Numpang Mudik ke Padang
Terlahir dari keluarga besar yang sebagian besar tinggal di Jakarta, membuat saya tidak memiliki kampung halaman. Baru ketika menikah dengan pak suami yang keluarga intinya menetap di Surabaya, saya jadi ikut memiliki kampung halaman untuk sekedar mudik lebaran.
Namun setelah mama papa diboyong anak-anaknya ke Jakarta dan membeli rumah sendiri awal tahun 2015 lalu, maka saya kembali merasa kehilangan yang namanya kampung halaman. Lebaran 2015 kami resmi tidak akan merasakan mudik saat lebaran.
Saat lebaran itu juga adek ipar pak suami yang kebetulan keturunan Minang, mengajak untuk berlibur ke tanah kelahirannya di akhir tahun 2015. Ide spontan tersebut disambut dengan sama-sama gugling tiket pesawat melalui Handphone dan Tablet. Dengan memperhitungkan masa tugas pak suami di Qatar yang berakhir November, maka diputuskan untuk berlibur 3 hari di akhir Desember yaitu pada saat libur Natal.
Kenapa kami dengan mudahnya langsung menyetujui ide spontan ini?
Kami sudah beberapa kali membawa anak-anak berkeliling pulau Jawa dan Madura, baik itu naik kereta, pesawat atau pun mobil pribadi. Anak-anak juga sudah pernah diajak berlibur ke Bali. Target kami berikutnya memang membawa anak-anak menjelajah tanah Sumatera. Rafa sudah memulainya dengan ikut program sekolah ke Bangka dan Belitung, jadi tidak ada salahnya kami memilih Padang sebagai tujuan berikutnya.
Kami pergi 9 orang dengan komposisi 6 orang dewasa + 2 remaja + 1 anak. Berangkat tanggal 23 Desember, kembali ke Jakarta tanggal 25 Desember. Selama di Padang kami menyewa sebuah minibus dengan kapasitas 12 orang. Agak ribet memang saat mencari mobil sewaan, karena jumlah orang yang serba tanggung ini. Pihak Rental hanya memberikan kami 2 pilihan jenis kendaraan: kapasitas 7 orang atau 12 orang. Padahal kapasitas tsb sudah termasuk supir, karena itu kami memilih minibus.
Rafa sudah mengingatkan Fayra tentang makanan Sumatera yang cenderung pedas. Sampai saat ini Fayra memang masih sulit menerima rasa pedas di mulutnya. Setiap Fayra komplen tentang makanan yang ada rasa pedas walau hanya dari merica/lada saja, mas Rafa langsung membalas “harus belajar kunyah dan telan masakan pedas, Fay. Gimana nanti kalo kita liburan ke Padang, kamu gak bisa makan apa-apa loh”
Sampai di Padang pun Fayra masih menolak. Jadi saat kami mencicipi Sate Mak Syukur yang sangat terkenal di tempat aslinya, Fayra malah minta dibelikan semangkuk bakso yang dijual di sebrang jalan. Untungnya ketika makan nasi kapau, Fayra masih ada pilihan berupa ayam pop. Saya merasakan repotnya menguliti ikan bakar, karena Fayra hanya mau makan daging ikan yang tidak terkena bumbu ketika kami makan di rumah makan seafood daerah Pantai Padang. Padahal cumi dan udang bakar dengan saus yang agak pedas itu bikin lidah kami menari, sayang Fayra belum bisa ikut menikmati.
Tak lengkap rasanya kalau ke Sumatera tanpa makan buah durian. Kami minta pak supir untuk mampir ke warung durian di pinggir jalan saat perjalanan dari Bukittinggi ke arah kota Padang. Fayra bersama uti akung memilih tinggal di dalam mobil karena tidak suka aroma Durian yang amat menyengat.
Berikut itinerary kami selama 3 hari 2 malam menyusuri Sumatera Barat:
Day 1:
- Perjalanan Jakarta – Padang
- Mampir sejenak di Air Terjun Lembah Anai
- Merasakan sensai kelok 44
- Menikmati indahnya Danau Maninjau
- Menginap di Bukittinggi
Day 2:
- Foto keluarga di Jam Gadang Bukittinggi
- Melanjutkan perjalanan ke Ngarai Sianok
- Mengunjungi Istana Pagaruyung Batusangkar
- Melihat pemandangan Danau Singkarak
- Menginap di Padang
Day 3:
- Menyaksikan batu Malin Kundang di Pantai Air Manis
- Bermain sebentar di Pantai Caroline Bungus
- Melihat jembatan Siti Nurbaya, kota tua, Pantai Padang
- Berkunjung ke rumah keluarga adik ipar
- Mengunjungi museum Adityawarman
- Perjalanan pulang ke Jakarta
Alhamdulillah dengan perjalanan dan jadwal yang cukup padat, seluruh anggota keluarga bisa menikmati kebersamaan ini. Kami bisa menyaksikan keindahan tanah Sumatera Barat, mencicipi kuliner yang terkenal di tempat aslinya, dan anak-anak belajar tentang budaya (pakaian tradisional, rumah adat, bahasa, dll).
Semoga setelah ini kami bisa melanjutkan perjalanan ke kota-kota lain di pulau Sumatera. Paling tidak kami akan mencoba jalur darat dari Jakarta ke Lampung. Doakan saja *_^
5 thoughts on “Numpang Mudik ke Padang”
Huaaaa serunyaaa yang rame2 jalan2 ke Sumatra. Aduuh itu sate mak syukur bikin ngileeerr nih de.
Di istana pagaruyung ga cobain pake baju adat minangnya, De? sewanya mayan murmer tuh
Kau cocok jadi manager, persiapannya detail tapi fleksibel. Iya De, kalian road trip lagi kayaknya setelah kau roaad trip ke Malang yang taun lalu beruntun banyak orang jadi terinspirasi ke sana. Ini Padang wilayah inceran juga, apalagi ada sodara di sana cuma naik pesawat emang selalu bikin mules di harga ihik
Hahahaha Fayraaaa gapapa lah gak suka makan pedes, sambel itu bikin cenderung banyak makan. Biarin aja makan yg plain plain biar badannya nyamain model rancanganmu nanti, tulang tulang di badan sih udah mendukung
gak nyangka ya bisa barengan kita ke Sumatera Baratnya mba de….walaupun cuma ketemu di bandara ..
Asyikk, nanti boleh ya aku intip itinerarynya Mbak De kalau satu hari aku ke Padang (Yang belum tahu kapan sih :-))