Browsed by
Category: Jawa Barat

Trans Bandung

Trans Bandung

Postingan telat banget … tapi dari pada cuma duduk manis di draft kan yah. Mohon dimaafkan.

Seperti udah disinggung sebelumnya, tujuan ke Bandung kali ini dalam rangka dinas. Tapi berhubung baru ninggal suami + anak, kok ya gak tega kalo lanjut ditinggal lagi. Akhirnya diboyong deh suami + anak2 untuk ikut ke Bandung mumpung masih pada libur sekolah juga. Kalo Masguh terpaksa cuti kantor 1 hari (Jumat) untuk bisa ikut.

Kami berangkat Kamis malam, 18 Juli 2013 dari BSD. Sampai di Bandung sekitar jam 12 malam. Langsung check in di Ibis Trans. Jam 3-4 dini hari kami mendapat jatah sahur sebagai pengganti sarapan di resto lantai dasar.

Jumat pagi saya menghadiri Mid Year National Meeting di Grand Ballroom Trans Luxury Hotel. Anak-anak diajak papa nya naik angkot, katanya Fayra minta pancake McD untuk sarapan. Saya dikirimi foto melalui imessage:

transbdg1

Selama saya meeting, mereka jalan-jalan dan nonton bioskop di Trans Mall. Saat waktunya sholat Jumat, Fayra ikut saya untuk makan siang di Grand Ballroom. Siang itu kami pindah kamar ke hotel Trans Luxury. Dekorasi hotel disesuaikan dengan bulan puasa, bagus banget.

transbdg2

Konon katanya hotel ini masuk kategori bintang 5. Pantas saja design interiornya tergolong mewah. Kami tinggal di kamar kelas paling murahnya, yaitu Premier, dengan luas kamar 40 meter persegi. Sengaja minta twin bed, ukuran tempat tidurnya 120×200 cm. Cukup ditempati 2 orang, Rafa dengan papa nya sementara saya dengan Fayra.

transbdg3

Fasilitasnya juga lengkap. Peralatan mandi dengan keharuman yang tidak biasa, ‘bau mewah’ saya menyebutnya. Hihihihi. Ada iHome juga di samping tempat tidur, yang fungsinya sebagai charger, speaker dan alarm. Jadi kita bisa menancapkan iPhone/iPod/iPad ke alat ini.

transbdg4

Saya lanjut meeting dan masguh menemani anak-anak berenang. Saya cuma terima kiriman foto saat anak-anak berenang. Ternyata mereka tidak beneran berenang. Angin lumayan kencang dan suhu airnya dingin, kata mereka. Jadi mereka cuma main-main aja di bagian kolam berpasir.

transbdg5

Setelah menemani anak-anak makan malam, saya ikut gala dinner dengan tema The Eyes of the Dragon. Dress code malam itu “Chinese Looks”. Ribet deh ya cari baju cina muslimah. Untung saya ingat pernah jahitin baju 5 tahun lalu, dengan model baju cina. Sebelum berangkat saya bongkar-bongkar lemari, alhamdulillah ketemu dan yang paling penting adalah baju ini MASIH MUAT. Hahahaha

transbdg25

Saya masuk kamar saat anak-anak sudah terlelap. Alhamdulillah tugas saya sudah berakhir. Besok pagi setelah sarapan dan check out, kami bisa menikmati Trans Studio bersama-sama. Kebetulan saya menerima 4 buah tiket masuk secara cuma-cuma dari panitia.

transbdg6

Tiket resmi nya untuk hari Senin – Jumat, dijual dengan harga Rp 150rb/org. Kalau untuk hari Sabtu – Minggu dan hari libur nasional, harga tiketnya Rp 250rb/org. Bayi juga harus bayar tiket penuh loh. Jika tidak mau antri, kita bisa ambil tiket VIP dengan tambahan biaya Rp 250rb/org. Setiap masuk permainan, pemegang tiket VIP bisa masuk jalur khusus tanpa antri.

transbdg9

Enaknya main di bulan puasa, pengunjung nya tidak sebanyak akhir pekan biasa. Malah bisa dikatakan sepi. Kami bebas masuk semua permainan tanpa antri. Kebetulan kami masuk masih jam 9-10 pagi, pengunjungnya juga masih sedikit banget.

transbdg7

Makin siang pengunjung mulai banyak berdatangan. Kebanyakan sih rombongan dari sekolah. Enaknya main di theme park dalam ruangan, tidak berasa panas. Kalo bulan puasa gini main di Dufan sih pasti berasa banget capek, laper dan hausnya.

transbdg11

Kita dilarang membawa makanan saat masuk ke dalam Trans Studio. Kita harus membeli kartu keluaran bank Mega dengan harga Rp10rb, kemudian kita isi pulsa untuk digunakan dalam membeli makanan, minuman atau merchandise. Jika saldo masih ada, kita bisa redeem atau bisa juga digunakan di merchant-merchant Bank Mega dalam Trans Mall.

transbdg12

Ketika waktu sholat dzuhur tiba, kami mencari lokasi mushola. Ternyata terletak di belakang wahana Super Heroes 4D, tidak jauh dari pintu masuk. Papan petunjuknya jelas kok, tinggal masuk ke dalam lorong kecil di sebelahnya wahana ini. Mushola nya tidak besar, tapi cukup bersih.

transbdg10

Alhamdulillah anak-anak senang bermain di sini dan puas banget karena tidak ada antrian. Gak kebayang kalo ke sini pas musim liburan, mungkin bisa seharian untuk masuk ke semua wahana permainan. Kami bisa menyelesaikan semua permainan hanya dalam waktu 3-4 jam saja.

transbdg8

Lihat foto di atas ini, sepertinya sebentar lagi saya akan jadi orang paling pendek di rumah. Rafa udah lebih tinggi dari saya dan Fayra pelan-pelan tumbuh meninggi juga.

Senangnya anak-anak bisa menemani saya bekerja di Bandung dan akhirnya saya bisa menemani mereka liburan.

Bandung Giri Gahana

Bandung Giri Gahana

Mumpung Uti dan Akung masih ada di Jakarta, kami mengajak mereka libur lebaran. Sebenarnya uti dan akung sudah 6 bulan sih disini, sejak kami umroh bulan Maret lalu. Karena gak ada pembantu yang nginep permanen, jadi mereka nunggu Rafa dan Fayra sekalian lebaran di Jakarta.

Ayah mengusulkan untuk menginap di Bandung Giri Gahana resort, tepatnya di daerah Jatinangor bersebelahan dengan UnPad. Kalo bapak-bapak punya rencana, sudah pasti ada udang dibalik peyek. Yupe, jelas banget memang mereka pingin main golf aja disitu.

Kami berangkat Kamis (23 Agustus 2012) pagi, sampai di BGG sekitar jam 12. Sempat sarapan dulu di KM57, plus makan siang di Jatinangor sebelum ke hotel. Alhamdulillah udara siang itu walau matahari terik, tapi angin nya masih sejuk. Ini pemandangan dari teras kamar di lantai 3, jelas lapangan golf yang membentang di depan hotel:

Tengok kiri sedikit, terlihat gunung apa deh itu namanya yang ke arah Sumedang?

Setelah sholat dzuhur, bapak-bapak langsung bersiap untuk turun ke lapangan. Masguh dan ayah (adik iparnya) ini merupakan teman kuliah di poli ITB. Beda jurusan, tapi 1 angkatan dan kos-kosan. Udah jadi kakak adik makin kompak aja deh.

Sekitar jam 3-4 sore, anak-anak mulai bosan main mobil remote control (yang dibawa dari Jkt) di kamar. Semua pingin tau lapangan golf. Kami menyewa 1 buggy (mobil golf) tambahan, untuk digunakan anak-anak keliling lapangan.

Dengan 2 buggy, kami berkeliling mengikuti bapak-bapak. Saat mereka mukul, kami berhenti dan jadi penggembira dipinggir lapangan.  Sekampung deh ikut semua:

Kapan selesai mainnya kalau anak-anak rusuh gini:

Ternyata di tengah-tengah kami ditegur pengurus resort, katanya selain pemain tidak boleh turun. Supaya tidak mengganggu pemain lain, kami diminta untuk ikut buggy tour. Akhirnya kami diberi 1 supir buggy yang merangkap menjadi tour guide.

Akhirnya sekitar jam 5 mereka selesai juga main golf nya. Kami kembali ke kamar untuk mandi dan sholat. Setelah magrib, kami keluar mencari makan malam tapi masih di sekitar Jatinangor.

Besok paginya setelah sarapan, anak-anak langsung menuju Children Playground.

Di dalam Children Playground, di sebelah kanan ada ayunan dan perosotan:

Di sebelah kiri ada kolam renang lengkap dengan perosotan setinggi 3-4 meter:

Awalnya Rafa dan Fayra main ayunan, sementara Rizky main sepeda. Duh itu Fayra ampun deh, udah didorong sama Rafa tinggi masih gak puas juga. Minta lebih tinggi terus *emak deg2an di pojokan*

Udah puas main, ditutup dengan berenang. Fayra berani aja loh main perosotan yang tinggi ini. Sampe kulit telapak tangan keriput, baru pada mau naik ke kamar.

Apa anak-anak doang yang asyik main?

Tentu tidak!

Uti ditemani anak gantengnya (menurut Uti hehehe), main pingpong melawan anak cewek yang ditemani mantunya. Sementara mantu perempuannya sibuk poto-poto dan ngetawain mereka sama akung. Hihihihi.

Setelah sholat Jumat, kami menuju kota Bandung. Biasa lah kalo ke tengah kota, cari yang lagi trend di Bandung. Dari mulai fashion sampe ke jajanan. Kami tutup liburan ke Bandung kali ini dengan makan malam di The Maxi’s Resto di daerah Ciumbuleuit. Nyari lokasi resto ini agak PR banget sih, apalagi karena kita kesananya malam. Jalan di sebelah hotel Arjuna tempat masuk ke Resto ini, gelap dan masih jelek (belum aspal mulus). Memang tidak jauh dari jalan Raya, tapi khawatir dengan kondisi jalannya. Alhamdulillah makanannya enak dan harga standar resto di Bandung lah.

Berangkat jam 9 malam dari Bandung, sampai BSD jam 12 malam. Langsung tepar deh. Untungnya besok Sabtu, masih ada waktu istirahat sampai Senin sebelum anak-anak kembali sekolah.

Bagaimana libur lebaran kalian?

Mohon maaf lahir batin yaaa, kali aja ada salah kata – salah gaya – salah posting – salah komen.

Liburan Awal 2012

Liburan Awal 2012

Rafa tanya “kenapa sih ma, kalo kita liburan itu perginya selalu mepet sebelum masuk sekolah?

Saya dan Papa nya menjelaskan, kondisi liburan itu dinamakan Peak Season. Dimana semua orang ingin berlibur, menyebabkan harga penerbangan dan hotel menjadi sangat tinggi alias mahal.

Saya balik tanya “kamu mau jalan-jalan di awal liburan, setelah itu bosan dirumah 3 minggu sisanya. Atau bosan dirumah 3 minggu, baru asyik jalan-jalan?

Rafa langsung menjawab “iya enak kaya gini aja deh ma. Bosan dulu, abis itu jalan-jalan. Trus istirahat 2-3hari, balik ke sekolah jadi semangat

Alhamdulillah senangnya anak udah bisa diajak diskusi.

Liburan kali ini, kami membuat 3 alternatif tujuan:

  1. Pulau Seribu
  2. Garut
  3. Bandung

Pulau Seribu dibatalkan mengingat cuaca yang lagi agak kurang bersahabat akhir-akhir ini. Khawatir ombak besar, sementara ini akan menjadi perjalanan pertama anak-anak menggunakan kapal laut (ferry / speed boat). Takutnya pengalaman pertama mereka, malah bikin mereka gak nyaman.

Garut dibatalkan setelah uti dan akung menunda kedatangannya ke Jakarta. Akung masih harus menjalani fisio terapi seminggu sekali. Jadi mungkin ke Jakartanya ditunda 1-2 bulan ke depan sampai pengobatan akung tuntas.

Akhirnya kami cuma pergi ke Bandung ajah. Tujuan utama leyeh-leyeh alias istirahat. Jadi jadwal tidak dibuat padat. Lebih banyak menikmati hotel dan kumpul keluarga.

Hari pertama (Kamis, 5 Jan 2012) begitu sampai di Bandung, kami langsung menuju Museum Geologi.

Masuk sini serba GRATIS loh. Di pintu masuk, kita cuma diminta mengisi data diri di buku tamu. Parkirnya gratis juga. Kami sempat menonton film di Auditorium tentang sejarah terbentuknya benua di muka bumi. Kemudian kami menuju sayap timur untuk melihat sejarah kehidupan.

Alhamdulillah museum ini sangat terawat dan bersih. Sempat ke toilet mengantar Fayra, kondisinya bersih juga. Kami lanjut ke sayap barat untuk melihat ruang Geologi Indonesia. Disini diperagakan batuan dan mineral, gunung api, dan kegiatan penyelidikan geologi di Indonesia. Sayangnya lantai 2 masih ditutup untuk renovasi.

Berbeda dengan Rafa yang sangat antusias di dalam museum ini, Fayra komentar “aku gak suka museum ini. Isinya cuma tulang tengkorak dan batu doang“. Rafa coba menghibur “tapi batu-batunya bagus loh Fay. Lihat tuh stalaktit, belerang dan batu kristalnya keren banget“.

Hari kedua (Jumat, 6 Jan 2012) kami menikmati hotel aja.

Kami menginap di Padma Hotel. Milih kamar yang ada bak mandinya. Jaga-jaga kalo anak-anak minta berenang, tapi diluar hujan. Padahal sih mamanya Rafayra malas keluar kamar hehehe.

Ternyata kolam renangnya ada air hangat. Karena posisinya di pinggir lembah Ciumbuleuit, jadi hawa nya tetap aja dingin. Hotel ini memberikan compliment berupa Afternoon Tea (jam 15:30 – 17:00) dan Breakfast (jam 06:00 – 10:00). Minuman hangatnya gak cuma teh dan kopi, tapi lengkap ada bajigur dan aneka jamu tradisional. Makanannya juga dari waffle, pancake, sampai surabi dan jajan pasar (rebusan ubi, singkong, getuk, putu mayang, dll).

Alhamdulillah karena anak-anak masih dibawah usia 12 tahun, semua itu berlaku gratis juga untuk anak-anak. Pemandangan bagus, makanan enak-enak (western food dan makanan tradisional), pelayanan memuaskan, kondisi hotel juga sesuai lah.

Setelah berenang dan sarapan, kami keliling kawasan hotel. Ternyata selain menyediakan meeting room, chapel untuk tempat menikah, Jacuzzi, kolam renang anak, kolam renang dewasa, fitness center dan spa, hotel ini juga menyediakan arena untuk anak-anak. Ada jungle tracking, wall climbing, lapangan basket dan bola ukuran kecil, juga ada tempat pelihara burung dan angsa.

Saya gak mau kalah dong, ikut main bola sama Rafa dan papanya. Fayra yang melihat petugas menyebar pupuk kandang (kotoran sapi dan kuda) ke semua rumput, memilih pegang kamera dan foto-foto dari pinggir aja. Takut celana panjang dan sendalnya kotor, katanya. Princess banget ya anak gw *tepok jidat*.

Setelah check out dari Padma, kami janjian ketemu mbah mami (ibu saya) dan keluarga kakak saya di salah satu FO di Jl. Riau. Ibu-ibu belanja baju untuk anak-anak, sementara Rafa dan bapak-bapak sholat Jumat. Setelah makan siang, kami check in ke Aston Braga. Seru juga yah rame-rame menginap di condotel isi 3 kamar.

Hari ketiga (Sabtu, 7 Jan 2012) kami pergi ke Rumah Stoberi di Lembang.

Harusnya formasi liburan kali ini, lengkap dari sisi keluarga saya. Sementara awal 2011, formasi liburan keluarga lengkap Masguh. Sayangnya Kamis malam, dapat kabar kalau adek saya sakit. Padahal Heri sudah dapat cuti kantor dari Jumat sampai Senin. Flu nya agak berat, takut menularkan anak-anak. Jadi gak bisa nyusul ke Bandung deh.

Alhamdulillah kesampaian ngajak Mami liburan bersama cucu-cucunya. Padahal baru seminggu sebelumnya mami pulang dari Brisbane – Australia menemani adiknya natalan di sana. Tapi ketika diajak liburan, mami dengan semangat menyanggupi.

Kalau liat foto diatas, ketauan deh saya paling bogel di keluarga. Dibanding kakak, adik dan mami … saya paling pendek dan memiliki ukuran kaki yang kecil (padahal 38 loh). Bersyukur sih gak terlalu besar seperti mereka, karena saya jadi mudah mencari pakaian dan sepatu. Gak harus repot cari ukuran besar *ngeles aja, padahal mah malu pendek sendiri* Hehehe

Senangnya mengawali tahun 2012 dengan liburan. Bisa melupakan sejenak kegiatan rutin (kantor dan sekolah), menguatkan tali kekeluargaan, juga benar-benar nge-charge baterai diri kami. Semoga bisa lebih semangat menjalani tahun 2012 ini. Amin.

Life is good, it will be better if we can enjoy it!

Green Canyon – Pangandaran

Green Canyon – Pangandaran

Saya sudah berjanji untuk tidak petakilan lagi. Saya bersedia menahan ngilu kemiringan tulang belakang sambil nyengir demi menghindari operasi lagi atau suntik gelombang radio. Tapi saya tidak bisa menolak ketika teman-teman kantor mengajak outing ke Green Canyon – Pangandaran yang lagi booming itu. Nama asli Green Canyon dalam bahasa sundanya adalah Cukang Taneuh.

Menurut EO, perjalanan menuju GC harusnya ditempuh selama 8 jam. Dan divisi kami sudah mendapat ijin dari bosbesar untuk meninggalkan kantor dari jam 2 siang. Harusnya sih sampai tujuan jam 10 malam. Tapi karena sempat berhenti beberapa kali ke toilet, berhenti makan malam dan berhenti ganti ban yang kempes, kami baru bisa sampai Pangandaran jam 12 malam teng … persis kaya Cinderella ajah.

Kami menginap di Sunrise Anita. Dibilang hotel, gak kaya hotel. Dibilang losmen, fasilitas kamarnya bagus banget. Lebih mirip kos-kosan gitu sih, bersih banget. Ada yang 1 kamar berisi 1 queen bed (160 x 200 cm) untuk 2 orang, ada yang berisi 2 queen bed untuk 4 orang, ada juga yang berisi 1 queen bed + 1 single bed (120 x 200 cm) untuk 3 orang. Masing-masing tempat tidur dilengkapi dengan bantal + guling. Fasilitas lain dalam kamar tersedia AC + TV + galon air + ketel elektrik + kulkas + kamar mandi dalam. Eh kloset duduknya merk Toto loh *penting*. Owh iya, setiap kamar pun disediakan gantungan handuk + sapu. Mantab yaaaa, cuma Rp300rb sajah bisa untuk maks 4 orang.

Besok paginya kami sarapan nasi goreng di penginapan, kemudian naik bus menuju Green Canyon kurang lebih 1 jam. Saya sudah menyiapkan mental, kalo memang medannya terlalu berat saya hanya akan jadi penonton dan tukang foto saja. Tapi kalo dirasa cukup aman, saya mau banget ikut berenang bersama teman-teman.

Sayangnya satu hari sebelum kami ke sana hujan turun di Pangandaran. Walau saat kami datang cuaca cerah, tapi air sungai nya coklat bukan hijau *namanya Brown Canyon dong yah*. Dan ketinggian air juga tidak seperti biasanya yang hanya sepaha, kali ini sampai sedada orang dewasa. Karena Green Canyon lagi ngetop, banyak banget pengunjungnya. Terlihat dari jumlah perahu disepanjang perjalanan. Sampai antri untuk sekedar turun dari perahu dan berenang disepanjang sungainya.

Kami turun dari perahu dan naik ke atas batu besar. Perahu hanya sampai batas ini, untuk bisa menikmati Green Canyon kita harus melanjutkan perjalanan dengan berenang. Saya lihat ke dalam sungai, air yang agak dalam sepertinya bukan penghalang. Kami dilengkapi dengan rompi pelampung dan banyak sekali lifeguard di sepanjang sungai. Untuk melawan arus, disediakan tali untuk kita berpegangan sambil berenang menyusuri sungai. Medan aman terkendali, saya pun memutuskan untuk ikut nyemplung. Dan petualangan pun dimulai …

Pertama kami berenang dengan aliran sungai yang tidak begitu deras. Walau melawan arus, tapi masih bisa diatasi. Berenang santai sambil menikmati pemandangan dinding batu di kanan kiri sungai. Dari mulai gaya bebas, sampai akhirnya saya pakai gaya punggung. Yak sejak operasi tulang belakang, saya tidak kuat untuk berenang gaya bebas lama-lama. Jadi saya santai membalikkan badan, hanya modal menggerakan kaki saja. Subhanallah pemandangan batu-batu alam disini indah sekali.

Kalau beruntung, kita bisa menemukan batu di tengah-tengah sungai sebagai pijakan untuk istirahat. Tapi kadang ada batu besar yang menutup tengah sungai hanya menyisakan celah kecil dan membuat kita terpaksa naik ke atas batu, kemudian turun di sisi satunya untuk melanjutkan berenang.

Begitu sampai di daerah dengan aliran air yang lumayan deras, kita harus berpegangan tali yang disediakan oleh lifeguard. Kita pun harus berenang ke pinggir dan mencari pijakan atau pegangan dinding. Berenangnya mah gak seberapa capek, yang terasa banget itu naik turun batu besarnya. Jadi istirahat dulu sambil duduk-duduk dan melihat pemandangan juga orang-orang lain yang berenang. Ngos-ngosan, tapi gak keringetan karena basah kuyup. Entah karena kondisi badan, atau saya yang udah mulai tua yah. Hehehe

Sampai di ujung (foto diatas), kami tinggal balik ke arah tempat masuk tadi. Nyemplung lagi ke air, dan arahkan badan mengikuti arus. Naikkan kaki seperti posisi duduk selonjor tapi kita mengambang, gunanya untuk menghindari benturan kaki ke batu besar. Udah deh ikutin arus aja sampai ke tempat awal. Enak banget baliknya. Effortless!

Pakbos sempat-sempatnya ngajak loncat dari batu yang berbentuk jamur dengan ketinggian sekitar 3 meter. Dibawah batu ini kedalaman sungai katanya sih 4 meter. Jadi aman kalo mau loncat dari atas, pun tidak ada batu di bawahnya. Tapi maaf saya sadar diri gak bisa ikutan. Dari pada kenapa-napa malah ngerepotin orang banyak. Saya sudah merasa berprestasi bisa melakukan kegiatan ini, dengan segala keterbatasan yang ada. Saya yakin orang-orang yang liat saya berenang disana gak percaya kalo badan saya tambel-tambelan. Hihihihihi

Dari Green Canyon kami kembali pulang ke penginapan. Mandi, makan siang dan sholat … kemudian jalan kaki menuju pantai untuk menjelajahi beberapa gua di Taman Wisata & Cagar Alam Pangandaran.

Pertama kami ke gua Jepang. Seperti namanya, ketebak lah kalo gua ini dibuat saat penjajahan Jepang. Pekerja Indonesia yang menjadi tenaga romusha membuat gua ini selama beberapa tahun. Setelah jadi, mereka dibunuh dan dibuang ke laut untuk menghilangkan jejak. Gua ini sangat sempit dan pendek, karena ukuran orang Jepang tahun 1943 memang kecil-kecil. Kami harus berjalan membungkuk sambil terus memegang senter. Gelap banget didalam sana. Pintu keluarnya juga hanya lubang kecil dengan undak-undakan anak tangga yang dipenuhi akar pohon.

Sepanjang perjalanan dari satu gua ke gua lain, kami bertemu dengan beberapa binatang yang hidup bebas di cagar alam ini. Ada 2 jenis monyet, ada rusa, ada landak, dan berbagai serangga. Kami masuk ke beberapa gua alami. Walau di dalamnya luas, tetap saja ada yang pintu keluarnya lumayan sempit dan membuat kita harus berjalan miring.

Teman saya yang hamil, terpaksa harus berjalan memutar kembali keluar gua dari pintu masuk karena sangat berbahaya jika meneruskan perjalanan. Perutnya yang sudah membuncit tidak muat di celah sempit ini. Di ujung gua sampai lah kita ke pantai. Untuk menuju pantai pasir putih, kita harus naik ke atas bukit kecil untuk ke sisi pantai sebelah, karena pantai yang di depan gua pasirnya berwarna hitam.

Tadinya kami mau main bola dulu di pasir putih atau keliling pantai dengan menyewa sepeda, tapi awan gelap bergerak ke arah kami. Khawatir hujan turun, kami langsung naik perahu menuju pantai yang dekat dengan penginapan. Kaki udah gempor banget, gak kuat jalan kaki balik. Hehehe

Sampai di penginapan, kami mandi lagi *kali ini baju sedikit basah keringet*. Setelah sholat magrib kami jalan menuju pasar ikan untuk menikmati seafood sebagai menu makan malam. Nasi panas, tumis kangkung, ikan jambal, gurame bakar, cumi goreng tepung, udang saos tiram, teh panas tawar … nikmat banget deh.

Demi menghemat waktu, kami memutuskan untuk mempercepat waktu pulang. Yang harusnya berangkat Minggu jam 9 pagi, kami majukan Sabtu jam 11 malam itu juga. Dari pada kena macet bareng arus balik wiken dari Bandung, kami memilih tidur di bus. Alhamdulillah jam 7 pagi sudah sampai di BSD dengan selamat.

Kami gunakan Sunburst Adventure sebagai EO. Biaya per orang kurang lebih Rp 700rb. Biaya tersebut mencakup:

  1. Bus wisata (AC, LCD TV, reclining seat, uang tol dan tip untuk supir)
  2. Penginapan 2 malam sharing ber 4
  3. Makan 5x
  4. Tour guide
  5. Tiket masuk ke cagar alam
  6. Sewa perahu
  7. P3K
  8. Dokumentasi (foto-foto)

Alhamdulillah saya berhasil melakukan aktivitas outdoor ini tanpa keluhan. Yah kalau cuma pegal-pegal wajar lah ya, yang sehat pun merasakan juga. Ini adalah kegiatan alam pertama saya setelah 7 tahun operasi. Bangga deh bisa melawan penyakit dan ketakutan diri sendiri. Siapa bilang emak beranak 2 yang pernah operasi turun mesin 5x, gak bisa melakukan kegiatan menantang? Saya BISA dan sudah membuktikannya!

Etapi Jangan lupa perhitungkan medan dan keselamatan diri dulu yah.

Saung Angklung Udjo

Saung Angklung Udjo

Saat saya ada tugas kantor di Bandung, keluarga (Masguh, Rafa, Fayra dan papanya masguh) mengantar hari minggu sekalian menikmati kota yang selalu bikin kangen itu.  Sebenarnya Fayra minta ke kebun strawberry, tapi karena berangkat udah agak siang kebayang macet arah Lembang. Akhirnya kami cari makan di tengah kota, dan langsung menuju Saung Angklung Udjo. Klik gambar dibawah ini untuk melihat lebih besar (source: Saung Angklung Udjo)

Saat kami tiba disana pertunjukan masih belum dimulai, jadi kami memiliki cukup banyak waktu untuk berkeliling area Saung Angklung Udjo yang luasnya 1000 meter persegi. Bpk Udjo Ngalagena beserta istrinya Uum Sumiati mendirikan sanggar kesenian Sunda in tahun 1966. Udjo Ngalagena sangat terinspirasi oleh filosofi gurunya Daeng Soetigna yang disingkat dengan 5M; Mudah, Murah, Mendidik, Menarik dan Masal. Kemudian, Udjo menyempurnakan filosofi ini dengan menambahkan satu nilai, yaitu Meriah.

Kami pergi ke belakang tempat produksi Angklung yang terbuat dari bambu. Cara memainkan alat musik ini sangat sederhana, tinggal menggoyangkan saja. Tetapi pembuatannya tidak sesederhana itu.

Bambu dipilih berdasarkan usia yaitu minimal 4 tahun dan tidak lebih dari 6 tahun dan dipotong pada musim kemarau dari pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore hari. Setelah memotong dasar dari pohon bambu, dengan ukuran kurang lebih 2-3 jengkaldari permukaan tanah, bambu harus disimpan selama sekitar 1 minggu, sehingga bambu benar2 tidak berisi air. Setelah seminggu bambu harus dipisahkan dari cabang-cabangnya dan dipotong menjadi berbagai ukuran tertentu. Kemudian, bambu harus disimpan selama sekitar satu tahun untuk mencegah dari gangguan hama. Barulah bambu tsb dibentuk menjadi tabung suara, disemat, dimasukan ke dalam rangka dan terakhir diikat dengan tali rotan.

Di dekat loket tiket pertunjukan ada toko cindera mata. Barang yang dijual dan ditampilkan disana mulai dari suvenir pernikahan dan peralatan tulis–menulis hingga kerajinan seni dan segala pernak–pernik. Sebagian besar menggunakan bahan dasar bambu. Ada juga topeng, wayang dan berbagai batik yang berasal dari Jawa Barat. Sambil lihat-lihat, kami menyaksikan pertunjukan 2 orang yang memainkan gitar dan angklung. Mereka memaikan lagu top40 manca negara, Keren banget!

Fayra dan Rafa membeli gantungan kunci yang terbuat dari bambu. Sang bapak mengukir nama pembeli dengan peralatan semacam las yang diselimuti bambu. Ujung alat itu runcing dan mengeluarkan api, kemudian membakar permukaan bambu dan meninggakan bekas bakaran berbentuk ukiran nama Rafa dan Fayra. Harganya cuma 5rb per buah.

Pertunjukan setiap hari dimulai pukul 15:30 sampai jam 17:30. Harga tiket masuk pertunjukkan sebesar Rp 35,000 untuk anak-anak, Rp 50.000 untuk WNI (dewasa) dan Rp 80.000 untuk tamu asing. Sudah termasuk kalung berbandul angklung kecil dan welcome drink yang bisa dipilih antara lain: air mineral botol, teh botol sosro, teh bersoda, jus jeruk, wedang jahe. Dan ternyata beneran gak rugi bayar tiket masuk segitu, karena pertunjukan benar-benar 2 jam non-stop.

Pertunjukan Bambu Petang (afternoon regular show) terdiri dari:

  1. Demonstrasi wayang golek
  2. Upacara Helaran
  3. Pencak Silat
  4. Tari Kuda lumping
  5. Tari burung Merak
  6. Arumba (Alunan rumpun bambu) –> instrumen yang memainkan beragam jenis musik yang berbeda, dari tradisional, klasik, hingga kontemporer.
  7. Angklung pemula
  8. Angklung orkestra
  9. Angklung masal
  10. Di akhir pertunjukan, para penonton akan diajak untuk menari bersama anak–anak

Semua pengumuman dan pengarahan selama acara disampaikan dalam beberapa bahasa: Sunda, Indonesia, English, Dutch bahkan Korea. 2 orang MC remaja sangat fasih dengan kemampuan bahasanya. Begitu juga saat anak-anak (para pemain) memperkenalkan diri mereka menggunakan bahasa Inggris, menyebutkan nama dan usia. Kemampuan bahasa ini sangat penting karena 90% pengunjung yang datang berasal dari manca negara. Saat kami kesana, mungkin hanya 10-15 org yang penduduk lokal. Sementara sisanya berasal dari Belanda, Malaysia, Singapore dan Korea.

Gemes banget liat 70% pemain berusia 3-10 tahun. Iyaaa bener, ada anak berusia 3 tahun yang ikut tampil disana. Hebat kan!

Para remaja nya pun gak kalah hebat. Mereka menampilkan sebuah pertunjukan interaktif dan orkestra. Keharmonisan suara Angklung terdengar memainkan lagu-lagu populer. Jadwal mereka setahun ini (2011) padat loh untuk tampil keliling dunia. Kebetulan mereka baru pulang dari beberapa kota di China (tampil di berbagai perayaan Tahun Baru Imlek), jadi mereka memainkan lagu-lagu popluer China.

Setelah Bpk Udjo wafat tahun 2001, saat ini Saung Angklung Udjo dikelola oleh keturunan beliau (10 anak dan beberapa cucu nya). Bahkan sekarang sudah resmi berdiri sebagai badan hukum bernama PT. Saung Angklung Udjo. Selain memberikan pertunjukan hiburan, SAU juga memiliki banyak program lain seperti:

  • Pelestarian Seni & Budaya Sunda (memberikan beasiswa dan sosialisasi)
  • Seminar dan lokakarya
  • Pelatihan
  • Program magang
  • Riset
  • Dokumentasi seni

Bapak pada foto diatas, adalah salah satu anak Bpk Udjo. Dan 2 anak kecil disebelahnya, adalah anak beliau atau cucu Bpk Udjo. Saat semua penonton dibagikan angklung, 2 anak ini memimpin kami dengan kode tangan untuk memainkan beberapa lagu. Fayra dan Rafa senang banget bisa merasakan main angklung. Di akhir acara Fayra ikut turun dan menari bersama, tentunya milih teteh sang penari merak. She really loves their costume!

Semoga SAU bisa terus berkarya dan mengharumkan bangsa Indonesia di dunia Internasional.

Notes: Jangan ngaku sebagai orang Indonesia kalo belum ke SAU ya!

Pelestarian Seni & Budaya Sunda