Kecelakaan

Kecelakaan

Inget tulisan sebelumnya yang saya bilang ke bengkel?

Ini loh penampakan pasiennya:

ditabrak

Akhir bulan Ramadhan kemarin, Fayra menginap di rumah kakak saya. Baru 1 malam, Fayra menelpon minta dijemput. Saya mengajak Rafa untuk menjemput Fayra ke Kalimalang sekitar jam 1 siang.

Dalam perjalanan dari tol BSD, saya mencoba mendahului 2 truk kontener yang berjalan lambat di sisi kiri dan tengah. Ketika saya memacu kecepatan di kanan jalan, seketika ada sebuah sedan yang menyalip di antara truk dan mepet ke sisi mobil saya.

Kalau saya biarkan dan banting stir ke kanan, maka resikonya adalah saya akan menabrak tembok pembatas tol.

Kalau saya lengah dan stir ke kiri, maka resikonya adalah saya menjepit sedan itu ke truk kontener … atau malah mobil saya yang menabrak truk tersebut.

Dalam hitungan sepersekian detik, saya reflek mengurangi kecepatan tanpa melihat ke arah belakang melalui kaca spion. Seketika mobil saya dihantam Avanza dari belakang, lumayan keras.

Saya dan Avanza tsb minggir dan diskusi di bahu jalan tol. Pengemudi Avanza mengerti kondisi saya karena mobilnya pun dipepet oleh sedan yang sama dari arah belakang sebelumnya. Beliau tidak menyalahkan saya yang reflek mengurangi kecepatan padahal kondisi saya ada di lajur cepat (paling kanan). Saya pun tidak menyalahkan beliau karena saya juga salah tidak melihat ke belakang sebelum mengurangi kecepatan.

Kondisi hidung Avanza penyok lebih parah dari mobil saya. Bagian tengah retak dan kaburator bocor hingga air mengucur lumayan deras. Kondisi mobil saya penyok bagian belakang, pintu bagasi tidak bisa dibuka, lampu kiri belakang pecah dan bemper belakang turun agak miring.

Saya putuskan untuk keluar di pintu tol Bintaro, parkir di sebuah supermarket kecil. Rafa berdiri di belakang memantau saya tes fungsionalitas mobil terutama lampu sen dan lampu rem. Alhamdulillah masih berfungsi dengan baik, dan kami pun putar balik masuk tol lagi kemudian kembali ke BSD.

Saya berusaha untuk tenang walau sebenarnya badan gemetaran, jantung deg-degan, lemas gak karuan. Sampai rumah cuma bisa goleran di sofa dan mengabari suami melalui WA dengan mengirim foto kondisi mobil.

Alhamdulillah saya dan Rafa baik-baik saja, masih dalam perlindungan Allah SWT. Tidak ada luka benturan. Tulang saya juga tidak memberikan alarm berupa rasa ngilu *sujud syukur*.

Belum sempat ke bengkel untuk memperbaiki kerusakan, 2 minggu berikutnya mobil saya kembali dihantam motor di per4an Eka Hospital. Melihat lampu hijau yang berubah menjadi kuning, saya putuskan untuk berhenti. Tiba-tiba sebuah motor dengan kecepatan tinggi menghantam mobil saya. Sepertinya dia berniat untuk melaju cepat tanpa melihat lampu yang sudah berubah jadi merah. Dentuman keras membuat saya melihat ke belakang melalui spion, motor tsb jatuh setelah menabrak mobil saya. Untungnya pengemudi motor masih bisa bangun dan kembali naik ke atas motornya.

Masya Allah … ujian dan teguran dari Allah untuk saya.

Bagian belakang mobil makin penyok, bemper makin turun hingga menimbulkan bunyi saat roda berputar karena karetnya terseret ban. Saya cek kontrak asuransi mobil, ternyata periode “All Risk” sudah berakhir dan sekarang yang ditanggung cuma “Total Lost Only“. Artinya saya harus membayar penuh semua biaya perbaikannya.

Sebelum suami pulang, saya mencari informasi ke beberapa bengkel. Setelah mengetahui langkah perbaikan dan rincian biaya, saya diskusi dengan suami melalui WA.

Ternyata perbaikan gak cukup dilakukan dalam waktu 1 hari. Saya harus menunggu cat mengering, tapi mobil bisa dibawa pulang dulu. 3 hari kemudian saya bawa mobil kembali ke bengkel untuk proses poles nya.

Sambil menunggu mobil kembali kinclong, tetangga saya yang cantik-cantik menjemput di bengkel, mereka mengajak saya makan siang dan jalan-jalan ke Ikea. Lumayan deh ya … daripada lu-manyun di bengkel sendirian. Hehehe

Mereka heran “kok elo bisa sih ngurusin mobil ke bengkel kayak gitu? gak nunggu suami pulang aja, biar dia yang bawa ke bengkel?

Yah beginilah resiko single fighter, semua harus dikerjakan sendiri selama mampu. Kalau semua nunggu suami pulang, trus gimana saya mengerjakan tugas mengantar anak-anak dan urusan mobilitas lainnya?

Tidak sulit kok. CumaΒ harus cari informasi dari teman-teman cowok dan survey ke beberapa bengkel untuk membandingkan pelayanan juga biayanya. Alhamdulillah PR sudah dikerjakan dan mobil kembali mulus saat suami pulang.

Pelajaran bagi saya untuk lebih hati-hati di jalan nih.

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

15 thoughts on “Kecelakaan

  1. mba de ya Allah alhamdulillah sehat2 semuanya yah. Mbayanginnya serem bgt itu yg di tol. Bude ndak usah jemput hehe. Kita cilukbaa di depan rumah bude yah klo bude bisa hari minggu, piye bude?

  2. Alhamdulillah mbak De dan mas Rafa baik-baik saja. Pasti deg-degan banget (kalau saya pasti udah nangis). Semoga mobilnya lekas selesai, agar bisa dipakai untuk mobilitas kembali.

  3. Deee…
    Serem amat ceritanyaaa πŸ™

    Tapi untunglah semua baik2 aja dan gak ada yang luka yah Deee…itu yang paling penting mah…

    Hadeuh, gak bisa di klaim asuransi, lumayan atuh yaaah, jatah buat jajan bakso & cilok jadi berkurang hehe..

  4. Alhamdulillah mbaa, masih dalam lindunganNya…
    Dan alhamdulillah ya dimudahkan semua urusan mbaa,, aku ga ngebayangin kalau masih harus berurusan rumit sesama korban kecelakaan,,

  5. Hik..hik…bayangan kecelakaan kecelakaan kayak gini yang bikin aku gak berani berani pegang setir πŸ™ Alhamdulillah ya Mbak De dan Rafa masih dalam lindungan Allah dan baik baik aja πŸ™‚

  6. Alhamdulillah dirimu dan rafa ga kenapa2 ya…

    Klo di sini lampu kuning emang mendingan mesti berenti tuh de. Soalnya klo dah merah kita masi jalan, lgsg deh difoto dan masuk penjara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *