Browsed by
Category: Jalan-jalan

Doha Metro – MRTnya Qatar

Doha Metro – MRTnya Qatar

Gak mau kalah sama yang lagi hits di Jakarta, saya juga mencoba naik MRT Qatar yang baru dibuka untuk umum tanggal 8 Mei 2019.

DOHA METRO adalah sebagian dari projek milik perusahaan Qatar Rail yang baru saja dibuka 1 jalur RED LINE untuk mendukung acara final Amir Cup sekaligus peresmian stadium Al Wakrah yang sangat futuristik.

Target pembangunan seluruh line MRT akan selesai dalam tahun 2020, sebelum Qatar menjadi tuan rumah acara World Cup tahun 2022 nanti. Akan ada 4 jalur sepanjang lebih dari 300KM secara total dan tersedia 100 stasiun di sebagian wilayah Qatar.

Red Line ini pun belum dibuka semua stasiunnya, baru 13 dari 18 stasiun. Masih akan dilakukan secara bertahap setelah lebaran Idul Fitri nanti. Sekarang Doha Metro hanya beroperasi di hari kerja (Minggu sampai Kamis) jam 8 pagi sampai jam 11 malam, akhir pekan ditutup untuk penyelesaian pembangunan.

Tanggal 30 Mei sampai 4 Juni Doha Metro akan ditutup untuk persiapan pembukaan beberapa stasiun baru, dan saat Idul Fitri akan dibuka lagi mulai jam 6 pagi.

Karena ada urusan mendadak di kota Al Wakrah yang jaraknya dari tempat tinggal saya bagaikan dari Jakarta ke Bogor, saya memilih untuk mencoba naik MRT yang pastinya waktu tempuh akan lebih cepat dan biaya juga lebih murah dibanding naik taksi.

Saya pergi sendirian dan mencoba naik dari stasiun Al Bidda, stasiun terdekat dari rumah saya. Kalau nanti semua line sudah beroperasional, saya bisa jalan kaki ke stasiun Al Sadd (Gold Line) yang cuma 100 meter dari rumah.

Doha Metro memiliki 3 jenis tiket:

  • Tiket STANDARD, yang bisa digunakan untuk naik gerbong regular dan keluarga
  • Tiket GOLDCLUB, yang bisa digunakan untuk naik gerbong VIP
  • Tiket LIMITED USE, yang hanya digunakan untuk 1x perjalanan dan bisa masuk ke gerbong regular dan keluarga

Pembelian tiket Standard dan Limited Use bisa dilakukan di mesin TVM (Travel Vending Machine), Al Meera, Lulu, Carrefour atau Jumbo Electronic.

Sementara pembelian tiket GoldClub bisa dilakukan di konter GoldClub di dalam stasiun Doha Metro.

Di dalam setiap stasiun selalu dilengkapi dengan Customer Service Center, kantor Gold Club, Pos Polisi, klinik kesehatan (untuk pertolongan pertama), ruang sholat yang terpisah untuk pria dan wanita, toilet yang juga memiliki fasilitas untuk mereka yang berkebutuhan khusus. Seluruh papan petunjuk dan peta perjalanan selalu dalam 2 bahasa: Arabic dan English. Nantinya akan ada juga toko-toko dan restoran di dalam stasiun untuk memenuhi kebutuhan penumpang Doha Metro.

Kita dilarang membawa binatang untuk bisa naik Doha Metro. Yang diijinkan hanya anjing terlatih dan bersertifikat yaitu: Guide Dogs pendamping Tuna Netra atau Hearing Dogs pendamping Tuna Rungu.

Mengabadikan dalam bentuk foto dan video untuk kebutuhan pribadi tidak di larang di seluruh area stasiun maupun di dalam kereta. Tetapi harus menjaga privasi penumpang lain dan hindari foto orang lokal sini ya.

Apa yang membedakan Doha Metro dengan MRT di negara lain?

Doha Metro memiliki 3 gerbong:

  • Gerbong Regular

Semua penumpang bisa naik ke dalam gerbong ini dengan harga tiket Standard 2 Riyal.

Tersedia 88 kursi di dalamnya, dan penumpang boleh berdiri apabila sudah tidak ada kursi yang tersedia.

  • Gerbong Family

Pemilik tiket Standard dan GoldClub boleh masuk ke gerbong ini.

Tersedia 26 kursi (ada kursi dewasa dan kursi anak dengan penopang kaki) dalam 1 gerbong.

Gerbong ini khusus hanya untuk wanita dan anak-anak. Laki-laki tidak boleh masuk.

  • Gerbong VIP

Hanya pemilik tiket GoldClub yang boleh masuk ke gerbong VIP, harga tiket 10 riyal.

Tersedia 16 kursi dalam 1 gerbong dan penumpang tidak boleh berdiri di gerbong ini.

Kursinya mewah banget yaaa.

Saat menunggu kereta di peron, saya dihampiri oleh seorang petugas yang menggunakan rompi Doha Metro.

Are you alone, mam?

Melihat saya mengangguk, beliau meminta saya mengikutinya ke arah tempat tunggu gerbong VIP.

Saya dipersilakan masuk ke gerbong, begitu kereta datang.

Ternyata di dalam perjalanan, ada petugas yang meminta tiket dan melakukan scan menggunakan alat di tangannya. Saya sempat panik, karena saya hanya memiliki tiket Limited Use seharga 2 riyal. Saya jelaskan kalau saya disuruh petugas di peron untuk masuk ke dalam gerbong ini, bukan keinginan saya pribadi.

Petugas tersenyum dan mengatakan “It’s OK, madam. Because you’re woman and you travel alone

Masya Allah … tabarakallah.

Saya sudah cerita sebelumnya betapa wanita dan keluarga dimanja di Qatar, ya?

Mungkin juga karena saya naik di saat sepi penumpang, maklum aja jam 11-12 siang di musim panas … jarang banget ada orang mau keluar rumah dan naik kendaraan umum di tengah suhu 50an derajat Celcius gitu. Hehehe

Keluar dari stasiun, saya bisa naik Shuttle Bus yang disebut Metro Link, disediakan secara gratis bagi pemilik tiket MRT dengan berbagai tujuan (dari dan menuju stasiun MRT) sebagai layanan tambahan dari Doha Metro. Bus akan berangkat setiap 12 menit sekali, kecuali di stasiun Free Zone yang berangkat setiap 20 menit sekali.

Metro Link ini merupakan bagian dari Karwa, perusahaan taksi dan bus umum milik pemerintah Qatar. Jika kita memiliki aplikasi Karwa di henpon, kita bisa booking taksi dari stasiun Metro dan mendapatkan FIX TARRIFS atau harga tetap 8 Riyal untuk perjalanan dalam radius 3 KM di sekitar stasiun dengan mengetik RAIL pada kolom kode promo di aplikasi.

Oh iya, di dalam bus Metro Link tersedia kursi khusus untuk wanita loh. Ladies Seating ini merupakan 4 kursi khusus di belakang supir yang tidak boleh diduduki oleh kaum lelaki.

Jadi begitu deh cerita pengalaman saya mencoba MRT di Qatar.

Semoga Allah berikan saya kesempatan untuk mencoba juga MRT di Jakarta. Apa kalian udah coba?

Qatar National Museum

Qatar National Museum

Desert Rose adalah nama yang diberikan untuk formasi cluster kristal gypsum atau baryte yang bentuknya mirip dengan kelopak bunga mawar.

Formasi fosil atau batu yang menyerupai kelopak bunga mawar ini terbentuk dari pasir yang mengkristal di daerah gurun pasir. Batu Desert Rose biasanya dijual di Qatar sebagai cindera mata dengan harga beragam mulai dari 500rb sampai puluhan juta rupiah tergantung ukuran.

Desert Rose juga yang menjadi aspirasi arsitek Perancis, Jean Nouvel, dalam merancang bangunan QATAR NATIONAL MUSEUM dengan luas 52 ribu meter persegi yang baru dibuka untuk umum akhir Maret 2019 lalu. Bangunan ini menjadi ikon baru di antara bangunan-bangunan unik lain di Qatar.

Jam operasional museum sebagai berikut:

  • Sabtu sampai Kamis : 9 pagi – 7 malam
  • Jumat : 1.30 siang – 7 malam
  • Pintu masuk dan area parkir ditutup jam 5:30 sore
  • Tiket terakhir diberikan jam 6 sore
  • Museum ditutup jam 7 malam

Mulai 18 April 2019 sampai dengan awal Ramadan, jam buka museum di akhir pekan (Kamis, Jumat, Sabtu) diperpanjang sampai dengan jam 9 malam.

Selama bulan Ramadan, jam operasional museum berubah menjadi jam 8 malam sampai jam 12 dini hari.

Pengunjung yang membawa anak-anak (Family Visitors) lebih diutamakan untuk bisa masuk ke dalam, terlepas dari tingginya jumlah pengunjung hari tersebut.

Harga tiket masuk Qatar National Museum:

  • Anak 0 – 3 tahun tidak perlu tiket
  • Anak di bawah usia 16 tahun GRATIS
  • Dewasa QAR 50
  • Pelajar atau Mahasiswa QAR 25 (dengan menunjukkan kartu pelajar/mahasiswa)
  • Rombongan lebih dari 25 orang diberikan diskon 50% (QAR 25)
  • Penduduk Qatar GRATIS dengan menunjukkan QID atau Qatar Driving License

View this post on Instagram

Bagian dalam QATAR NATIONAL MUSEUM

A post shared by De (@punyade) on

Museum ini didedikasikan untuk menghidupkan kisah unik Qatar dan rakyatnya dengan menyajikan kekayaan budaya dan warisan bangsa serta menunjukkan jaringan ikatan Qatar yang luas dengan negara-negara lain di seluruh dunia.

Qatar National Museum juga dirancang dengan berbagai ruang yang dinamis dan imersif sehingga komunitas yang beragam dapat berkumpul dan memahami masa lalu, masa kini, dan masa depan Qatar. Banyak kegiatan interaktif pada alat-alat display, sehingga proses belajar dalam museum ini bisa dilakukan secara menyenangkan terutama untuk anak-anak. Ada auditorium juga yang bisa menampung 220 kursi.

Setelah kita mendapatkan tiket masuk, petugas di depan eskalator akan scan barcode pada tiket yang berlaku untuk 3 hari. Kemudian kita naik eskalator untuk memasuki ruang display.

Begitu masuk ke dalam, pertama kita akan masuk ke ruangan yang menggambarkan pembentukan negara Qatar dan lingkungan natural seperti kondisi alamnya, hewan-hewannya, sampai kondisi cuaca. Berbagai binatang dengan ukuran asli dengan latar belakang video dan suara dari alam terdengar di seluruh ruangan. Berasa ada di alam terbuka beneran deh.

View this post on Instagram

Bagian dalam QATAR NATIONAL MUSEUM

A post shared by De (@punyade) on

Setelah itu kita masuk ke dalam ruangan yang menggambarkan penduduk Qatar, dari mulai pakaian penduduk aslinya, alat makan yang digunakan, aneka kerajinan tangan, berbagai macam aksesoris kuda dan unta yang merupakan alat transportasi pertama di Qatar, sampai dengan aneka karpet dan tenda yang biasa digunakan orang-orang Qatar.

Salah satu yang membuat saya sangat terpukau adalah karpet pada foto dibawah ini. Bukan sembarang karpet dari tenunan aneka benang …. karpet ini dibuat dari 1,5 juta butir MUTIARA dan dihiasi dengan beraneka batu safir, zamrud dan berlian.

Karpet ini dibuat tahun 1865 yang awalnya digunakan sebagai tutup dari makam nabi Muhammad SAW di Madinah.

Yang seru dalam museum ini, tata letak barang ditampilkan tidak hanya dalam bentuk asli … tapi ada juga yang dijelaskan dalam bentuk animasi. Contohnya peta negara Qatar dengan pembagian kota di bawah ini. Ditampilkan berubah-ubah menurut kondisi cuaca. Jika di bagian samping bertuliskan SUMMER alias musim panas, ada penjelasan bulan apa saja Qatar mengalami musim panas, kemudian dalam peta terlihat gerombolan hewan yang berjalan beringan ke arah pemukiman penduduk (kota) dan perahu yang juga merapat ke dermaga kota tersebut.

Sayangnya saat saya dan teman-teman berkunjung, restoran di dalam museum ini belum dibuka. Masih dalam tahap ‘finishing’. Padahal kami kelaparan dan kehausan. Kami ke sana saat jam sekolah anak-anak, sekitar jam 9:30 sampai jam 1 siang. Dari sana, teman-teman langsung menjemput anaknya ke sekolah. Sementara saya langsung pulang ke rumah karena anak-anak sudah ada taxi langganan yang menjemput.

Saya sengaja berkunjung ke sini duluan sebelum membawa anak-anak, supaya dapat gambaran terlebih dahulu seperti apa museum ini. Sehingga saat anak-anak ke sini, saya tidak buta banget dan bisa membimbing mereka selama berada di dalam museum.

Owh iya, museum ini juga punya toko cindera mata loh.

Interior ruangan dirancang menyerupai dalamnya gua di tengah gurun pasir. Benda yang dijual beraneka ragam mulai dari Desert Rose beraneka ukuran, alas tulis, bantal, taplak meja, aneka peralatan makan, tas sampai pajangan dinding berciri khas Qatar juga ada. Harganya tentu sesuai dengan barang yang memang pengerjaannya terlihat sangat bagus.

Gak bisa dibandingkan dengan harga souvenir di Souq Waqif karena memang beda kualitas juga.

Sesuai tagline museum “Beginnings, Life in Qatar, and The Modern History of Qatar“, 3 babak sejarah negara ini mulai dari awal terbentuknya negara ini, bagaimana kelangsungan hidup di negara ini sampai pencapaian Qatar akhir-akhir ini …. semua sangat tergambar jelas di seluruh bagian museum.

Sepertinya saya akan menjadikan National Museum ini ke dalam agenda wajib saat menerima tamu dari manca negara yang berkunjung ke Qatar. Pokoknya tempat ini ‘MUST VISIT’ banget untuk turis yang ingin lebih mengenal Qatar deh.

Zekreet Film City

Zekreet Film City

Mumpung masih tinggal di Qatar, kami berusaha menjelajah negeri ini bersama anak-anak. Sebentar lagi kan anak sulung akan kuliah yang belum tau di negara mana nantinya, jadi kami berencana memanfaatkan waktu 3-4 bulan ke depan untuk mendatangi tempat-tempat yang menarik. Mumpung kami masih lengkap berempat di sini.

Kalau melihat peta Qatar seperti gambar di atas, kami sudah pernah ke atas (kota Al Khor) dan ke bawah (kota Al Wakrah dan Mesaieed). Jadi kali ini kami mencoba melakukan perjalanan ke kiri, soalnya kalau ke kanan sudah mentok laut. Hehehe…

Jalan tol yang menghubungkan antar kota di negara ini menyenangkan deh. Kalau orang bule menyebut jalan tol sebagai FREE WAY … mungkin karena di negara mereka kondisinya sama seperti ini di sini ya. It is really a free way lebar, gak bayar dan lancar karena gak banyak mobil lain.

Setelah sekitar 1 jam perjalanan … kami mulai melihat bukit-bukit batu di kanan kiri jalan. Jalanan pun sudah tidak selebar sebelumnya. Artinya kami sudah mau sampai.

Ketika adzan berkumandang, kami keluar di kota Dukhan menuju masjid raya untuk ikut melaksanakan sholat Jumat. Alhamdulillah lumayan banyak juga jamaah perempuannya di sana.

Setelah bertemu 1 mobil teman, kami melanjutkan perjalanan ke kawasan Zekreet. Kawasan padang pasir berbukit batu di utara kota Dukhan.

Karena sama baru pertama kali ke kawaan ini, kami agak bingung juga ketika ada di persimpangan jalan dimana sejauh mata memandang hanya padang pasir.

Cuaca hari itu angin dingin bertiup kencang. Dan ternyata badai pasir datang. Seorang teman yang datang bersama 3 mobil lain, mengirimkan foto di bawah ini. Mereka memutuskan untuk berhenti, sampai badai pergi. Karena mereka tidak bisa melihat apapun di hadapannya. Berbahaya kalau memaksa lanjut.

ZEKREET diambil dari bahasa arab yaitu ZIKRA, yang artinya mengingat, ingatan atau memori. Awalnya kawasan ini tak ada penghuni, tapi setelah Qatar membangun tambang minyak di tahun 1940 … mulai lah dibangun pelabuhan untuk alat-alat tambang minyak dan akhirnya menjadi sebuah kota.

Untuk masuk ke kawasan RAS ABROUQ di daerah Zekreet, kita tinggal mengikuti papan biru yang bisa kita temui di setiap beberapa kilometer. Pintu masuk kawasan ini ditutup menjelang matahari terbenam. Ada petugas keamaan yang standby di dalam mobil warna merah, dan memberhentikan semua orang yang masuk dengan menanyakan:

apakah kamu bawa senapan? apakah kamu membawa binatang? Kamu mau apa ke sini? Tidak untuk berburu kan?

Karena memang kawasan ini dilindungi oleh UNESCO dan di dalamnya masih bisa kita lihat beberapa hewan khas gurun salah satunya yang kami temui adalah ORYX, rusa gurun yang tanduknya lurus panjang.

Setelah hampir 2 jam akhirnya kami tiba juga di tujuan yang pertama yaitu FILM CITY di dalam kawasan Ras Abrouq. Lega rasanya melihat tempat ini dari kejauhan.

Film City … Tempat ini seperti kota mati … tak berpenghuni tapi tetap terawat rapi.

Di dalamnya ada masjid, beberapa rumah, warung, toilet umum dan sumur … seperti layaknya desa mungil tradisional khas Arab.

Disebut Film City, karena memang kota ini dibangun murni untuk syuting film seri TV.

Jadi tidak ada bangunan yang otentik asli, bukan pula peninggalan penduduk jaman sebelum masehi.

Area Zekreet ini juga menjadi lokasi syuting film Transformer dalam adegan mereka melawan robot berbentuk kalajengking. Cuplikannya bisa dilihat di youtube:

“Kok di film kelihatan beda?”

Ya karena sudah diberikan sentuhan grafika komputer supaya lebih dramatis.

View this post on Instagram

Zekreet – Film City . Tempat ini seperti kota mati … tak berpenghuni tapi tetap terawat rapi. . Di dalamnya ada masjid, beberapa rumah, warung, toilet umum dan sumur … seperti layaknya desa mungil tradisional khas Arab. . Disebut Film City, karena memang kota ini dibangun murni untuk syuting film seri TV. . Jadi tidak ada bangunan yang otentik asli, bukan pula peninggalan penduduk jaman sebelum masehi. . Area Zekreet ini juga menjadi lokasi syuting film Transformer dalam adegan mereka melawan robot berbentuk kalajengking. Bisa cek di youtube dengan kata kunci “Battle in Qatar scene – Transformer”. . “Kok di film kelihatan beda?” . Ya karena sudah diberikan sentuhan grafika komputer supaya lebih dramatis. . Kami menempuh 90 KM lebih dari kota Doha, dengan waktu hampir 2 jam. Beberapa mobil teman di belakang kami sempat terhenti karena Sand Storm menerjang sebentar. Makin sore, makin kencang angin dinginnya. . Liat posting setelah ini juga deh. . Cerita lengkapnya seperti biasa akan ditulis di blog aja yaaa. . #merantaudidoha

A post shared by De (@punyade) on

Akhirnya kami bertemu juga dengan teman-teman lain di sini.  Kami pun meminta ijin petugas Film City untuk menggunakan tempat di pojokan untuk menggelar makanan. Kami memang sudah janjian sebelumnya dan mengatur menu makan siang hari ini. Masing-masing dari kami membawa makanan, aneka minuman panas dan dingin, cemilan asin dan manis, sampai peralatan makan sekali pakai. Harusnya ada 8 keluarga yang ikut piknik, tetapi sayangnya 2 keluarga membatalkan karena satu dan lain hal.

Gak lama setelah makan siang, adzan ashar berkumandang. Para lelaki pun bergegas sholat berjamaah di masjid kecil dalam area Film City. Masjidnya kecil, jadi setelah mereka selesai baru kami yang perempuan sholat. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan sebelum gerbang Ras Abrouq ditutup petugas.

Kami sempat mampir di salah satu area untuk mengabadikan pemandangan yang masya Allah sangat luar biasa, terlebih karena matahari sudah mulai kemerahan tanda akan tenggelam. Gak sampai 10 menit sih, karena kami gak kuat menahan angin dingin yang menusuk tulang.

Di perjalanan kami bertemu pasangan bule yang sebelumnya kami jumpai di Film City. Gak nyangka kalo mereka berdua jalan kaki. Dari tas ransel, pakaian, sepatu boots dan masker yang digunakan … kelihatan sekali kalau mereka petualang yang profesional.  Entah berapa lama perjalanan ini mereka tempuh. Sungguh kami salut.

Sayangnya kami membatalkan kunjungan ke MYSTERY VILLAGE yang kalau hasil gugling penampakannya seperti foto di atas. Padahal gak jauh, sekitar 10 menit bisa sampai .. tetapi karena keterbatasan kemampuan kendaraan, waktu yang sudah menjelang malam, dan badai pasir yang sempat menghadang … kami putuskan untuk kembali pulang.

Walau kawasan Zekreet ini merupakan gurun dengan tekstur lebih padat dari pada SeaLine, tapi kami kepayahan menggunakan kendaraan SUV. Kami sarankan sih mengunjungi tempat ini menggunakan 4WD ya, jadi bisa melaju cepat tanpa khawatir dengan bebatuan dan angin berpasir yang menghadang.

Alhamdulillah kami tiba di Zekreet Mosque bertepatan dengan adzan magrib. Seperti masjid lain di Qatar, kondisi di dalamnya cukup mewah. Kamar mandi yang bersih dan berlimpah air + tisu, alas sholat pun karpet tebal nan wangi. Meskipun ini tergolong masjid kecil di daerah terpencil.

Bersyukur setiap waktu sholat datang, kami bisa melaksanakannya di tempat yang layak. Padahal kami semua sudah membawa tikar plastik, sajadah, galon isi air dan tenda toilet untuk berjaga-jaga kalau ditengah gurun kami harus melaksanakan hajat.

Zekreet … sesuai namanya Zikra … akan menjadi memori yang selalu kami ingat.

Abis ini kemana lagi yaaaa …

Jogging Di Aspire Park

Jogging Di Aspire Park

Tanggal 12 Februari merupakan Hari Olahraga Nasional di Qatar (Sport Day), seluruh pekerja dan siswa libur semua.

Beberapa perusahaan besar membuat acara di taman-taman yang biasanya menjadi tempat favorit penduduk Qatar untuk berolahraga. Beberapa klub olahraga menawarkan potongan harga jika kita mendaftar pada tanggal ini. Ada juga perusahaan telekomunikasi yang mengganti jumlah langkah yang tercatat pada aplikasi olahraga di henpon kita hari itu menjadi paket data. Misalnya kita mencapai 10 ribu langkah, maka kita akan diberikan paket data 1GB secara cuma-cuma. Menarik yah?

Kebiasaan saya untuk jogging masih terus berlanjut. Kalau musim panas, biasanya saya cuma jogging di treadmill dalam ruangan gym di lantai dasar apartemen. Kalau musim dingin, saya menikmatinya dengan jogging di luar rumah.

Salah satu tempat jogging yang asyik di Doha menurut saya adalah di ASPIRE PARK. Sebelumnya saya sudah pernah cerita tentang taman ini di sini kan yah. Kali ini saya ingin menceritakannya dari sisi yang berbeda.

Di dalam Aspire Park ada peta jogging track yang bisa kita temui hampir di setiap 500 meter. Dalam papan besar ini berisi informasi beberapa jogging track yang digambarkan dalam warna berbeda. Setiap warna dijelaskan berapa jaraknya, berapa langkah yang bisa kita tempuh, berapa waktu yang dibutuhkan, sampai berapa kalori yang terbakar. Di setiap persimpangan jogging track, ada tanda panah yang menunjukkan arah kemana kita harus melanjutkan langkah.

Biasanya saya mengambil jogging track paling luar yang berwarna abu-abu. Jarak 1 putarannya sekitar 3 KM. Untuk mencapai target harian saya yang cuma 5 KM, biasanya saya menambah ke jogging track warna merah yang putarannya lebih kecil.

Setiap jogging di sini baik pagi maupun petang, kita bisa bertemu dengan beraneka ragam manusia dengan segala penampilannya. Qatar yang 80% penduduknya merupakan pendatang, bisa kita lihat dengan jelas di taman ini.

Kita bisa melihat segala rupa manusia dengan berbagai jenis warna kulit, bermacam-macam warna rambut, aneka postur tubuh dengan segala macam bahasa yang mereka ucapkan dengan sesamanya.

Untuk penduduk lokalnya, mereka tetap berolahraga menggunakan pakaian sehari-hari yaitu abaya untuk perempuan dan thoub (gamis putih) untuk laki-laki. Saat pakaian mereka tersingkap angin, kita bisa melihat kalau mereka tetap menggunakan celana training dan sepatu olahraga seperti pada umumnya.

Jangan tanya saya apakah tidak ribet jogging menggunakan gamis panjang seperti itu … karena saya belum pernah mencobanya.

Mungkin sama rasanya dengan jogging menggunakan daster kali ya?

Taman Aspire ini sangat bersih dan terawat. Hampir tidak ada sampah secuil pun di dalamnya. Tempat sampah bisa kita temui di hampir setiap 500 meter. Di bawah rerumputan sudah disiapkan selang yang memancarkan air pada waktu-waktu tertentu. Untuk area yang tidak terjangkau oleh selang otomatis, ada petugas yang keliling dengan mobil tangki kecil untuk menyiram secara manual. Belum lagi puluhan tukang sapu dan tukang gunting rumput yang tersebar di seluruh area.

Jogging track di Aspire Park tidak hanya jalan mendatar. Ada kawasan yang dibuat seperti bukit kecil. Kalau kita ambil jalur berwarna abu, kita akan melewati bukit ini dengan jogging track yang berupa tanjakan dan turunan. Lumayan bikin ngos-ngosan loh. Tapi akan terbayar lunas saat kita sampai di puncak bukit kecilnya, karena kita bisa menikmati pemandangan taman secara keseluruhan dari atas sana.

Fasilitas di dalam taman ini super duper lengkap deh.

Playground untuk anak-anak aja tersedia lebih dari 2 titik, begitu pun untuk alat-alat olahraga statis nya. Toiletnya sangat bersih dan selalu dijaga petugas.

Danau di tengah taman pun dilengkapi dengan angsa yang suka berkeliaran di sekitarnya atau asyik berenang anggun di dalam danau.

Aspire park ini bersebelahan dengan Kidzania dan arena tempat bermain Go-Kart.

Musholla untuk laki dan perempuan dibuat dalam bangunan yang terpisah. Selain tempat wudhu, musholla juga dilengkapi dengan bilik toilet. Terhampar rumput lembut dari plastik di halaman musholla. Jadi batas suci bisa terlihat jelas dengan perbedaan warna rumputnya. Karena saat musim dingin, taman ini biasa digunakan untuk piknik. Begitu masuk waktu sholat, jamaah akan membludak sampai ke halaman. Orang sini tidak menggunakan sajadah saat sholat, mereka langsung merapatkan barisan karena bisa dipastikan hamparan rumput di halaman musholla sangat terjaga kebersihannya.

Penduduk yang memiliki hewan peliharaan, tidak bisa membawa hewan dengan bebas ke taman-taman umum. Karena tidak semua taman diperbolehkan untuk binatang peliharaan. Jadi kalau mau bawa anjing jalan, harus cek dulu taman mana yang diperbolehkan untuk membawa hewan.

Seringnya sih saya jogging di sini sendirian saat anak-anak sekolah.

Kebetulan di depan taman ada sebuah mall besar yang suka menjadi tempat janjian anak-anak dengan teman mereka. Saat anak-anak janjian dengan temannya di dalam mall, saya menghabiskan waktu dengan jogging sore di sini. Daripada buang uang karena tergoda bendera merah yang berkibar dengan tulisan SALE di dalam mall, mending saya buang keringat dan membakar lemak aja kan yah?

Beberapa kali saya pernah janjian jogging bareng teman. Kami pernah juga melakukan PICNICRUN, jogging santai sebelum gelar tikar piknik dan menikmati cemilan.

Sebelum jogging, tas yang berisi minuman dan makanan kami letakkan di salah satu bangku taman. Kemudian kami tinggal jogging beberapa putaran. Alhamdulillah meski ditinggal hampir sejam, barang bawaan kami masih tergeletak aman di bangku taman. Gak ada yang berani mencolek ataupun mengambilnya. Coba kalo kita melakukan hal ini di Monas, balik lagi masih ada gak tasnya? Hehehe

Yang menarik dari taman ini, saya melihat banyak bangku putih di beberapa titik dalam Aspire Park. Dari samping ada logo ikon elektronik. Ketika lihat diatasnya, ternyata bangku ini merupakan Solar Panel yang menkonversi cahaya sinar matahari menjadi listrik. Ada kabel yang ditutup paving kuning di sebelahnya dan terhubung ke kios kecil ataupun vending machine. Jadi kios minuman yang membutuhkan listrik untuk menjalankan blender, bisa mengambil listrik dari situ. Begitu pun vending machine yang menjual aneka minuman dan jajanan dalam kemasan, mengambil listrik juga dari bangku Solar Panel. Untuk lampu taman, mengambil listrik dari Solar Panel besar di dekat danau. Waahh cerdas banget ya!

Insya Allah akan saya ceritakan tempat jogging favorit saya yang lainnya di Doha.

Ditunggu yaaaa …

Berburu Spot Foto Keluarga Di Bandung

Berburu Spot Foto Keluarga Di Bandung

Bosan gak sih beberapa waktu terakhir posting di blog ini selalu cerita tentang Qatar? Ya memang gak bisa dihindari sih ya, secara yang punya blog sekarang tinggal di negara tersebut.

Kali ini mau flashback cerita 1,5 tahun lalu ah, sebelum kami pindah ke Qatar. Kami sempat berburu spot foto keluarga di Bandung. Baru ingat kalo belum pernah diceritakan di blog ini.

Sebenarnya tujuan kami ke Bandung awal bulan Juli 2017 itu bukan sekedar liburan, tetapi kami mengurus dokumen di kampus PakSuami sebagai syarat mengajukan visa kerja Qatar. Walau tujuan utamanya ke kampus PolTek ITB untuk legalisir ijasah dan transkrip nilai, kami memanfaatkannya juga untuk membawa anak-anak liburan mumpung papanya mengajukan cuti kantor 2 hari. Kebetulan mereka yang lebih update sama tempat-tempat yang lagi hits saat itu dan mereka mengusulkan untuk berburu spot foto keluarga.

Berikut 3 Spot Foto Keluarga Di Bandung yang diusulkan anak-anak:

 

Upside Down World

Setelah urusan di kampus PakSuami beres, kami langsung menuju lokasi pertama yang diusulkan anak-anak yaitu Upside Down World yang terletak di daerah Dipati Ukur.

Tempat ini unik banget dan sangat instagramable. Bentuknya dari luar seperti rumah biasa, tetapi di dalamnya banyak ruangan dengan tema yang berbeda-beda dalam kondisi terbalik. Ada ruang keluarga, ruang makan, kamar tidur, dapur sampai kamar mandi. Semua benda yang diletakan secara terbalik ini sudah terjamin keamanannya, jadi gak perlu khawatir akan kejatuhan sesuatu yang bisa menimpa tubuh kita.

Di setiap ruangan ada petugas yang akan membantu kita untuk mengambil foto menggunakan kamera atau henpon milik kita sendiri. Mereka sudah paham banget angle terbaik untuk posisi kamera dan orang-orang yang akan difoto. Bahkan mereka juga yang membantu mengarahkan gaya kita. Pokoknya tinggal nurut dan nyengir aja deh.

Ini salah satu hasil foto kami berempat di Upside Down World:

The Lodge Maribaya

Hari berikutnya kami pergi menuju Lembang. Kalau sebelumnya kami asyik foto di dalam ruangan, kali ini kami mencari spot foto outdoor. Yang lagi ramai diupload di berbagai media sosial kala itu, apa lagi kalo bukan The Lodge Maribaya.

Meskipun kami ke sana hari Selasa (bukan akhir pekan), tapi karena masih musim liburan kenaikan kelas … pengunjung yang datang ke tempat ini sangat berlimpah. Untuk 1 spot foto saja, kami harus antri berbaris lebih dari 1 jam. Di setiap spot foto kita harus membayar sekitar 15-25 ribu per orang. Di sana ada petugas yang siap dengan kamera profesionalnya untuk membidik pose terkece kita. Begitu selesai kita bisa mengunduh file foto tersebut dengan aplikasi ShareIt. Tentunya ada biaya yang harus kita bayar lagi, kalo gak salah 10 ribu per foto deh.

Alhamdulillah berhasil juga dapat foto kece di Mountain Swing alias ayunan yang bikin deg-degan:

Taman Hutan Raya IR. H. Juanda (TAHURA)

Sebenarnya saat di Maribaya, Fayra minta kami untuk foto di hammock. Tapi mas Rafa keberatan karena males berdiri antri lebih dari sejam lagi. Akhirnya kami pindah lokasi ke Taman Hutan Raya Juanda yang lebih sedikit pengunjungnya. Kebetulan di sana pun ada tempat foto di atas hammock.

Yang ingin duduk dalam hammock posisi teratas, diminta naik duluan. Kami diminta melepas sepatu karena harus memanjat pohon dengan menaiki tali-tali yang diikat di antara 2 pohon. Fayra minta duluan karena mau paling atas. Saya mengalah ambil posisi terakhir mengingat kondisi badan yang sudah tidak bisa selentur jaman muda. Posisi paling bawa pun ketinggiannya lebih dari 3 meter. Jadi masih lumayan juga naiknya.

https://www.instagram.com/p/BWIX7-TFknQ/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=s6p9y79bcw2l

Selain petugas yang membantu memasang peralatan pengaman ke tubuh kita, ada juga petugas yang mendampingi kita saat manjat pohon dan ada petugas lain yang siap mengabadikan dibawah dengan kamera henpon kita. Petugas-petugas ini yang mengarahkan kemana kita harus menghadapkan badan, dimana kita harus meletakan kaki juga tangan dan mereka juga akan mengecek apakah hasil foto di kamera sudah cukup bagus atau kita harus mengulang lagi. Setelah selesai, kami turun satu-persatu dimulai dari yang posisi paling bawah.

Lucu juga kalo ingat betapa mendadaknya liburan kami ke Bandung ini.

Awalnya PakSuami cuma bilang “ma, besok pagi aku harus ke Bandung untuk legalisir ke kampus

Eh anak-anak nyeletuk di belakang “ikut dong pa … kita kan udah lama gak liburan ke Bandung

Akhirnya PakSuami bilang “ya udah sana cari hotel di Bandung deh

Saya langsung buka web PegiPegi untuk mencari penginapan saat itu juga. Tinggal masukkan ‘Bandung’ di kota tujuan, kemudian masukkan ‘tanggal check-in dan check-out’, lanjut menulis angka 4 pada kolom ‘jumlah tamu’ dan angka 1 pada kolom ‘jumlah kamar’ dan klik CARI. Langsung deh keluar hotel-hotel yang memiliki kamar berukuran besar yang bisa digunakan untuk 4 orang tanpa tambahan kasur (extra bed).

Anak-anak kami memang sudah besar (usia 12 dan 17 tahun), harusnya memang sudah bisa pesan kamar terpisah di hotel. Tapi kami malas membawa beberapa tas dan toiletries, karena itu kami memilih 1 kamar tapi yang muat untuk berempat. Yang canggihnya … web PegiPegi sangat membantu kami dalam hal ini. Pesan malam untuk pergi besok pagi pun gak masalah.

Alhamdulillah urusan dokumen berjalan lancar, anak-anak berasa liburan, dan kami jadi punya stok foto keluarga baru deh.