Browsed by
Category: Fayra

Cerita Fayra

Gaya Tidur Fayra

Gaya Tidur Fayra

Fayra sudah tidak tidur 1 kamar lagi dengan saya, sejak hari pertama ada di rumah. Ceritanya saya belajar menerapkan parenting skill ala bule yang membiasakan anak mandiri, tidur di kamar sendiri sejak bayi merah sekalipun. Waktu Rafa tidak diterapkan,  maklum namanya juga anak pertama … saya masih tidak tega. Alhasil Rafa pisah kamar saat umur 4 tahun *sigh*

Alhamdulillah Fayra tidak ada masalah berarti,  mungkin karena sudah biasa dari belum ngerti apa-apa kali yah. Umur seminggu sudah biasa tidur sendiri. Saya hanya masuk kamar Fayra setiap beberapa jam saat waktu menyusui saja.

Sampai hari ini kalau Fayra sudah merasa ngantuk, paling hanya pamitan “aku ngantuk, mo bobo duluan yah“. Trus langsung masuk kamar dan tidur deh. Kalau belum ngantuk banget tapi sudah saya suruh tidur, biasanya saya temani sambil membacakan cerita di kamarnya.

Mertua saya kadang protes “semua cucu uti, biasanya kalo mo tidur itu dikelonin dulu Fay. Digosok-gosok punggungnya sambil uti ceritain“.

Sementara Fayra tidak suka tidur kalau ada orang lain diatas kasurnya selain saya *bau emak emang beda yah hahaha*

Setelah Rafa tidur kelilit kordeng, saya menemukan keajaiban lagi.

Kali ini saya temukan malam ketika pulang kerja. Kok tumben Fayra tidak menyambut saya di depan pintu seperti biasa. Mbaknya bilang Fayra udah pamit untuk tidur ke kamarnya diatas.

Saya naik tangga dan menemukan Fayra terbaring di lantai … persis di depan pintu kamarnya!

faybo4

Beneran matanya merem dan Fayra tidur nyenyak loh *geleng-geleng*

Kok bisa sih, nduk?

Kasurnya kan tinggal beberapa langkah lagi. Tanggung amat tidur di depan pintu.

Segitu ngantuknya kali yah?

Hihihihihi

Akhirnya masguh harus menggendong Fayra dan memindahkan ke kasur. Sambil pelan-pelan saya gantikan baju tidurnya.

English Zone

English Zone

Untuk membiasakan anak-anak berbicara dalam Bahasa Inggris di lingkungan sekolah, walikelas Fayra menerapkan ENGLISH ZONE. Setiap mereka yang berbicara dalam Bahasa Indonesia, maka harus menerima hukuman berdiri di depan kelas dengan posisi 1 kaki diangkat ke atas dan kedua tangan memegang kuping sambil mengatakan “english zone” sebanyak 30x.

Belum lama ini Fayra menerapkan aturan yang sama di rumah. Jadi saat bicara dengan Fayra, harus menggunakan bahasa Inggris kecuali si mbak.

Lihat akibatnya ketika saya lupa, dan keceplosan tanya “hari ini makan buah apa aja, dek?

Dan keluarlah titah baginda princess Fayra

Mom, you go there in front of TV. Stand still with one leg, put your hands on your ears. Don’t forget to say -english zone- 30 times

Dengan muka bingung, saya tanya “why?

you speak in Indonesian with me. I told you that it’s an english zone. You can’t speak Bahasa Indonesia with me

Mateeekk deh, dan saya pun menerima hukuman itu:

Ketika hari Selasa saya ambil raport semester ke sekolah, walikelas Fayra pun bercerita “saya juga pernah dihukum Fayra kok, bu. Tapi ya gimana, saya yang menerapkan aturan. Anak-anak setuju menjalankan. Jadi saya juga harus menerima hukuman saat melanggar

Sampai rumah saya tanya Fayra, kenapa ustad Ahmad dihukum.

He receive a phone call from his wife and speak Bahasa Indonesia in front of me

Jiaaahhh

But it’s from his wife“, saya mencoba memberikan pengertian.

Fayra kekeuh menjawab “but he is still in the class room. It’s English zone anyway

Yaaammmpppuuunnn anak gw!

Tapi kadang Fayra curang juga. Semalam Fayra bicara dalam Bahasa Indonesia. Ketika saya bilang “ayo Fay, diri disana. Kamu dihukum juga dong

Dengan santai Fayra menjawab “nope. No english zone this time. I’m tired speaking English everyday

Iiiihhh gemes banget deh pingin uyel-uyel anak ini.

Setiap Fayra ngomong dalam Bahasa Indonesia ke papa nya dan saya tegur “kok papa boleh ngomong dalam Bahasa Indonesia?

Sambil berjalan santai Fayra menjawab setengah berbisik “it’s ok … soalnya papa gak bisa Bahasa Inggris

Wakakakakakak … papa nya harus tersanjung atau tersinggung tuh?

Rambut Baru Fayra

Rambut Baru Fayra

Sejak kenal tokoh Princess, Barbie, Mulan dan para wanita kartun cantik lainnya … Fayra mulai susah diajak potong rambut. Walau saya tidak mengenalkan Barbie ke Fayra, tapi lingkungan juga yang membuat Fayra mengenal tokoh ini.

Om, tante, mbah mami, uti, dan teman-teman saya yang secara tidak langsung mengenalkan Barbie. Mereka memberi hadiah berupa boneka Barbie ke Fayra. Belum lagi kalau ada film nya di TV. Jadi tau deh.

Nah … setelah tau tokoh wanita berambut panjang itu, setiap diajak potong rambut Fayra selalu bilang:

Princess itu gak ada yang rambutnya pendek, ma

Hedeeeehhhh

Perlu 2 minggu untuk membujuk Fayra.

Saya membalas Fayra dengan:

Princess kartun gak ada yang pake jilbab. Nanti kamu gerah kalo rambut panjang ditutup jilbab. Belum lagi harus kepang dulu setiap pagi sebelum pake jilbabnya. Nanti kalo udah SMA deh, baru kamu panjangin rambut. Karena nanti kamu sudah bisa merawat rambut sendiri, gak perlu dikeramasin dan dikepangin mama. Sekarang kamu masih suka lari-lari di sekolah, gerah kan?

Akhirnya mau juga Fayra diajak ke salon.

Walau cemberut saat proses potongnya … Fayra tersenyum lebar saat keluar salon. Karena mbak-mbak salon pada komentar “naaahhh … lebih fresh deh sekarang. Tambah cantik rambutnya pendek gitu

Mas Rafa juga ikut komentar “sekarang kamu tambah menggemaskan dek. You can now use a baby voice

Hahahahaha

Jadi yah, Fayra itu suka sok manja kalo ngomong di rumah. Suka pake suara bayi nan cempreng. Rafa paling sebal kalo adeknya udah pake suara bayi “you’re not baby, Fay

Dengan rambut pendeknya, muka Fayra kembali ‘membayi’. Waktu rambut panjang tuh kaya’nya terlihat lebih tua dari umurnya.

Bye-bye long hair!

Udang Gulung

Udang Gulung

Sejak anak-anak sekolah di International School dimana muslim sebagai minoritas, kami sedikit khawatir jika anak-anak makan sembarangan. Kami berusaha memberikan pemahaman akan perbedaan, baik dari sisi penampilan fisik – keyakinan – sampai ke jenis makanan. Pengenalan konsep halal-haram kami coba terapkan ke anak-anak. Untuk menunjang hal tsb, saya selalu berusaha membawakan makanan untuk anak-anak dari rumah supaya anak-anak tidak perlu jajan di sekolah. Walau sekarang Fayra sudah sekolah di Islamic School, membawa makanan dari rumah sudah menjadi kebiasaan tersendiri.

Kebetulan ada tim di kantor yang sudah punya anak berusia 3 tahun dan baru belajar masak. Beliau suka tanya-tanya ke saya cara membuat makanan untuk anak-anak. Jadi akhir-akhir ini saya suka moto setiap step yang dilakukan saat masak makanan anak-anak. Mem-publish-nya di instagram/path/twitter dan tak lupa tag/mention teman saya tsb.

Suatu hari saya posting tentang Udang Gulung ini:

Bahan:

  • Udang
  • Telur
  • Mie goreng instan

Cara:

  • Rebus mie instan, kemudian tiriskan
  • Campur mie tsb dengan bumbu dalam kemasan mie instan
  • Masukan telur, aduk rata
  • Gulung udang dengan mie yang sudah dicampur telur
  • Goreng udang gulung dalam minyak panas
  • Sajikan

Simple banget kan?

Eh tetiba *nyulik kosakata idola saya, mas RagilDuta* ada teman lain yang memberikan komentar:

kasian amat anak lo cuma dikasih mie instan. Cuma beda bentuk aja ini mah

Saya hanya tersenyum.

Saya paham bahwa teman saya tsb cowok single. Pastinya hanya memberikan komentar atas apa yang dilihat saat itu.

Padahal yang selalu saya bawakan untuk anak-anak ke sekolah antara lain:

  • Snack box (cemilan untuk snack break jam 9)
  • Susu kotak, untuk pendamping cemilan
  • Lunch box (makan siang untuk dimakan saat istirahat jam 12)
  • 1 botol air putih (untuk Rafa kadang ditambah 1 botol teh dingin)
  • Buah

Jadi udang gulung yang saya tampilkan tsb hanya sebagian kecil dari isi kotak makan anak-anak. Wujud lengkapnya seperti ini:

Banyak yah?

Beda anak, beda selera.

Jadi isi kotak makannya juga tidak bisa disamakan.

Fayra pulang sekolah jam 2-3, sementara Rafa pulang sekolah bisa jam 5 sore. Sudah pasti makanan Rafa lebih berat dari adiknya. Porsinya pun jauh lebih banyak. Sebisa mungkin tidak berkuah karena saya tidak mau membuat anak-anak repot saat membawa atau memakannya di sekolah.

Saya bukan ibu idealis yang bisa membuat bento (makanan berhias) untuk anak-anak. Bagi saya yang penting isinya. Tampilan nomor sekian lah. Ini saja sudah membuat awal hari saya lumayan heboh. Mikir menu harian anak, sudah dipikirkan dari malam sebelumnya. Kadang spontan juga tergantung isi kulkas.

Ada ide besok anak-anak dimasakin apa yah enaknya?

Rafayra Progress Q1 2012-2013

Rafayra Progress Q1 2012-2013

Siapa waktu itu yang ngatain kalo ibu pekerja luar rumah, gak bisa ngurus anak?

Katanya kalo ibu jarang dirumah, gak bisa nemenin anaknya belajar. Katanya anak gak mungkin berprestasi kalau gak dikawal ibunya dalam aktivitas harian mereka.  Katanya ibu pekerja luar rumah itu  hanya menyerahkan pola asuh anak ke pembantu di rumah.

Come here, get closer … let me tell you something.

That’s NOT true!

Dengan semakin tingginya posisi yang saya pegang sekarang, dengan makin besarnya tanggung jawab saya di kantor, dengan makin terkurasnya pikiran dan tenaga saya … saya tetap berusaha sebaik-baiknya mendidik anak-anak. Saya berusaha memonitor semua perkembangan mereka. Saya berusaha menghindari business trip saat anak-anak menjalani ulangan umum (UTS dan UAS). Saya berusaha pulang cepat dari kantor setiap mereka akan ulangan, dengan alasan ke teman-teman kantor:

mau mencerdaskan calon penerus bangsa

Saya bersyukur mempunyai team yang solid dan sudah seperti keluarga. Mereka mengerti bahwa bagaimanapun saya tetap seorang ibu, yang harus ada saat anak-anak membutuhkan.

Alhamdulillah anak-anak mengerti apa yang orangtuanya lakukan diluar rumah, semata untuk kebaikan mereka. Tak putus-putusnya kami sebagai orangtua mengingatkan dan menceritakan perjuangan yang kami lakukan untuk mereka. Bukan supaya mereka menghitungnya sebagai sesuatu hal yang harus mereka balas saat mereka dewasa nanti, melainkan supaya mereka paham kenapa saya tidak bisa menjadi ibu sempurna yang bisa 24 jam bersama mereka.

Beruntung saya memiliki suami yang sangat pengertian dan mendukung setiap langkah saya. Suami saya bisa meredam saat saya mencapai titik emosi karena lelah dan membantu membimbing anak-anak dalam pelajaran sekolah. Suami saya pun tak segan untuk selalu ikut datang ke sekolah setiap mengambil raport. Tentunya karena anak-anak bukan hanya anak saya semata, melainkan anak kami berdua.

Luar biasa rasanya, ketika hasil pencapaian anak-anak ada di depan mata.

Nilai Rafa Q1 ini:

  • Bahasa Indonesia             : 89
  • English                                  : 79
  • Math                                      : 87
  • Science                                 :  84
  • Art                                          : 100
  • Islam                                     : 100
  • IT                                           :  87.5
  • Mandarin                            : 69
  • Music                                    : 94
  • Physical Education         : 94
  • Social                                    : 87.5

Nilai Fayra:

I’m a proud mommy!

Saya bukan ibu sempurna, Rafa dan Fayra bukan anak yang sempurna. Keluarga kami pun masih jauh dari kata sempurna.

Tapi dengan ketidaksempurnaan itu, maka keesaan Allah SWT semakin nyata adanya.

Apa yang saya sampaikan ini bukan untuk pamer, melainkan untuk memotivasi ibu pekerja lainnya.

Kalau saya bisa, kalian juga pasti bisa!

Kita hanya perlu berusaha lebih keras berkali lipat, untuk membuktikan pada dunia bahwa ibu pekerja pun bisa mendidik anak-anaknya.