Menjejakan Kaki di Istanbul
Hari ke 5 di Turki, Selasa 24 Nov 2015
Meski sudah hari ke 5 di Turki, tapi baru hari ini kami menjejakan kaki di Istanbul. Banyak orang Indonesia yang salah menyebut kota ini dengan IstaMbul, padahal harusnya menggunakan huruf N.
Setelah mengikuti tur balon udara di Cappadocia, kami diantar ke hotel untuk beristirahat sejenak. Sekedar mandi, sarapan, check-out kamar hotel, sebelum kembali dijemput oleh pihak travel agent yang akan mengantar kami ke airport di Nesvehir (NAV). Airport yang berjarak sekitar 30KM dari Cappadocia ini merupakan airport yang terdekat. Kami menempuh perjalanan sekitar 40 menit dari Goreme. Jadwal pesawat kami berangkat ke Istanbul jam 11:50. Jadi kami masih punya cukup waktu dan tidak harus terburu-buru di airport.
Setelah mendarat di airport Ataturk jam 1:30, kami mengurus pengambilan 2 koper yang kami titipkan begitu sampai di Turki. Dari 4 koper, kami hanya membawa 2 koper untuk keliling kota lain supaya tidak repot. Penitipan koper di airport ini dikenakan biaya per hari yang tergantung juga dengan ukuran kopernya. Tarif detilnya bisa dilihat di http://www.ataturkairport.com/en-EN/airportguide/Pages/BaggageCustodyServices.aspx
Kami tiba di hotel daerah Sultanahmet hampir jam 3 sore. Kami masih memiliki waktu 2 jam sebelum matahari terbenam. Tanpa membuang waktu, kami hanya menaruh koper di kamar hotel kemudian berjalan kaki menuju 3 objek wisata yang masih berada di kawasan Sultanahmet dengan jarak 10 menit dari hotel.
Little Hagia Sophia
Ketika baru berjalan kaki sekitar 5 menit dari hotel, kami menemukan bangunan ini. Orang-orang menyebutnya Hagia Sophia versi kecil dibangun tahun 527-536. Sebelumnya bangunan ini digunakan sebagai gereja, kemudian pemerintahan Ottoman merubah fungsi bangunan ini menjadi mesjid pada tahun 1500an.
Kami yang belum sempat sholat Dzuhur padahal sudah datang waktu Ashar, mampir ke mesjid ini untuk melaksanakan sholat jamak takhir menggabungkan 2 sholat tsb dalam 1 waktu. Mesjid ini memiliki 3 tepat wudhu seperti tampak pada foto di bawah ini. Sumur pompa yang terletak di dalam bangunan, sudah tidak digunakan lagi. Hanya 2 tempat wudhu diluar bangunan yang bisa digunakan oleh jamaah mesjid ini.
Tak salah jika mesjid ini disebut sebagai versi kecilnya Hagia Sophia. Karena memang interior design nya sangat mirip dengan bangunan Hagia Sophia. Terutama tiang marmer dan lukisan mozaik dan kaligrafi berwarna biru pada langit-langit kubah.
Arasta Bazaar
Sekitar 100 meter dari Little Hagia Sophia, kami menemukan pintu masuk bertuliskan ARASTA BAZAAR. Memang tidak sebesar Spice Bazaar atau Grand Bazaar, tapi barisan toko di pasar ini tertata lebih rapih. Lokasinya tepat di sebelah Blue Mosque.
Barang yang dijual di Arasta Bazaar paling banyak adalah oleh-oleh khas Turki dan aneka kerajinan tangan mulai dari sarung bantal, syal, pakaian, dompet, tas, gatungan kunci, sajadah sampai karpet. Harga yang ditawarkan hampir seragam dari toko diujung pintu masuk sampai ke ujung pintu keluar. Kami sih cuma cuci mata saja.
Blue Mosque
Terharu rasanya bisa berdiri di depan mesjid megah yang biasanya cuma saya lihat gambarnya di brosur biro wisata atau acara TV. Apalagi bisa sampai di sini bersama pasangan halal, jadi lebih lengkap rasa haru di hati.
Kami masuk kawasan Blue Mosque hanya 10 menit sebelum adzan magrib berkumandang. Kami langsung mencari tempat wudhu yang ternyata terletak terpisah di belakang bangunan mesjid. Saat waktu sholat tiba, mesjid ini ditutup bagi wisatawan kecuali mereka yang ingin melaksanakan sholat berjamaah.
Petugas akan memberikan kita kantong kresek (plastik) di depan pintu masuk yang bisa kita gunakan untuk menyimpan alas kaki. Rak sepatu terdapat di dekat pintu masuk, maupun di bagian dalam mesjid.
Saya sholat sambil menahan air mata yang mau tumpah. Lantunan imam mesjid membacakan ayat Quran sama indahnya seperti bacaan imam mesjid di Mekkah atau Madinah. Rasanya khidmat sekali sholat kami, mengingatkan kami waktu umroh beberapa tahun lalu.
Sejarah bangunan Blue Mosque beserta informasi lain tentang agama Islam, bisa kita baca di bagian teras mesjid. Mesjid yang dibangun sekitar tahun 1600an ini bisa menampung jamaah sampai dengan 10rb orang. Nama mesjid ini sebenarnya Sultan Ahmet Mosque, cuma karena design interior yang penuh dengan mozaik dan kaligrafi berwarna biru jadi orang menyebutnya sebagai Blue Mosque. Padahal tampak luar bangunan tidak ada biru-birunya loh.
Bangunan Blue Mosque awalnya memiliki 6 menara, salah satunya digunakan untuk mengumandangkan adzan. Tapi masyarakat mengajukan protes ke Sultan, karena jumlah menaranya sama dengan jumlah menara di masjidil haram di Mekkah. Akhirnya Sultan memesan 1 menara baru untuk mesjid ini.
Bagian dalam mesjid dihiasi oleh lebih dari 20rb bongkah keramik buatan tangan dengan design lebih dari 50 jenis bunga tulip. Ada lebih dari 200 jendela kaca yang mengalirkan cahaya dari luar bangunan. Wisatawan yang tidak melakukan sholat dan hanya melihat-lihat, hanya boleh masuk ke bagian dalam mesjid sampai pembatas yang terbuat dari kayu.
Hagia Sophia
Keluar dari Blue Mosque, kita akan bisa memandangi bangunan Hagia Sophia yang letaknya persis di sebrang mesjid. Sayangnya karena sudah malam, kami tidak bisa kesana. Tempat ini tutup jam 5 sore.
Kendaraan umum di Istabul
Trem adalah salah satu angkutan umum yang dicetuskan oleh Kesultanan Utsmaniyah sejak tahun 1800an dengan menggunakan kuda sebagai tenaga penarik keretanya. Saat ini bentuk trem di Istanbul sudah jauh lebih modern dan canggih. Tiket berupa token (seperti koin yang terbuat dari plastik) bisa kita beli di mesin yang berada di setiap stasiun, sementara untuk tiket berupa kartu bisa dibeli di toko kecil di sekitar stasiun. Setelah membeli Istanbul Kart, kita bisa melakukan isi ulang kartu tersebut di mesin yang berada di setiap stasiun dengan menggunakan uang atau kartu bank (debit maupun kredit). Harga untuk persekali jalan menggunakan Istanbul Kart lebih murah dari token. Kartu ini juga bisa kita pakai untuk naik kendaraan umum selain trem, yaitu kapal ferry, bus, metro (kereta bawah tanah).
Rel untuk trem bisa dilalui oleh kendaraan lain (mobil / motor). Hati-hati kalau berjalan kaki di sekitar rel trem. Perhatikan kanan kiri jalan sebelum menyebrang ya.
Puas berjalan kaki di sekitar area Sultanahmet, kami pun mencari tempat makan malam yang searah dengan perjalanan ke hotel. Masih ada beberapa objek yang ingin kami sambangi di Istanbul dan kami masih punya 2 hari lagi sebelum bertolak ke Jakarta.
Tempat apa saja kah?
Tunggu di postingan berikutnya yaa
Semua posting tentang Turki bisa dilihat disini
7 thoughts on “Menjejakan Kaki di Istanbul”
wah asyik ya De naik Hot baloon
Hyaaah, kk cuma cuci mata saja sih, Mbak. 😀
Asyik banget udah sampai Turki!
Seru ngikutin cerita “Bulan Madu”nya, Mbak 🙂 Ditunggu lanjutannya 😀
masya Allah bagusnya yaa interior blue mosque ini…
dan hagia sophia..omg…bagus banget bangunannya dikala malem gitu..