Jika Harus Berpisah
Tahun 2013 ini diawali dengan beberapa berita duka cita dari keluarga dan teman-teman dekat, berturut-turut dalam 4 bulan. Ada yang kehilangan mamanya, papanya, anaknya dan ada juga yang kehilangan pasangan hidupnya.
Kakak perempuan saya dari ibu sebelum mami, meninggal setelah berjuang melawan kanker servik selama setahun lebih. Beliau meninggalkan suami dan 2 orang anak yang sudah beranjak remaja. Meski bukan anak kandungnya, tapi mami menemani beliau di RSCM lebih dari sebulan sampai menjelang kepergiannya. Mami bahkan sempat pingsan saat kami sudah membawa jenazah pulang ke rumah kakak saya. Kami semua sangat kehilangan.
Istri sahabat saya juga berpulang di usianya ke 34 tahun setelah berjuang melawan kanker payudara hampir 3 tahun lamanya. Walau sudah mempersiapkan diri akan kejadian terburuk yang akan dihadapinya, tetap saja sahabat saya merasa berat saat ditinggalkan separuh jiwanya. Belum lagi ketika harus memberikan pengertian kepada anak tunggal mereka berusia 5 tahun yang mulai kritis, seperti saat melihat ayahnya menggunakan smartphone milik ibunya.
“kenapa ayah pake iphone ibu? nanti kalo aku mau video call sama ibu gimana dong?”
Dan saya pun kembali mewek mengingatnya … hiks
—
Kematian itu pasti. Kita hanya menunggu giliran saja.
Apakah kita sudah siap?
—
Langsung narik nafas panjang deh kalo inget bekal untuk dibawa kesana belum cukup.Β Bukan sok bijaksana, tapi makin tua kok makin mikir kek gini.
Merasa ibadah masih kurang, perilaku masih kurang, amal berbuat baik masih kurang, prestasi masih kurang. Rasanya gak akan pernah siap untuk dipanggil NYA.
Ngebayangin anak-anak, ngebayangin suami, ngebayangin keluarga, ngebayangin teman-teman.
Kenangan apa yang akan mereka miliki atas diri saya?
Jejak kebaikan apa yang saya tinggalkan di dunia nyata dan dunia maya?
Saya cuma bisa berharap dan selalu berdoa, agar saya pergi dalam keadaan khusnul khotimah. Semoga ada rasa bangga dalam diri keluarga, pernah memiliki saya dalam hidup mereka. Semoga tidak ada benci dalam diri keluarga dan teman-teman atas kesalahan yang pernah saya perbuat terhadap mereka. Semoga doa-doa mereka bisa menjadi penolong saya di akherat kelak.
Semoga suami saya bisa melanjutkan perjuangan untuk membesarkan anak-anak menjadi anak yang sehat, cerdas dan beriman. They’re our key to heaven, insya Allah.
I can’t promise that I will be here for the rest of your life … but I promise that I will always love you for the rest of mine.
50 thoughts on “Jika Harus Berpisah”
Saya kadang masih ragu untuk bicara soal persiapan jika saya ditinggalkan, karena suami saya masih agak gimana klo bicara soal itu.
Tapi klo saya yang meninggalkan saya yakin banyak perempuan yang mau menggantikan saya, semoga perempuan shalihah π
Amin. Setuju dengan ‘smoga yang menggantikan nantinya perempuan shalihah’
hiks hiks hiks π
semoga bekal ku cukup untuk di akhirat kelak..
salam kenal mbak π
Salam kenal juga
Maaak… aku bacanya ampe merinding, merasa belum mepersiapkan apa2 hiks..hiks..
mari bersiap diri yuk
Sama dengan saya, bulan Maret, ada sahabat SMA, meninggal di usia 39 tahun, terkena serangan jantung, seminggu kemudian, temen SMP, serangan jantung juga.Dan bulan April ini, ada ustadz kita yang terkenal, Alm Uje.
Sebenarnya sudah banyak contoh bahwa semua yg bernyawa akan meninggal, tapi kalau ingat mati, sedih ya, sepertinya ga rela meninggalkan anak-anak yang msh kecil2, dan bekal amal belum apa2, sholat jg msh blom khusuk, dll.
Semoga kita bisa meninggal dalam husnul khotimah ya, Aamiin
Semoga kita bisa meninggal dalam keadaan baik, dipelihara orang2 baik dan husnul khotimah ya, Aamiin
amiiinnn
kita emang gak akan pernah tau ya umur kita sampe kapan… makanya mesti bener2 dinikmati baik2 dah waktu yang ada… π
setuju. Selain menyiapkan diri, sebaiknya kita juga menikmati waktu yang berjalan dengan segala yang sudah diberikan Tuhan
Semakin bertambah usia, aku jg mikir hal beginian Mba, kdg suka sedih krn kmren2 itu kok rasanya gampangin hdp bqt yah. Tp menyesel tanpa perubahan ga akan merubah keadaan kan, perlahan mulai menata diri dan hati π
yuk mari berubah ke arah lebih baik
My dear very best friend meninggal diusia 24thn dalam keadan sedang mengandung anak pertamanya. Kanker payudara merenggutnya dalam itungan 7 bulan saja. momen itu yang membuatku untuk berusaha belajar menjadi muslimah yang lebih baik.
Aku udah bikin note yg dishare sama suami isinya list rek beserta pinnya, jadwal bayar2 SPP anak2, due date kartu kredit, dll hehehehe soalnya selama ini suami mempercayakan 180% ke aku hahahaha….
sebagai ibu pekerja I always keep in my mind that work is only little part of our life, Family is number 1 π
Insya Allah semoga kita semua meninggal dalam keadaan Khusnul Khotimah. Amin Allahuma Amin.
Berpelukaaaaan :*
*peluukkk*
Memang benar sekali kematian itu selalu mengintai kita sepersekian ribu detik. Jadi bertutur-katalah yang baik, banyak bersedekah, tidak mutlak bersedekah berupa materi, tapi dengan senyum tulus pun sudah bersedekah. Meng-approve pertemanan dengan cepat pun sebuah pahala. Jadilah seseorang yang selalu mengingat “mati”: sepanjang hari-harinya. Aamiin.
eh ada bunda idola para wanita *girang, sungkem*
mencatat nasihat bunda dengan baik di kepala.
We will never be ready. But as long as we do the best for our life everyday. Someday it worths. We will leave in peace, no regrets. Insha Allah.
Let’s pretend like each day is our LAST day. So, we will do the best for whatever we do π
yupe, lets pretend every day is our last day
siap gak siap harus siap ya De kalau sudah waktunya
he eh, harus siap kapan pun waktunya
Sepersekian detik kedepan kita tak akan tahu apa yang akan terjadi, La illahaillah Muhammadurasulullah
la haula wala quwata illa billah
Dengan sering mengingat kematian, semoga kita senantiasa berada di jalur Allah ya mba.
amiinn
Duh mbak, postingannya ini bikin saya merinding ….
Rasanya gak siap2 kalo membayangkannya. Tapi kalau waktunya datang mau gak mau harus berangkat
nulis nya juga maju mundur. karena sambil elap mata
ah jadi mewek.
baru-baru ini aja sih, Inot mengenal kematian, dan reaksinya tetep sama, mewek.
rasanya paling berat kalau mengingat anak mbak…… sedih melulu….
iya nulis ini juga agak mewek
Duh, bener ya, siap nggak siap ya tapi kalau sudah waktunya….
yuk siap-siap
Iya… suatu saat nanti manusia akan kembali ke pemilikNya. Waktunya hanya Allah yang tahu. Mengaminkan doa mbak De, semoga kita bisa berpulang dengan khusnul khotimah. Amin .
Amin
iyah mbak, sama, aku juga mikir gitu. kalo org2 yg kita cintai itu tiba2 diambil sama Yang Punya, kita bisa bilang apa? siap ga siap ya harus nerima.
btw, izin naro link blog mbak di blog ku ya π
silakan mbak. Nanti de juga taruh link yaa
oiya mbak, sevilla itu kayanya pernah liat di perumahan group ispi deh. bener ga?
ispi tuh apa yah?
sevilla itu bagian BSD city
Amiiin..smoga kita termasuk orang2 yang meninggal secara khusnul Khotimah…
aku juga paling sedih kalo denger kabar ada orang yang meninggal..
iya sedih banget
lihat foto shaltnya jadi kangen sama dedek amel di rumah π kangen shalat berjamaah dengannya
Salam kenal ya…
di tunggu kunjungan baliknya + komentarnya juga hehehe
siap berkunjung balik dan meninggalkan jejak disana
*mewek*
*sodorin tisu*
Ya alloh …
*peluk dea*
Can’t say much, peluk aja ya…
kangen kamuuhhh
:((( mewek baca ini… Yaa Rabb…. Rabbana Atiina Fiddunya Hasanah, Wa Fil Akhirati Hasanah, Wa Qinna azzaban Naar… Aamiin
*mewek* … mengingat kematian itu sering kali membuat sekitar tiba2 terasa hening dan syahdu …. semoga kita semua diberikan keindahan Khusnul Khatimah yaa … aamiin
Ya Allah…maknyes, merinding…nyess..air mata ngambang..buat 2 alasan baca ini postingan…pertama, inget ama persiapan gue…miniiiimm banget,ahh bukan lagi minim bahkan gak ada kayaknya :'( semoga kita semua berpulang dengan keadaan khusnul khotimah…aamiin…
kedua, deeee…..kok gue sedih banget baca ini…are you ok dear? apalagi pas baca kalimat… “semoga suami saya bisa melanjutkan…..” *pelukin de kuat kuat….* mendadak kangen kamu….ayooo ketemuan…yoookk…