Saya baru tau beberapa waktu terakhir kalo seorang TemanBaik ternyata hobi menjahit. Beliau bahkan sudah menerima order aneka pouch makeup dan case untuk gadget. Karena beliau juga tau kalau anak saya suka menggambar, maka diajaknya Fayra untuk ikut bergabung dalam projek kolaborasi “Pouch Bergambar” … duh maaf saya gak paham bahasa kerennya apa.
Awalnya Tiwi mengirim 1 buah pouch ke rumah. Sebelum paket datang, Fayra sudah membeli spidol khusus textile di toko buku. Jadi begitu paket sampai di tangannya, langsung dicoret-coret dong. Gak cuma 1 sisi, tapi 2 sisi penuh!
Saya upload ke sosial media, eh dapat komentar dari Pipitta yang tertarik pesan 4 pieces. Untuk nyetok kado kalau teman anaknya ada yang ulangtahun, katanya. Pembicaraan berlanjut via WA untuk tau lebih detil gambar yang diinginkan. Saya juga mengirimkan foto sketsa yang dibuat Fayra di kertas ke Pipit, sebelum Tiwi mengirimkan pouch untuk digambar oleh Fayra. Dan ini lah hasil akhir gambar Fayra pada pouch yang dipesan Pipit:
Saya unggah lagi ke media sosial, makin banyak teman yang tertarik untuk ikutan pesan. Saat saya nyetir mengantar jemput ke sekolah, Fayra suka membajak henpon saya untuk follow-up pesanan teman-teman saya. Jiwa bisnis mengalir deras ya, nak! Hahahaha
Dibawah ini adalah pesanan seorang teman kantor saya, pouch untuk make-up dan yang satunya untuk alat tulis anaknya. Fayra cari ide sendiri bentuk gambar, sesuai dengan permintaan pemesan. Fayra juga yang memberikan instruksi ke tante Tiwi, kombinasi warna seperti apa yang diinginkan pemesan sampai deadline juga diperhatikan. Cukup detil sih untuk anak umur 9 tahun yang baru belajar bisnis.
Fayra juga menambah material yang digunakan (beli krayon khusus kain yang gak luntur saat dicuci), belanja dari uang yang didapat dari bagi hasil dengan tante Tiwi. Tak hanya itu, Fayra juga meminta saya untuk membeli plastik pembungkus supaya pouch yang sudah digambar tidak kotor dan amplop untuk mengirim pouch ke pemesan. Fayra juga ikut setiap saya pergi ke JNE, jadi dia tau benar bahwa hasil karyanya sudah dikirimkan.
Fayra sudah paham dasar konsep bisnis:
marketing (upload gambar ke sosmed)
menghitung cashflow (tau harga jual, modal, profit dan hasil keuntungan bagiannya)
pentingnya packaging (kepikiran untuk membungkus plastik dan amplop sesuai ukuran pouch)
berpikiran customer oriented (diskusi langsung dengan pemesan untuk menggali detil jenis pesanan, gambar yang diinginkan, kombinasi warna, dll)
memperhatikan timeline (mencatat tanggal pesanan masuk, minta Tiwi menjahit dan mengirim pouch, menyelesaikan gambar dan mengirimkan tepat waktu)
Kadang hari libur sekolah pun digunakan Fayra untuk menyelesaikan pesanan yang masuk. Gak mau diajak jalan-jalan demi ngejar setoran. Hahahaha
Udah tau enaknya hobi yang dibayar nih. Kesukaannya menggambar bisa menghasilkan uang yang digunakan untuk beli alat gambar lagi. Gitu aja Fayra udah seneng banget.
Dibawah ini pesanan dari tante Yeye berupa gambar kuda Fluttershy dari film seri kartun My Little Pony, pesanan dari bekas walikelas Fayra berupa gambar dirinya sedang mengajar di depan kelas, pesanan dari teman kantor papanya berupa gambar fashion icon, pesanan dari teman sekolahnya berupa gambar siluet dirinya.
Saya sempat menghentikan pesanan yang masuk, saat Fayra menghadapi ujian mid semester di sekolah. Kebetulan saat itu Tiwi juga lagi ada projek besar di kantornya yang membuatnya sibuk luar biasa dan kewalahan untuk menjahit di sela waktunya mengurus keluarga dengan 2 orang anak di rumah.
Duh sungguh saya tidak menyangka mendapat respon yang begitu luar biasa dari teman-teman semua. Terima kasih atas komentar berupa penyemangat untuk Fayra sampai pesanan yang dilayangkan. Saya mohon maaf kalau produk yang dihasilkan kurang memuaskan. Tapi saya menghargai usaha Fayra dalam mengimplementasikan bisnis yang setiap tahun dipelajari di sekolah saat Entrepreneurship Day. Terima kasih juga untuk Tiwi yang sudah mengajak Fayra dalam projek iseng-iseng menyenangkan ini.
Saya sudah pernah cerita di sini kan yah, kalo Fayra suka banget menggambar?
Sebagai orangtua, saya dan suami sebisa mungkin menyalurkan minat anak supaya berkembang menjadi lebih baik. Karena kami berdua merasa tidak ada bakat di bidang menggambar, kami memberikan kursus supaya Fayra bisa belajar dari yang lebih ahli di bidangnya. Kami juga memberikan buku-buku yang sekiranya bermanfaat untuk memperdalam hobi Fayra ini.
Sejak umur 7 tahun, arah coretan Fayra lebih ke postur seorang wanita dengan aneka pakaian yang ada dalam pikirannya. Katanya sih, Fayra sudah keliatan minat ke dunia Fashion. Tak heran jika teman-teman saya suka memberi hadiah berupa buku yang berhubungan dengan hal tersebut untuk Fayra. Saya juga tidak kuasa melarang ketika Fayra memilih menghabiskan sebagian uang yang diperoleh dari keluarga besar saat lebaran, untuk membeli buku import fashion yang harganya bikin saya ngekepin dompet lebih kenceng. Hahahaha.
Seperti foto di atas ini lah Fayra kalo lagi asyik di toko buku. Panik melihat aneka macam buku fashion dari luar negeri, dan merajuk untuk borong semua. Dengan uang miliknya sendiri, Fayra percaya diri jalan ke kasir untuk melakukan pembayaran. Mbak kasir heran dan bertanya ke saya, apa benar buku ini untuk anak kecil yang berdiri di hadapannya sambil membuka dompet pink Barbie dan mengeluarkan beberapa lembar ratusan ribu rupiah. Saya cuma mengangguk sambil tersenyum.
Suatu hari seorang sahabat di kantor lama mengirimkan foto di atas. Fayra diundang untuk mengikuti kelas percobaan di sebuah sekolah fashion untuk anak berusia 8-12 tahun. Saya dengan semangat menelpon dan diminta datang esok hari jam 10 pagi. Ketika saya ceritakan kepada Fayra, tentu saja jawaban yang spontan keluar dari mulutnya adalah MAU BANGET, MA!
Begitu sampai di lokasi, mata Fayra berbinar-binar bahagia melihat seluruh ruangan sekolah ini. Fayra diberikan selembar kertas yang sudah ada gambar manekin, dan diminta melengkapi gambar tersebut. Hasil coretan tangan Fayra seperti tampak pada foto di atas. Sesi wawancara dilakukan oleh kepala sekolah, guru fashion style dan guru pola selama 10 menit, di sini Fayra menjelaskan gambar tersebut dengan detil. Berikutnya giliran saya yang dipanggil untuk wawancara dan kepala sekolah menyampaikan “ini anak di sekolahin di Eropa aja deh, keren banget sih!”
Fayra dinyatakan lulus dan boleh bergabung dengan anak-anak berbakat lainnya. Tidak semua anak bisa masuk, kepala sekolah akan menolak anak yang terlihat dipaksakan oleh orangtua hanya karena si anak terlihat JAGO gambar tetapi tidak memiliki passion di bidang fashion.
Saya diskusi dengan papa Fayra melalui WAcall, dan beliau menyetujui Fayra untuk ikut sekolah ini setiap Sabtu walau resikonya tempat ini sangat jauh dari rumah kami. Saya dan suami memang bertekad untuk mendukung kegiatan anak-anak yang positif yang sekiranya bisa membantu mereka untuk mewujudkan masa depannya. Setiap anak itu unik dan memiliki kelebihan maupun kekurangan tersendiri. Daripada ribut mikirin kekurangan anak, akan lebih baik kalo kami habis-habisan explore dan fokus pada kelebihan plus minat anak. Ya kan?
Saat wawancara Fayra sempat bilang “jadi designer gak harus bisa jahit kan? aku gak suka menjahit”
Kepala sekolahnya bilang “wah gak bisa Fay, semua designer harus bisa menjahit. Supaya kita bisa menjelaskan design lebih detil ke penjahit, untuk meminta mereka mau dijahit dengan teknik jenis apa.Saat fashion show pun, kalau baju rancangan kita ada kerusakan maka kita harus bisa memperbaiki sendiri saat itu juga”
2 minggu pertama kepala sekolah memberikan kelas menjahit untuk Fayra. Pertemuan pertama Fayra diajarkan menggunakan mesin jahit. Cuma sekedar menjahit garis lurus dan bergelombang saja. Pertemuan ke 2 Fayra diminta menjahit manual, mengikuti gambar yang dibuat di sehelai kain. Akhirnya sekarang Fayra jadi suka menjahit deh. Bahkan ke sekolah pun Fayra membawa kain, jarum dan benang … saat nunggu saya menjemput, Fayra asyik membuat gambar di kain dan menjahit mengikuti garis gambarnya.
Pertemuan ke 3 Fayra diminta membuat MOOD BOARD sebagai alat untuk mengumpulkan inspirasi sebelum membuat rangkaian design baju. Sehelai karton hitam ditempel aneka gambar dan kain yang Fayra suka. Dari moodboard ini, Fayra langsung kebayang design pakaian seperti apa yang akan dibuatnya.
Pertemuan ke 4 Fayra mulai membuat design pakaian. Tidak hanya 1 jenis, tapi serangkaian yang disebut 1 seri. Fayra diminta menuliskan penjelasan di samping gambarnya seperti jenis kain apa yang ingin digunakan serta model detilnya.
Pertemuan ke 5 Fayra diajarkan untuk membuat pola dengan ukuran manekin 16″ yang dibagikan ke setiap murid saat melakukan pendaftaran. Fayra mengukur badan boneka, membuat pola sesuai ukuran tsb dan menggunting polanya.
Pertemuan ke 6 Fayra diajak ke toko kain untuk belajar mengenali berbagai nama, jenis dan tekstur kain. Setelah tau perbedaan tiap jenisnya, Fayra diminta memilih kain yang akan digunakan sesuai gambar designnya.
Karena Fayra itu anaknya sangat detil, dalam rancangan pertamanya ini Fayra membuat 4 pieces: outer / long jacket denim, kemeja katun, rok denim, dan bawahnya berhiaskan renda juga dasi katun. Belanjaan Fayra paling banyak dan jadi mahal deh, sementara murid lain yang mendesign 1 piece pakaian cuma beli 1-2 jenis kain saja.
Pertemuan ke 7 Fayra diminta menggunting kain yang sudah dibeli sesuai dengan pola yang dibuat sebelumnya. Kemudian setiap bagian dihubungkan dengan jahitan dasar/jelujur. Pertemuan ke 8 baru deh dijahit menggunakan mesin, dibantu oleh guru terutama di bagian yang sulit seperti sambungan lengan baju.
Pertemuan ke 9 Fayra diminta mempersiapkan presentasi yang menjelaskan design nya ini: apa nama/tema rancangannya, jenis kain yang digunakan, target pemakainya, photo session dengan background seperti apa yang akan digunakan untuk pakaian ini, bagaimana make-up foto modelnya, dll.
Pertemuan ke 10 Fayra menggunakan pakaian yang sama dengan manekin kecilnya dan melakukan presentasi di hadapan murid lain, orangtua dan guru-guru. Tujuannya adalah supaya mereka siap menjelaskan rancangannya untuk klien atau pun jurnalis saat mereka sudah terkenal nantinya.
Berikut cuplikan video saat hari presentasi Fayra:
“Inspirasi baju ini dari Hatsune Miku dan seragam sekolah Jepang”, begitu penjelasan Fayra tentang design bajunya.
Setelah presentasi, Fayra berjalan di atas catwalk.
Dengan berakhirnya presentasi ini, maka Fayra dinyatakan lulus modul DreamDress 1 dan siap untuk melanjutkan ke kelas berikutnya. Total ada 10 modul yang bisa diambil dengan rentang waktu 2-3 bulan per modul.
Saya terharu melihat perkembangan Fayra dalam 2 bulan terakhir. Fayra semakin menikmati proses menjadi seorang designer. Setiap ke mall, pasti minta masuk ke butik-butik merk terkenal hanya sekedar melihat trend pakaian yang sedang in saat ini. Diperhatikan detil bentuknya, dipegang kainnya sambil berbisik “untuk bahan inspirasi design berikutnya, ma”
Tidak hanya itu, kamar tidurnya pun dirubah sesuai dengan ide yang ada di kepalanya. Semua hiasan kamar Fayra berhubungan dengan dunia fashion. Gambar pink dengan frame putih itu merupakan hasil coretan Fayra di Digital Art School yang diprint oleh gurunya dan diberikan ke saya beberapa waktu lalu. Mesin jahit kecil itu sebenarnya music box, tempat menyimpan aksesoris kecil yang saat tuas diputar maka musik mulai berdenting dan jarum jahit bergerak naik turun layaknya mesin jahit sedang bekerja. Manekin kecil tempat menaruh gelang/kalung, juga manekin seukuran badan Fayra juga lengkap di dalam kamarnya. Tas gambar merak itu juga diwarnai oleh Fayra sendiri loh. Saya hanya menambahkan hiasan tembok berupa pesan bertuliskan:
“MY SUCCESS IS ONLY BY ALLAH”
Saya kaget juga saat Fayra menyodorkan kertas seperti tampak pada foto di atas. Dengan cover berupa gambar menara Eiffel, di dalamnya ada gambar runaway dan halaman belakang bertuliskan target hidupnya:
I want to go to Paris
I want to have my own fashion catwalk
I want to have my own boutique
Ketika bertemu secara tidak sengaja dengan idolanya, tante Dian Pelangi, alhamdulillah beliau mendukung langkah Fayra. Semoga Fayra bisa mengikuti jejak beliau .. Amin
She’s only 9 years old, but has done a great job in the last 2 months. She knows her passion well and even have her life target. We’re so proud of her!
—
Dear Fayra,
May Allah be with you at every step you take
May Allah guide you in each decision you make
May Allah help you when life gets rough
May Allah bless you with more than enough
May Allah protect you when you fall
May Allah hear you when you call
May Allah grant you success as a world-class muslim fashion designer
Sudah lebih dari 3 bulan Fayra mengikuti Digital Art School seperti yang pernah saya ceritakan di sini. Fayra masih imbang antara menggambar di kertas maupun di komputer.
Buku sketsa masih terus diisi dengan gambar-gambar baru yang makin beragam. Apapun yang ada di pikiran, selalu dituangkan ke dalam kertas.
Kemampuan menggambar di komputer juga semakin meningkat. Berikut beberapa hasil gambar yang sempat saya abadikan melalui kamera henpon. Sisanya disimpan di komputer di tempat lesnya.
Tempat les nya mengadakan lomba di salah satu mall di Karawaci akhir bulan Agustus. Fayra sudah semangat untuk ikut serta. Saya sudah mengisi form pendaftaran dan melakukan pembayaran. Tema nya saat itu adalah “cerita dongeng nusantara”. Fayra berlatih 2 minggu sebelumnya dengan menggambar seperti di bawah ini:
Sayangnya saat hari perlombaan, Rafa dan Fayra kompak sakit di rumah. Dengan demam yang cukup tinggi, saya tidak mengijinkan Fayra untuk ikut lomba. Sedih sih, tapi insya Allah akan datang kesempatan lain untuk Fayra.
Gambar di atas diberi judul “Me and My Brother“. Kata Fayra “look at his skin color, ma” … menurut Fayra memang mas Rafa berkulit lebih gelap darinya. Padahal aslinya mah beda tipis doang. Hahahaha
Di hari Sabtu, sepertinya Fayra adalah murid paling kecil di kelas nya. Teman-teman sekelas rata-rata berusia >10 tahun. Wajar kalo gambar mereka jauh lebih bagus dari Fayra. Meski demikian, Fayra tidak berkecil hati. Malah makin semangat untuk bisa gambar lebih bagus lagi karena terpacu melihat gambar orang lain. Teman-teman sekelas suka memuji hasil gambar Fayra. Awalnya mereka mengira Fayra hanya melakukan tracing (mengikuti gambar yang telah dibuat dengan garis putus-putus, jadi hanya menebalkan saja), tapi kakak pengajar memberitahu mereka kalau Fayra benar-benar menggambar dari halaman kosong.
Saat Rafa dirawat di RS akibat demam berdarah, Masguh yang mengantar jemput Fayra ke tempat les. Fayra mengirimkan gambar melalui Line dan meminta pendapat saya. Begitu pun saat saya harus dinas ke luar kota/negeri, saya masih terus menerima gambar Fayra.
Semakin kesini saya melihat banyak kemajuan yang diperoleh Fayra. Menggambar manusia tidak hanya dari depan, melainkan belajar juga dari sisi yang lain. Fayra makin menikmati dan mulai mantab dengan hobinya. Netbook yang biasa digunakan Fayra untuk menggambar di rumah, sudah tidak bisa mengakomodasi kebutuhannya lagi. Selain karena speed processor nya kurang untuk digunakan aktivitas grafis seperti ini, kebetulan softwarenya sempat bermasalah juga. Akhirnya saya membeli laptop baru untuk menunjang kegiatan Fayra.
Saya terharu saat melihat hasil ulangan pelajaran Bahasa Indonesia, Fayra menuliskan puisi tentang hobinya. Semoga hobi ini bisa menjadi passion Fayra, yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya kelak.
Alhamdulillah hari ini, 18 Agustus 2014 Fayra genap berusia 8 tahun.
Karena mbah mami mau bikin acara halbil dan reuni anak2 kos nya jaman dulu, saya setuju acara diadakan di BSD sekalian syukuran ultah Fayra. Jadi hari Minggu, 17 Agustus 2014 semuanya berkumpul di rumah kami. Dipercepat 1 hari gak pamali kan yah.
Bosan dengan kue-kue ulangtahun juga karena sekalian merayakan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, saya membuat tumpeng barbie untuk acara ini. Mami yang masak printilannya, saya bagian menghias saja. Kebetulan ada ayam bakar oleh-oleh dari mama Masguh yang saya bawa dari Surabaya beberapa hari sebelumnya, bisa dipakai untuk isi tumpeng juga.
Isi tumpeng barbie sebagai berikut :
Nasi kuning
Mie goreng (menu wajib ultah kata org China supaya panjang umur)
Telur dadar
Telur puyuh bumbu kecap
Ayam bakar
Perkedel
Kering kentang
Hiasannya menggunakan:
Cabe merah besar
Timun
Wortel
Brokoli
Daun bawang
Kemangi
Daun selada
Puas adalah melihat Fayra senyum senang atas hasil karya mamanya. Belum lagi mendengar komentar para tamu:
“Pesan tumpeng dimana? kreatif banget nih!”
“Coba kamu ikut lomba tumpeng 17an, idenya unik. Bisa menang tuh”
“Bisa terima pesanan gak?”
Hihihi okeh nanti akan saya jadikan bisnis kalo udah gak kerja kantoran yah.
Fayra tambah senang ketika menerima hadiah dari sepupunya berupa buku T-shirt Designer. Langsung dioret-oret hari itu juga. Sampai malam jadi 5 design kaos aja.
Selamat ulang tahun, Kinanti Fayra!
Semoga kamu menjadi anak yang selalu sehat, cerdas dan beriman. Semoga kamu selalu berada dalam lindungan Allah SWT dan berlimpah berkahNYA. Semoga kamu bisa terus berkarya dan membanggakan keluarga. Amin ya Rabb.
Untuk teman-teman yang mau membuat Barbie Cake atau Tumpeng Barbie, berikut saya share tips nya:
Untuk cake, buatlah cake/brownis kukus. Adonan dituang secara bertahap 3x (dengan jarak 15 menit) supaya matang merata. Kue kukus tidak akan gosong, selama air mencukupi. Jangan sampai air habis/sat, nanti kue akan bau sangit/gosong. Kalau menggunakan kue panggang, adonan harus dituang 1x. Resiko nya kue tidak akan matang merata karena loyang sangat tinggi. Bagian tengah suka belum matang, sementara bagian bawah sudah gosong.
Untuk tumpeng, buatlah nasi kuning/uduk yang dicampur dengan beras ketan. Gunanya supaya nasi menempel dan membentuk sempurna. Oles loyang dengan mentega sebelum memasukan nasi ke dalamnya. Supaya nasi gampang dikeluarkan dari cetakan. Orang lain ada yang menggunakan minyak goreng untuk mengoles loyang, kalau saya lebih suka mentega karena membuat nasi menjadi lebih gurih.
Untuk boneka nya, gunakan boneka khusus untuk cake dengan ujung runcing. Saya sudah pernah menggunakan boneka utuh, yang dicopot dulu kaki nya sebelum badan ditancap ke kue. Tapi hasilnya kurang bagus, jadi terlihat gendut banget.Belum lagi repot me-mutilasi-nya. Dan harus minta ijin ke pemilik boneka sebelum mencopot kaki nya. Itu pun anaknya udah mo nangis “kasian berbi aku, ma“. Walau saat liat kuenya, sang pemilik boneka tersenyum lebar. Hihihihi
Boneka khusus kue seperti yang saya punya pada foto dibawah ini, bisa dibeli di toko bahan kue. Harganya bervariasi tergantung ukuran dan material, sekitar 25-40rb. Untuk saya sih, anggap investasi lah. Karena boneka ini bisa kita gunakan lagi setelah dipakai dan cuci badannya. Gak repot, tinggal tancap aja.
Untuk loyang/cetakannya, sangat bervariasi. Ada yang polos dan meliuk-liuk seperti rok rempel. Ukuran diameter dan tingginya pun bermacam-macam. Bisa dibeli di toko bahan kue atau toko alat-alat masak. Harganya berkisar 25-40rb tergantung bentuk, ukuran dan material loyang.Bisa juga gunakan mangkok, tapi dipahat lagi pinggirannya supaya bentuknya gak terlalu bulet. Saya sih gak berani melakukan ini karena gak punya sense-of-art, gak punya keahlian pahat memahat pula.Ini penampakan loyang kue rok Barbie yang saya punya:
Sampai saya pun membuat account IG dan kategori posting khusus di blog ini. Semakin kesini, saya dan suami mulai mengakui kalau ini bukan semata Fayra ikut-ikutan mas Rafa yang memang lebih dulu suka gambar … tapi bakat itu mengalir juga dalam darahnya.
Fayra pernah tanya ke saya “apa gak ada sekolah design untuk anak umur 7 tahun, ma? aku bosan sekolah SD biasa, mau sekolah design aja”
Saya coba cari informasi tentang sekolah design, dan murid paling muda yang diterima adalah usia 15 tahun. Sabar dulu ya, sayang. Lanjut sekolah paling enggak sampai SMA dulu, nanti pilih deh mau kuliah design di mana.
Akhirnya saya mengalihkan dengan memberikan buku Style Me Up, dimana di dalam buku ini ada template gambar manusia dengan aneka gaya tetapi tanpa warna. Jadi Fayra bisa mencoba menggambar pakaian sesuai dengan design yang ada di kepalanya. Dan di bawah ini beberapa hasilnya:
Yak, mama baru tau arti TY girl *manggut-manggut*.
Dari 1 pose, Fayra bisa menuangkan ide beberapa pakaian seperti contoh di bawah ini:
Fayra girang banget waktu dapat kiriman dari Tante Dessy di Singapore, yang membelikan buku Fashion Doodles. Dalam beberapa hari tangannya tidak berhenti coret-coret buku ini sampai semua halaman penuh. Terkadang suka asyik sampai tengah malam.
Saya geleng-geleng loh lihat betapa detil Fayra menggambarkan celana jeans, sampai tak lupa memberikan garis putus-putus seperti pinggiran jahitan celana jeans pada umumnya. Kok kepikiran yah?
Suatu hari saat libur sekolah, Fayra ikut saya ke kantor. Seorang teman yang tau Fayra suka gambar berkata “gambarin tante dong, Fay. Tapi dibuat kurusan yah”
Fayra dengan santai menjawab “tapi dibayar yah”
Setelah gambar selesai, eh beneran Tante Dian membayar hasil seni Fayra ini. Lumayan untuk beli pensil warna ya, nduk. Hihihihi
Seperti anak kecil lainnya, Fayra masih tergantung mood. Kalau disuruh, biasanya hasilnya gak maksimal. Kalau keinginan sendiri, dia bisa lupa waktu saking memberikan sentuhan yang sangat detil pada tiap gambarnya.
Fayra masih berguru pada Youtube, juga masih suka mencontoh hasil karya orang lain melalui Instagram. Alirannya belum jelas, kadang sangat Manga atau Anime … kadang kartun western.
Alat gambar dan mewarnai yang diminta juga makin beragam. Dari mulai pensil warna, krayon, cat air sampai spidol khusus design merk Copic yang harganya 50rb/pc dan tentunya belum kami ijinkan (pake snowman aja bisa dapat selusin, Fay).
Beberapa waktu lalu Fayra minta buku sketch yang warna kertasnya bukan putih. Katanya biar pensil warna putihnya bisa kepakai. Kalau kertasnya putih, maka Fayra tidak bisa pake pensil warna putih. Sebelum mama nya bikin buku sketch sendiri dari kertas coklat atau karton hitam, untungnya nemu juga buku sketch dengan kertas coklat di Gramedia.
Semoga makin aneh dan susahnya permintaan kamu ini, sebanding dengan meningkatkan skill gambar kamu ya, nak.
Seorang teman yang berprofesi sebagai design graphis, menyarankan supaya Fayra masuk Digital Art School di BSD. Saat dites, Fayra diterima di kelas Anak-anak tapi level Advance. Kalau anak lain seumurannya masih berlatih “tracing“, yaitu gambar mengikuti garis putus-putus … sementara Fayra sudah bisa menggambar object sendiri.
Fayra ikut les ini setiap Sabtu pagi selama 1,5 jam setiap pertemuan. Hanya butuh 2x masuk kelas, Fayra sudah terbiasa menggunakan alat Graphics Tablet. Di pertemuan berikutnya, Fayra sudah mulai belajar mewarnai. Setelah sebulan, Fayra mulai bermain warna gradasi. Hasilnya seperti di bawah ini:
Fayra sekelas sama anak-anak SMA. Jadi dia makin terpacu kalau liat anak lain gambarnya bagus-bagus. Melihat peningkatan Fayra yang sangat drastis, papa nya mendukung dengan membelikan alatnya supaya Fayra bisa terus berlatih sendiri di rumah.
Fayra masih suka gambar ‘manual‘ juga di rumah. Guru les Fayra ternyata ikut memantau IG nya, dan meminta Fayra untuk membawa kertas gambarnya ke tempat les. Di sana gambar-gambar tsb di scan, dan Fayra diminta untuk ‘retouch‘ gambar tsb. Supaya waktu 1,5 jam di kelas bisa lebih maksimal untuk Fayra.
Contohnya gambar di atas. Sampai ditempat les Fayra diminta memperbaiki kesalahannya. Seperti komposisi wajah, Fayra diajarkan bagaimana gambar wajah dari berbagai angle. Jarak antara kedua mata, sampai diminta memperbaiki posisi bibir yang harusnya lebih ke atas.
Kami masih terus memantau perkembangan skill Fayra. Nantinya guru di Digital Art School ini akan membantu mengarahkan Fayra sesuai keinginannya, ada beberapa pilihan:
Fashion Design
Anime / Manga Design
Graphic Design
Architecture Design
Semoga akan mempermudah Fayra nantinya untuk memilih pendidikan resmi dengan tingkat yang lebih tinggi sesuai dengan keinginan dan kemampuannya.
Mama Papa akan selalu mendukung setiap langkah kebaikan yang kalian tempuh, nak. Sekuat tenaga kami, semampu kami. Just do your best and make yourself proud!