9 tahun bersama
Udah 9 tahun usia pernikahan kalian, de? Umur lo udah brapa sih?
hehehe, ini enaknya melakukan pernikahan dini. Kita bisa punya anak kecil saat kita masih kecil. Kita bisa merasa masih muda, saat anak beranjak remaja.
Di awal pernikahan, masguh sudah berkomitmen akan menanggung hidup saya dalam kondisi apapun. Langkah awalnya dengan mengontrak sebuah rumah petak tidak jauh dari rumah orang tua saya di Cempaka Putih. Mami sempat marah “ngapain kamu ngontrak petakan gitu, sementara rumah bapak sebesar ini di kos2in. Itu rumah yg di ujung juga bisa kalian tempatin, daripada di kontrakin ke orang lain“. Tapi tekad masguh sudah kuat, dia bertanggung jawab atas hidup saya. Sampai memberikan tempat tinggal pun, walau kondisinya jauh dari rumah layak huni.
Rumah itu hanya berukuran 3x7mtr. Lubang angin hanya ada di jendela depan, disebelah pintu masuk. Atapnya juga pendek banget, yang bisa dicapai kalau saya sedikit loncat dengan posisi tangan ke atas. Super duper gerah banget didalam sana. Kipas angin menjadi 1-1nya penolong kami saat berada didalam rumah. Kamar mandinya hanya dibatasin dinding setinggi 1,7 mtr (tidak full sampai atap). Jadi kalau ada yang buang air besar, seluruh penghuni harus ngalah keluar rumah kalau tidak mau pingsan kebauan didalam. hahahaha
Tidak ada garasi atau tempat menaruh mobil di kontrakan pertama kami, terlebih karena rumah ini berada di gang kecil. Mobil masguh dititipkan di garasi rumah orang tua saya. Sebelum berangkat kerja, kami ke rumah mami untuk ngambil mobil … sekalian nebeng sarapan. Pulang kerja, kami ke rumah mami untuk naruh mobil … sekalian nebeng makan malam. Wiken, kami ke rumah mami untuk nyuci mobil … sekalian nebeng sarapan sampai makan siang. Sampai akhirnya mami bilang “gak sehat gaya hidup kalian kalo gini terus mas. Istri mu gak akan pernah bisa masak nanti” hihihihihi
Saat memasukin kehamilan Rafa ke 5 bulan, kami memutuskan untuk mencari rumah kontrakan yang lebih layak huni. Gak kebayang kalo Rafa bayi ada di kontrakan pertama kami itu. Dan gak kira-kira, kami pindah ke daerah Cibubur yang waktu itu masih sepi. Saya yang biasa hidup ditengah kota kemana-mana dekat dan tinggal naik bajaj, harus merasakan hidup jauh dari peradaban. Tidak ada teman, jauh dari orang tua. Dan masguh tidak membelikan saya rice cooker sampai saya bisa masak nasi pakai kukusan (di tes cerita nya nih).
Saya yang sebelumnya tidak pernah masuk dapur kecuali untuk ngambil piring dan cuci tangan, sempat kaget dengan kondisi ini. Buku resep yang dibelikan masguh, tidak pernah diimplementasikan. Bingung baca resep … bingung ngebedain mana lada mana ketumbar … gak bisa bedain mana jahe, lengkuas dan kunyit. Setiap hari saya telpon mami dan mama cuma untuk nanya resep “mbak … kamu telpon siang-siang gini ke surabaya cuma nanya resep sayur bening? mahalan nelponnya dari pada belanja sayurnya”
Hari pertama masak nasi kelembekan, hari kedua masa nasi terlalu keras. Akhirnya saya menemukan cara simpel untuk mengukur apakah nasi sudah cukup matang atau belum. Saya lempar butiran nasi ke langit2, kalau nempel … berarti udah cukup matang. hahahaha kebayang kan langit-langit dapurnya seperti apa?
Fase perubahan diri saya dari seorang perempuan cuek menjadi seorang ibu dan istri yang bisa masak terlewati disana. Sampai akhirnya sekarang saya bisa memiliki berbagai gadget dapur, untuk mempermudah pekerjaan dapur. Saya beryukur bisa melalui itu semua.
Ketika masguh ditanya kenapa memilih saya sebagai istrinya, dia menjawab “soalnya tak lihat kamu itu bisa mandiri, mau belajar, dan bisa menyelesaikan masalah tanpa tergantung sama orang lain“. Saya sempat tersanjung mendengarnya. Tapi setelah menikah saya baru tau artinya.
Ternyata pekerjaan masguh menuntut dia untuk melakukan perjalanan dinas baik luar kota maupun luar negeri. Memang gak terlalu sering, tapi bisa ada beberapa perjalanan dalam tiap tahunnya. Bahkan kedekatan kami juga diawali dengan tugas pertama masguh ke US, yang pembuatan paspor dan visa nya dibantu bapak yang kebetulan pensiunan Imigrasi.
Ditinggal pergi menjadi sangat terasa, ketika sudah ada Rafa. Apalagi waktu itu usia Rafa baru 2 minggu, udah ditinggal papa nya ke Singapore selama 1 bulan. Masih kaget sebagai ibu baru diusia muda, gak ada suami, mertua harus pulang karena rumahnya dibobol maling (padahal cuma ditinggal ke Jkt utk liat kelahiran cucu pertamanya) … wuah pokoknya masa-masa itu benar-benar gak bisa dilupakan.
Herannya, tugas yang diberikan ke masguh itu selalu datang disaat genting. Ketika de selesai operasi tulang pertama, masguh tugas ke Jepang selama 1 minggu. Ketika de selesai operasi tulang kedua, masguh tugas ke Jerman selama 2 minggu. Ketika Fayra berusia 1 minggu, masguh tugas ke China selama 1 bulan. Masih banyak perjalanan lain yang dilakukannya, sampai dia bilang “tinggal afrika dan timur tengah yang belum aku pipisin ma” hayaaahhh. Pokoknya sebagian besar tugas itu selalu datang disaat de sebenarnya membutuhkan dia sebagai pendamping hidup. Sampai de harus melakukan aqiqah Fayra, full ngurus sendiri (thanks to pak sadelis, sebagai tukang ojeg setia disaat suami gak ada hihihi).
Mau nolak? yah namanya juga tugas, konsekuensi dari pekerjaan kan
Mau marah? buang-buang energi doang
Mau nangis? kasian anak-anak kalo mama nya cengeng
Ini tanggung jawab sebagai istri yang mau gak mau harus dihadapi. De masih bersyukur masguh pergi paling hanya 1-4 minggu aja. Toh masih banyak istri-istri lain yang kondisi nya lebih berat dari De. Coba bayangin kalo de jadi teh Fenty, yang cuma bisa ketemu suaminya beberapa bulan sekali. Mbak yanti yang juga hidup pisah dari abang *tenang mbak JKT – BDG mah udah dekat skrg*. Kalau mereka bisa, knapa de harus menyerah?
Apalagi sekarang teknologi sudah semakin canggih. Ada SMS untuk kabar singkat, ada email untuk kabar agak panjang, ada blog untuk tempat cerita lengkap, ada YM untuk ngobrol jarak jauh, ada Video Call kalo kangen, ada webcam pun. Betapa beruntungnya hidup di abad 21 seperti ini.
Oh ya, kami juga selalu menyempatkan pergi berdua setiap jumat pulang kerja. Untuk sekedar makan malam atau nonton bioskop. Kami menyebut jumat malam sebagai waktu pacaran.
Awalnya kami memang merasa ‘terpaksa’ menjalani kehidupan rumah tangga disaat mental belum sepenuhnya siap. Tetapi kejadian 9 tahun lalu yang diluar bayangan itu memberikan sebuah fase kehidupan baru untuk kami. Penuh pembelajaran … menuju proses pendewasaan diri.
3 tahun pertama kami belajar untuk mengenal satu sama lain lebih dalam. Saling berkompromi dengan sifat dan tingkah laku masing-masing, yang mungkin saat berteman aja gak kliatan sisi lainnya. Semua ke’asli’an terlihat ketika kita bersama dalam waktu 24 jam, dalam suka dan duka.
3 tahun kedua ketika kami sudah mengetahui keaslian masing-masing, kami mulai menyamakan visi dan misi. Kami mulai membuat roadmap hidup keluarga, apa yang ingin kami capai dalam periode tertentu. Kami mulai membangun mimpi bersama untuk masa depan keluarga.
3 tahun ketiga, kami mulai bangun dan berlari untuk mengejar mimpi-mimpi kami. Derap langkah kami sudah lebih terarah … kanan … kiri … berirama sama. Kami mulai melengkapi kepingan puzle kehidupan keluarga. Pelan, tapi pasti. Tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin.
Semoga kami bisa terus bersama sampai tahun-tahun berikutnya.
22 thoughts on “9 tahun bersama”
happy anniversary mbak de & mas guh 🙂
cerita kehidupan pasca nikah, selalu seru ya, siapa pun yg ngejalaninnya …
wish all the best for your happy family ya sist …
Menulis detail perjalanan hidup kalian selama 9 tahun gini, elu butuh 2 minggu-an yak ?
Kalo’ gw yg ngebuat, yakin deh baru posting-nya pas ulang tahun pernikahan di tahun berikutnya =))
hayooo… sekarang berlari untuk tujuan-tujuan lainnya…
biar tambah seru cerita-cerita di tahun berikutnya.
happy anniversary…
happy anniversary ya ..
9th yang penuh warna .. 🙂
umurnya berapa sih mbak?
happy aniversary ya mbak
semoga sehat, bahagia dan sejahtera selalu
langgeng sampai akhir khayat
makin sayang dan disayang sama Allah
an makin berkah hidupnya, amin
happy anniversary.. hope all the best for the four of you 🙂
happy anniversary de n mas guh
semoga langgeng terus, sukses terus 🙂
wiiii…9 taun, udah pernah seken hanimun blom De? target gw maximal 10 taun perkawinan harus ngerasain seken hanimun, Amiin…
Neng,
Hidup adalah perjuangan.. termasuk hubungan jarak jauh yang acapkali dihadapi oleh pasangan berkeluarga. Masing-masing pihak mesti dewasa dan pragmatis dalam menjalninya dengan menyamakan persepsi dan impian, semuanya menjadi mudah dilalui dan menjadikannya barokah – namun demikian memang keluarga selayaknya harus berada dalam satu atap. Didoakeun bisa senantiasa sukses mendampingi MasGuh dan berhasil mendidik/membesarkan anak-anak.. gak kebayang yah waktu berjalan cepat sekali dari awal kopdar segamreng dirumahmu 2-3 tahun lalu 😀
Kapan ke Afrika Barat? 🙂
happy anniversary Bu,
many happy years still to come, Insya Allah. Amin3x
Happy Anniversary ya De, semoga keluarganya seperti yg dicita2kan dan seperti yg diinginkan bersama, menjadi keluarga yang sakinah mawadah waromah, amiinnnnn
Baca pengalaman rumah tangganya De membuat semangatku yg lagi kendor, hampir putus asa menghadapi saat2 sulit rasanya mulai terpecut begt membaca semua pengalaman rumahtangga De. makasih ya De, aku merasa senang bahwa ngga cuma aku yg merasakan susahnya membangun rumahtangga dr awal dg kondisi yg jauh dr keluarga dan dipaksa utk hidup semandiri mungkin apapun yg terjadi tetep dilakukan berdua suami istri.
Pengalaman De lebih kurangnya sekarang aku jalanin, semoga aku bs sekuat De yaa…
Sekali lagi selamat ya De udah melalui 9 thn perkawinan dengan baik dan lancar semoga selamanya akan awet sampe maut memisahkan yaa
Hepi eniverseri ya De. Duh, tepok tangan deh gw baca perjalanan pernikahan lo, hebat, hebat . Semoga gw juga bisa kuat menjalani segala cobaan ya (cieeee…).
Salut bgd denger perjuangan rumah tangganya, pernikahan dini ternyata bawa banyak perubahan ya.
Mudah2an langgeng selalu… bertahan dlm suka dan duka… 🙂
Quote :
Saya lempar butiran nasi ke langit2, kalau nempel … berarti udah cukup matang.
yak !! udah pasti nih, mo gimana yah.,gaya anak stm nya itu loh, gak jauh dari lempar dan tawuran, kagak ngilang … hahaha
dah lama ngak buka blok kamu sist…
ternyata…duarrrr!!!!!…happy aniversary ya mbak…
semoga..kedepannya…keluarga mabk lebih diberkahi sama Allah..semoga kedepannya kehidupan keluarga mbak dapat menjadi pembuka kebahagiaan bagi orang2 disekitarnya..semoga…allah panjangakan umur jodo kalian berdua…amien ya robbail’alamin…
seneng ya..bisa ttp bisa kompak berdua….insyaAllah menjadi salah satu contoh untuk aku..
sekali lagi..happy milad mbak de n mas guh!!
Prikitiwwwwwwwwwwwwwww….
*malas komen panjang-panjang*
wink wink…
Congrats yaaaaa…semoga segalanya tetap berjalan baik dan mulus. Amin.
Happy great wiken yaaaaa 😀
Bingung mo komen. Kalo gw mah, keknya sih selalu deket, tapi jaoh. Lah, ketemu (dalam keadaan melek) cuman beberapa jam doang tiap hari. Ihikz. Suami gw ngantor, gw di rumah. Suami gw pulang, gw ngantor. Halaaaah… 🙁
Eniwei baswei, moga2 langgeng selama eksistensi kalian (pake istilahnya Edward ama Bella, eksistensi. Soalnya lbh dr selamanya kan? Hahaha).
Alhamdulillah tahun demi tahun udah dilewati bersama sama dalam suka dalam duka Semoga Allah selalu mengikat hati2 keluarga ini dengan RahmatNya,semoga selalu diberikan yang terbaik sama Allah pokoknya buat mbak de,mas guh,rafayra semoga selalu menjadi keluarga yang bahagia dunia akhirat aminnn Muachhhh
selamat ultah nikah yg ke 9……menginsfirasi bgt….
daku juga seneng De, mengenang kembali perjalanan awal-awal pernikahan dulu…penuh suka duka yang membuat hidup terasa dinamis.
Sampai-sampai kami bilang, ih dulu hidup sampai susah banget, tapi ternyata kami sanggup melewatinya.
Itu semua karena…..cinta *halah* gak ding, yang jelas karena pertolongan Yang Di Atas.
Happy eniversari ya De, mudah2an makin solid as a team *apa coba??*