Anak Baru
Menjadi anak baru baik di sekolah maupun di kantor, rasanya tetap sama. Deg-degan, khawatir, semangat … semua berbaur menjadi satu. Itu lah yang saya rasakan 2 minggu lalu.
Ternyata jalan ceritanya harus dibelokan sedikit olehNYA. Hari pertama saya langsung ke airport untuk mengejar penerbangan pertama ke Taipei dari Cathay di hari Senin pagi pula.
Sama sih deg-degan, khawatir, semangat … tapi lebih ke kondisi jalan Jakarta menuju bandara. Selain itu saya belum kenal benar dengan orang yang akan menjadi partner perjalanan. Hanya bertemu beliau kurang dari 5 menit hari Kamis sebelumnya. Saya sibuk mengingat seperti apa wajah beliau supaya bisa langsung mengenalinya di bandara.
Diperjalanan saya menerima short message “belum masuk aja udah jadi bahan gosip lo!“.
Waduw … apa lagi ini.
Saya diminta mengecek twitter dari seorang wanita yang bekerja dikantor baru, tertulis:
“Kry baru bisa absen di erpot untuk langsung dikirim ke LN. Bagus!!!!”
Wah langsung lemes deh. Tapi saya pikir-pikir lagi … its not my fault, I didnt ask for it!
Perintah tugas ini datang dari bos langsung. Saya tidak pernah minta untuk ditugaskan dihari pertama saya seperti ini. Jujur badan saya hari itu pun masih kurang fit, lelah perjalanan Dubai belum terbayar ditambah peristiwa pingsan beberapa hari sebelumnya. Tapi saya kan juga gak bisa menolak tugas seenaknya, wong anak baru mana berani macem-macem.
Seorang teman bilang: “Jangankan dia yang belum kenal elo, gw yang tau elo luar dalem aja ngiri de!”
Teman lain bilang: “Apalagi kalo dia tau elo baru pulang dari LN sebelum ninggalin kantor lama de”
hahahaha segitunya kah??
Mungkin saya hanya beruntung, bisa melihat dunia luar dan menikmati fasilitas tsb dari kantor gratis pula. Dan saya sangat mensyukurinya.
Saya tidak takut terhadap omongan orang lain saat saya masuk ditempat baru nanti. Saya cuma tidak ingin kedatangan saya dianggap sebagai ancaman bagi penghuni lama.
Ah she just doesn’t know me…
Andaikan dia tau kalo biaya perjalanan ini sebagian harus menggunakan uang pribadi dulu. Karena nama saya belum tercatat di database HRD, maka saya harus mengeluarkan uang untuk biaya pengurusan visa, airport tax, biaya hidup disana, biaya komunikasi disana, etc. Kalau boleh memilih saya pasti memilih untuk tidak pergi. Saya capek dan bangkrut…
Saat perjalanan Dubai saya harus nombok sekian ratus US dollar. Uang itu belum keluar dari kantor lama. Biasanya membutuhkan waktu 2-3 minggu baru cair. Nah sekarang saya harus mengeluarkan uang beberapa ratus US dollar lagi, yang katanya juga baru cair 2-3 minggu setelah saya submit bukti pembayaran. Trus pulang dari sana, saya hidup 3 minggu kedepan sampai tanggal gajian pake duit apa?
Ah nasib anak baru
Perjalanan anak baru sudah dimulai. Saya harus melangkah maju dan berhati-hati. Saatnya pembuktian diri, bahwa saya pantas berada diantara mereka sang penghuni lama. Saya yakin tidak ada orang yang bisa sukses dan selalu beruntung, tanpa melakukan usaha apa-apa.
Seperti tulisan Mas Billy disini:
“Keberuntungan itu ada tapi keberuntungan itu adalah faktor ‘X’ yang ada di luar sana. Sebuah faktor yang berada di luar kontrol kita. Jadi ngapain dipusingin? Daripada cuma merasa ingin beruntung, mendingan JUST PERFORM. Jangan perdulikan hal-hal yang tidak perlu. Fokus dan lakukanlah sebaik-baiknya segala hal-hal yang diperlukan, dan yang ada di dalam kontrol kamu!”
yeah…that’s what I’m going to do!
2 thoughts on “Anak Baru”
rejeki ga ketuker neeek… *kya kenal sm komen pertama yak hehehe*
Allah SWT Maha Tahu koq rahasia buat kita dimana manusia lain gak tahu, two thumbs for you dear mbak de. Semoga ditempat baru tambah sukses dan kesuksesannya bisa menular ke aku juga … hehehehehhe