Setelah posting tentang Selametan Rumah, ada beberapa pembaca *tsaahhh* dan teman-teman yang minta foto dapur nya dipajang disini secara lengkap. Mintanya pakai cerita pula seperti posting Dapur di rumah lama. Mbok ya main ke rumah aja, nanti diceritakan langsung.
Setelah menimbang-nimbang, baiklah mari coba ditulis. Jangan dibilang sombong atau pamer yaaaa.
Ini foto yang diambil oleh tim Tabloid Rumah, untuk edisi yang pernah saya ceritakan juga disini:

Saya udah lama mimpi pingin punya dapur yang membuat saya betah menghabiskan waktu didalamnya. Ukuran bukan masalah untuk saya, yang penting kebutuhan dasar sudah terakomodasi (ada kompor, tempat menyimpan barang dan tempat cuci piring). Saya senang mengumpulkan pernak pernik dapur sejak mulai menikah. Sayangnya pernak pernik itu hanya tersimpan rapih di dalam dus, karena kami pindah-pindah rumah kontrakan.
Dapur rumah lama, hanya berukuran 2×2. Tapi dari situ lumayan menghasilkan beberapa jenis makanan. Apalagi itu adalah rumah pertama kami, dapur pertama saya, dan kebetulan saat itu saya masih semangat untuk mencoba bereksperimen karena pengaruh milis masak yang saya ikuti. Di dapur itu lah, pertama kali nya saya berani menjual hasil karya sendiri. Malu punya mami yang bisa jalani usaha katering, sementara anaknya cuma mampu segini aja.
Begitu ada rencana untuk ‘geser’ rumah, saya langsung minta ruangan dimana saya berkuasa mengatur segala hal didalamnya. Masguh menyediakan ruangan berukuran 2×3 meter yang bisa saya gunakan sebagai daerah kekuasaan ratu rumah tangga hihihi. Pernak-pernik dapur yang sudah saya kumpulkan sejak lama, mulai terpasang. Alhamdulillah luas ruangan sedikit lebih besar dari dapur sebelumnya. Dilengkapi dengan jendela besar yang menghadap ke arah taman dan kolam ikan.
Saya pilih warna merah hanya karena sudah punya mixer merah sebelumnya. Biar mecing aja jagoan ganteng saya ini dengan ruangan sekitarnya. Hehehe norak yah, tapi memang saya tidak punya alasan lain. Setelah memilih warna ini, baru deh ngumpulin pernak pernik merah lainnya.

Dapur merah ini pernah dibahas khusus di Tabloid Rumah dengan judul ‘Dapur Merah Penuh Gairah’:

Mari bahas lebih detil …
Menurut fengshui, kompor yang berada di bawah jendela itu tidak bagus. Tapi saya tetap nekat meletakkannya disitu, semata-mata karena tidak mau mengeluarkan uang untuk beli exhaust fan *mak irit Mode ON*. Secara logika kompor yang ada di bawah jendela, apinya tidak stabil karena banyak angin. Tapi tidak masalah karena tutup kompor saya saat dibuka akan menghalangi angin *_^.
Sisi kiri dapur:

Bagian kiri atas penuh dengan lemari tempat menyimpan peralatan makan. Lemari dengan list merah atas berisi tempat saji lauk dan sayur untuk acara besar (pirex hias besar), yang bawah berisi piring dan mangkok untuk makan harian. Lemari putih di kanan berisi peralatan makan yang jarang digunakan seperti stok piring dan gelas untuk tamu, piring kue, botol minum anak-anak, dll. Sementara di dekat jendela ada tempat untuk meletakan microwave, itu toaster asal digeletakin diatasnya karena sering dipakai. Saat dipakai sih turun ke bawah, abis dipakai dan dibersihkan balik nongkrong diatas microwave lagi.

Bagian kiri bawah ada sink untuk tempat cuci piring dengan ukuran besar, rak diatasnya bisa diangkat. Saya sengaja tidak beli sink dengan 2 bak, karena saya butuh sink untuk mencuci loyang dan panci yang agak besar supaya muat. Saya tidak mau mencuci panci dan loyang besar di luar dapur. Dengan ukuran rumah kami yang tidak besar, gak mungkin punya dapur kotor – dapur bersih. Dapur nya cuma satu ini aja, harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Diatas rel saya tempelkan Bygel Rail dan container nya hasil berburu di Ikea setiap saya tugas luar dari kantor. Lumayan nyicil berburu di Spore, Kuala Lumpur, Dubai, dll. Pokoknya banci Ikea banget deh.
Sisi kanan dapur:

Bagian kanan ini tempat menyimpan bahan makanan dan peralatan bikin kue. Lemari atas dengan list merah atas berisi bahan bikin kue (berbagai tepung seperti terigu – maizena – tepung panir – dll, gula, mentega, berbagai pewarna kue, coklat bubuk dan chips). Saya memang selalu nyetok, jadi setiap saat anak-anak minta cemilan … tinggal cemplang cemplung ngadon aja.
Lemari putihnya berisi berbagai cetakan kue dan puding, timbangan bahan kue, cookie cutter, aneka loyang dan spatula. Bagian bawah berisi bahan makanan (aneka pasta seperti makaroni – spageti – lasagna, stok garam, dan aneka bumbu dapur)

Hiasan dindingnya juga dari Ikea: magnet untuk menyimpan pisau dan gunting, Bygel basket untuk menyimpan aneka kecap dan saos. Jadi lebih rapih dan gampang cari saat butuh.

Tempat bumbu dapur bubuk dengan bentuk meliuk ini saya temukan di toko kelontong saat ke Utrecht – Belanda tahun 2003. Selama 7 tahun tempat bumbu ini duduk manis aja di dalam dus. Kasian ya baru bisa dipajang tahun 2010 hahahaha.

Saya pernah cerita tentang tempat bawang dipostingan ini kan yah? Jadi gak perlu ditulis disini. Ada yang tanya “gak terlalu besar tuh untuk tempat bawang?” Untuk saya yang ke pasar nya cuma sebulan sekali, tempat ini gak besar. Cukup untuk stok bawang merah-putih-bombay selama sebulan. Hehehe
Owh iya hampir lupa …
Saya juga memasang vertical blind sebagai penutup jendelan. Supaya mecing, saya pesan warna putih kombinasi merah sedikit. Diatasnya saya taruh jam warna yang sama.

Udah segitu aja kok.
PR saya lunas yaaaa