Umroh part 1 – Jeddah
Setelah menempuh perjalanan 9 jam dari Jakarta, akhirnya kami sampai di Jedah. Kami turun di terminal untuk Haji dan Umroh. Ini pengalaman pertama kami naik Saudi Airlines. Lucu juga mendengar pengumuman pilotnya. Banyak kata ‘insya Allah’ di kalimat-kalimat yang diucapkan dalam 2 bahasa (English & Arabic):
“Sekarang kita berada pada ketinggian insya Allah sekian, suhu diluar insya Allah sekian derajat celcius, waktu setempat insya Allah pukul sekian, kita akan sampai di kota tujuan insya Allah sekian lama lagi”
Perasaan waktu naik Emirates (saya) dan Turkish (masguh), gak gitu-gitu amat deh. Apa emang waktu itu kami gak peduli detil kali ya. Hehehe
Mendarat di Jedah sekitar jam 9 malam, menunggu koper masuk bus dan kelengkapan seluruh peserta sampai jam 11an. Lanjut naik bus ke hotel, pembagian kamar dan nasi kotak. Masuk kamar, kami sudah tepar. Gak semangat menyentuh nasi kotak. Hanya bersih-bersih diri sambil ngeliatin Masguh yang sibuk ganjel hidung karena darah terus keluar sejak dari pesawat *berusaha gak keliatan panik*. Baru bisa tidur sekitar jam 1an.
Sesuai jadwal, setelah sarapan kami digiring ke district Al-Balad. Beneran digiring karena memang jalan kaki rombongan 80 orang, dikawal petugas sekitar 5 orang. Beginilah tampak depan bangunan Bait Al-Balad (kami diajak ke belakang gedung ini):
Sudah menjadi rahasia umum, semua travel agent pasti mengajak seluruh pesertanya ke Corniche Commercial Center dan sekitarnya untuk berbelanja. Walau kami kesana masih terlalu pagi untuk ukuran warga setempat, tapi sudah ada beberapa toko yang buka. Makin siang makin rame tentunya. Bisa dibilang 80% dari yang datang kesini adalah orang Indonesia. Karena itu penjaga toko piawai menggunakan Bahasa Indonesia. Bahkan nama toko dan tulisan yang ada di dalam toko pun menggunakan berbagai kata dalam Bahasa Indonesia.
Segala macam barang ada disini. Mulai dari pakaian, parfum, barang elektronik, aneka kurma, sajadah, cokelat sampai berbagai perhiasan dijual disini. Yang paling berisik adalah penjual mainan seperti tampak pada foto dibawah. Boneka unta yang kalau dipencet ada suara orang bershalawat lah yang bikin ramai.
Selain menggunakan beberapa kata dan piawai berbahasa Indonesia, penjual disini juga menerima Rupiah. Bahkan ada penjual yang teriak “3 pieces 100ribu rupiah“. Saya gak begitu suka belanja saat traveling kemanapun. Begitu juga disini. Malah sibuk foto-fotoin toko dan isi barangnya aja. Lanjut nyari jajanan dan nongkrong dipinggir jalan sambil memperhatikan sekitar. Cuma beli coklat isi kurma untuk teman-teman kantor saja. Gak yakin di Madinah dan Mekah akan kepikiran belanja, jadi udah beli dari sini biar gak repot.
Seperti ini tempat ‘tongkrongan’ saya saat menunggu yang lain belanja:
Setelah sholat dzuhur dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan bus. Jarak yang akan kami tempuh sekitar +/- 450 km dengan waktu tempuh selama +/- 6 jam. Seperti ini pemandangan selama perjalanan:
Bosan? Tentu!
Capek? Iya lah!
Tapi kami masih semangat banget, karena kami akan ke kota Rasulullah SAW. Sambil menikmati pemandangan padang pasir, saya jadi ingat lirik lagu Bimbo
Rindu kami padamu ya rasul
Rindu tiada terpera
Berabad jarak darimu ya rasul
Serasa dikau di sini
Aaaahhh mewek lagi deh gw -_-
Gimana nanti kalau udah sampai di makam Rasul ya?
Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.org/category/jalan-jalan/umroh/