hotel saya.

kopdarsmg1

Arum ini salah seorang penderita TBC tulang yang telah selesai operasi dan kembali bangkit menjalani kehidupannya. Saya dengan seksama mendengarkan cerita Arum yang sekarang menjadi instruktur yoga khusus untuk para ibu hamil. Arum juga lulusan master psikolog, dan beliau sangat aktif membalas pertanyaan teman-teman lain di FB grup TBC Tulang. Pendekatan yang Arum lakukan ke pasien lain untuk membangkitkan semangat hidup mereka, patut diacungi jempol. Arum sangat sabar menghadapi pertanyaan yang terkesan “itu melulu” terutama dari pasien-pasien yang hampir putus asa menjalani proses pengobatan.

Dian Sigit

Ketika akhir tahun lalu saya ke Semarang dan upload foto dari sana ke IG, ada yang memberikan komentar “ketemu @diansigit gak, mbak? Dia kan tinggal di Semarang?

Saat itu saya belum kenal Dian. Tapi berkat komentar tsb (maaf saya lupa siapa yang memberikan komentar), saya jadi membuka account IG @diansigit dan membaca blog nya. Kemudian kami berkenalan, saling meninggalkan komen, dan sekarang berkomunikasi lebih dekat melalui whatsapp.

kopdarsmg2

Di tengah kesibukannya sebagai seorang istri, ibu dari 3 orang anak dan mbak kantoran, yang sekarang lagi gak punya pembantu di rumah pun, Dian meluangkan waktu untuk menemani saya ngemil cantik menjelang larut malam. Dibawanya saya ke restoran dengan suasana yang njawani banget. Suka!

Great place, great food and the most important thing is a great friend to chat with.

Gak berasa sampai jam 10 malam kami ngobrol, dan masih juga merasa belum cukup. Maaf ya Pak Sigit, saya pinjem istrinya sampai lupa waktu gitu. Hehehe

Anggie Mama Athar

Setelah rajin bertegur sapa via blog, IG dan path … akhirnya saya bertatap muka juga sama Anggie.

kopdarsmg3

Kebetulan saya mengisi seminar di gedung yang lokasinya tidak jauh dari kantor Anggie. Pas makan siang, saya telp Anggie untuk tanya kira-kira makanan apa yang lagi hits di Semarang. Akhirnya kami ketemu di rumah makan Ayam Taliwang. Gak nyambung yah, jauh-jauh ke Semarang kok malah makan masakan Nusa Tenggara. Hahaha

Setelah makan, Anggie harus kembali ke kantor. Sorenya kami bertemu lagi di Simpang Lima. Ini pertemuan pertama kami, tapi Anggie baik banget udah nraktir saya makan siang, bawain tahu petis eh masih nganterin saya ke bandara pula. Matur nuwun sanget nggih!

Subhanallah … sekali lagi saya merasakan berkah nya ngeblog. Nambah teman dan bisa menjalin tali silaturahmi di luar Jakarta.

Kopdaran Terus

Kopdaran Terus

Postingan ini untuk merekap beberapa kopdaran yang terjadi beberapa bulan terakhir. Terlalu sibuk beberes pindah domain, jadi baru sempat upload foto-fotonya sekarang. Maaf ya teman-teman!

kopdarpelangi

Meyambut mamak Sondang yang pindah tugas ke kantor Jakarta, kami mengadakan temu muka di Plasa Semanggi. Hadirlah 4 wanita pekerja yang kabur di jam istirahat makan siangnya: Sondang, Etty, Silvi dan saya.

Pembahasan kami gak jauh dari bagaimana me-manage kehidupan bunglon, sebagai seorang wanita tengah baya, mbak kantoran, ibu dari beberapa anak, dan seorang istri. Belum lagi 2 dari kami yang harus memonitor rumah tangga dari jarak jauh. Yang paling penting adalah kami saling memberikan semangat bahwa kita pasti bisa menghadapi beberapa tantangan yang lalu-lalang dalam kehidupan ini.

kopdarninta

Saya kenal Arninta saat dia masih hamil, sekarang gadis mungilnya sudah mulai masuk sekolah untuk Baby dan Balita. Komunikasi kami selain komen-komenan di blog, berlanjut di WA dan BBM. Cukup intens, hampir tiap hari, meski bisa bertatapmuka seperti ini cuma kejadian setahun sekali. Hahahaha

Asli loh, saya kenal Arninta sudah 3 tahun lebih … tapi baru bisa ketemu 3x. Padahal kami sama-sama tinggal di Jabodetabek. Ninta di Jakarta Selatan, sementara saya di selatannya Jakarta. Hihihihi

Saya sudah menganggap Ninta layaknya adik sendiri. Saya banyak menerima masukan dan kobaran semangat dari nya. Arninta selalu menceritakan tentang mama nya dengan bangga dan bilang ke saya kurang lebih seperti ini:

aku bisa seperti ini walau dibesarkan oleh ibu pekerja luar rumah. Aku tidak pernah merasa ditinggalkan oleh ibu, walo tak jarang juga ibu harus tugas keluar kota/negeri. Aku dan adik2 sangat dekat dengan ibu. Aku yakin kamu juga bisa menjadi ibu yang sama bagi anak2mu, mbak. Mereka paham kok, kalo apa yang kamu lakukan di luar rumah juga demi kehidupan mereka yang lebih baik

Bagaikan lagi jalan di padang pasir siang bolong trus disodorin coke dingin deh!

kopdareda1

Ketika saya dapat tugas ke Surabaya bulan lalu, alhamdulillah sempat ketemu Eda dan mbak Yanti. Padahal saya cuma menginap 1 malam di sana.

Saya kenal Eda awalnya di IG, kemudian berlanjut baca blog nya. Kalo mbak Yanti, beliau adalah pasien TBC tulang yang pernah saya ceritakan di sini. Beberapa bulan lalu saya kerumahnya, mbak Yanti masih berjalan dengan bantuan alat. Alhamdulillah pertemuan kali ini, mbak yanti cerita kalo beliau sedang mempersiapkan backpacking ke Spore. Seneng banget dengernya!

kopdarfenti

Kenalkan wanita cantik berbaju pink pada foto di atas adalah calon pengusaha. Namanya Fenti, saya kenal via IG yang kemudian berlanjut ngobrol di semua instant messenger. Katanya Fenti belum puas, kalo belum add semua account saya di WA – Line – BBM. Hahahaha

Waktu Fenti bilang mau main ke rumah untuk cari referensi sebelum dia dan suami hunting rumah, saya dengan senang hati menjawab “silahkan“.

Fenti datang membawa Pie Susu buatannya dan nodong saya untuk memberikan komentar apa kekurangannya. Sudah jelas kurang banyak lah jawabannya hehehe.

kopdarfenti1

Asli enak banget! Rafa aja sekali makan abis 2 bijik.

Sekarang Fenti juga sudah berani terima orderan pie susu ini loh. Coba buka IG nya deh, order 200 pcs juga dijabanin!

Ah ini lah hikmah ngeblog. Saya jadi tambah teman, sahabat dan saudara. Semoga hubungan ini berlanjut selamanya yaa. Terima kasih teman-teman atas kesediaannya untuk meluangkan waktu untuk sekedar ngobrol sekedarnya.

Kumpul Pasien TBC Jogja

Kumpul Pasien TBC Jogja

Sampai hari ini komen untuk posting tentang penyakit saya, TBC Tulang, sudah mencapai lebih dari 350. Ini belum termasuk sms, email, telpon dan private message di FB yang datang setiap hari nya.

Sejak diberikan kesempatan hidup kedua, saya memang bertekad untuk menyebarkan informasi tentang penyakit ini. Yah menjadi Penyuluh TBC Tulang dengan sukarela dan tanpa badan perkumpulan resmi lah.

Saya juga melakukan kunjungan pasien TBC yang masih di Rumah Sakit atau bertemu mereka yang sudah sembuh di luar kesibukan saya mengurus keluarga dan kerja kantoran tentunya. Kalau ke RS, biasanya saya sendiri atau berdua sama suami. Tapi kalo ketemu di luar RS, saya bisa mengajak anak-anak. Dengan begitu anak-anak saya juga paham bahwa ibunya pernah sakit yang sama dan sekarang membantu mensosialisasikan tentang penyakit ini ke orang-orang lain. Supaya makin banyak orang yang tau bahwa penyakit ini bisa disembuhkan.

Dengan rajinnya saya menceritakan di blog, reaksi negatif juga sering saya terima. Ada yang hampir tiap hari menelpon untuk menyampaikan keluhannya tentang penyakit ini, kalo gak ditanggapi mereka akan marah. Saya mengerti bahwa toleransi seseorang terhadap rasa sakit pasti berbeda. Tapi saya juga capek kalo mendengarkan keluhan yang sama dari orang yang itu-itu aja setiap hari nya. Saya berharap semangat mereka menuju kesembuhan bisa mengalahkan rasa sakitnya.

Ada juga yang minta saya datang ke rumah nya, sambil bilang “kenapa yang lain bisa didatangi bahkan sampai bisa ktemu pasien di luar kota, ke rumah saya kok gak mau?

Mungkin mereka gak paham, kalo saya menjalani ini semua secara cuma-cuma. Gak digaji, gak minta ongkos mereka, gak minta diisiin pulsa telepon. Mungkin mereka tidak mengerti, kalau kegiatan saya di luar ini lumayan menguras waktu dan tenaga. Saya punya keluarga, 2 orang anak dan bekerja kantoran dari Senin sampai Jumat.

Tapi saya senang masih lebih banyak orang lain yang mendukung kegiatan saya ini, diluar suami dan keluarga besar saya. Teman-teman yang sudah bebas dari penyakit ini, mengajak saya untuk membentuk grup di Facebook dengan nama TBC Tulang dengan jumlah member sudah mencapai lebih dari 250 orang. Beberapa di antara mereka meneruskan kegiatan ini di daerah masing-masing.

Salah satunya bernama Dona tinggal di Jogja, yang ternyata masih sodaraan sama mbak Ika. Awalnya Dona gugling tentang TBC tulang yang dideritanya dan sampailah ke blog saya. Diskusi kami lanjutkan melalui SMS dan telpon. Waktu saya liburan keluarga ke Jogja tahun 2011, kami bertemu di kawasan Malioboro. Dona masih menggunakan korset besi dan belum bisa berjalan tegak.
pasienTBCjog1

Beberapa hari sebelum berangkat dinas ke Jogja 11-14 Juni 2014, saya memberi kabar di FB grup dan mengajak siapapun yang mau ketemu untuk sharing tentang TBC. Dona dan Dono (bukan kembar cuma kebetulan nama panggilan mirip aja), datang ke hotel saya dan membawa saya ke sebuah restoran yang ditempuh kurang dari 10 menit menggunakan motor.

pasienTBCjog2

Saya senang melihat banyak kemajuan dari 2 orang mantan pasien ini. Mereka berdua sama-sama dioperasi tahun 2011, dan sekarang sudah sehat bisa naik motor sendiri kesana kesini. Mereka aktif menjawab pertanyaan2 pasien lain di FB grup, mereka juga siap mengunjungi pasien lain di Jogja. Mereka melakukan kegiatan yang sama dengan saya untuk wilayah Jogja.

pasienTBCjog3

Hati saya meleleh menerima komentar di atas, sama hangatnya seperti waktu menerima tag foto di FB Alan.

Belum lagi komentar dari teman-teman lain:

pasienTBCjog4

Hal seperti ini yang kembali membakar semangat saya untuk tidak mudah lelah dan terus berusaha menjadi teman, pendengar dan penyemangat pasien lain.

Terima kasih untuk teman-teman atas dukungannya dan kerelaan nya melakukan kegiatan yang sama. Semoga kegiatan ini menjadi ladang kebaikan untuk bekal kita menghadapNYA kelak. Amin Ya Rabb.