Umroh part 4 – Mekah
Baru aja postingan sebelumnya saya berjanji untuk menjaga kesehatan, ternyata 1 hari setelah saya update blog eeehhh saya sakit -_-
Jumat di hari lahir saya tsb kebetulan saya mengerjakan project di kantor sampai jam 8 malam, besok pagi nya harus menghadiri 2 rapat lagi mulai jam 8 pagi. Pulang kantor badan demam, lanjut diare. Lemas dan kliyengannya berlanjut sampai Selasa. Kaya’nya ini karena kecapekan akut (akumulasi dari Feb), sarapan telat dan salah tempat (warteg Wati – Sabang dicoret dari list).
Alhamdulillah sekarang sudah mulai pulih, mari kita lanjutkan cerita Umroh sebelum basi dan saya males nulisnya lagi hehehe.
———————-
Ternyata upgrade kamar saya berlanjut sampai di Mekah. Beginilah tampak kamar kami di Hotel Dar Al-Ghufran:
Terletak di kompleks hotel tujuh menara Abdulaziz, dimana terdapat jam terbesar dunia yang memiliki empat sisi dengan ukuran diameter 43 meter. Tingginya mencapai 400 meter, pencakar langit kedua tertinggi dan terbesar di dunia. Sisi jam ini dihiasi lebih dari 90 juta keping mosaik kaca berwarna, pada setiap sisinya masing-masing menorehkan tulisan besar “Allah” yang bisa terlihat jelas dari seluruh Kota Mekah. Dibawah hotel ini terdapat mall (tempat belanja lengkap dengan food court).
Begitu keluar dari gedung hotel, langsung menghadap ke Masjidil Haram tepat di pintu 1. Begini lah pemandangan spektakuler dengan jarak 50 meter dari hotel:
Owh yah, hari pertama kami sampai di Mekah … tiba jam 9 malam. Kami sudah menggunakan pakaian Ihrom dari Madinah, dan mengambil miqat di Dzulhulaifah Bir Ali. Miqat adalah batas yang telah ditetapkan untuk memulai ibadah haji atau umroh. Di tempat miqat kita mengucapkan niat Ihrom/Haji. Walaupun sudah mandi ihrom, mengenakan pakaian ihrom dan sholat sunah ihrom 2 rokaat di hotel saat di Madinah, tapi niat diucapkan di tempat ini. Kami tidak berhenti di Bir Ali, hanya mengucapkan niat di dalam bus dalam keadaan terus berjalan menuju Mekah untuk menghemat waktu.
Niat yang diucapkan: “Labbaika Allahumma umratan” Aku sambut panggilan-MU ya Allah untuk berumrah
Setelah niat diucapkan, maka berlakulah larangan ihram:
- Melakukan hubungan seksual atau apa pun yang dapat mengarah pada perbuatan hubungan seksual
- Melakukan perbuatan tercela dan maksiat
- Bertengkar dengan orang lain
- Memakai pakaian yang berjahit (bagi laki-laki)
- Memakai wangi-wangian
- Memakai khuff (kaus kaki atau sepatu yang menutup mata kaki)
- Melakukan akad nikah
- Memotong kuku
- Mencukur atau mencabut rambut
- Memakai pakaian yang dicelup yang mempunyai bau harum
- Membunuh binatang buruan
- Memakan daging binatang buruan
Kami melanjutkan perjalanan sambil terus melafalkan Talbiyah: Labaik Allahumma Labaaik, labaaik Laa Syarika Laka Labaaik Inal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulka La Syarikalah … Kami memenuhi dan akan melaksanakan perintah-Mu ya Allah. Tiada sekutu bagi-Mu dan kami memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, nikmat dan begitu juga kerajaan adalah milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.
Dan saya pun mulai mewek …
Kami sempat berhenti menjelang sholat magrib di tengah jalan. Tapi karena Masguh berpesan “toilet nya kaya di jaman peradaban lain ma, kalau kamu masih bisa tahan … jangan pipis disini” maka saya dan jamaah perempuan lain memilih menunggu di bus, sementara yang lain sholat magrib disini. Kebayang gak sih para cowok-cowok menggunakan baju ihrom selama 6 jam di bus. Kedinginan pastinya, sampai gak bisa tahan untuk segera pipis walau kondisi toilet ala kadarnya. Hehehe
Makanya begitu sampai hotel, selesai pembagian kamar di lobby … kami langsung menuju kamar masing-masing untuk melakukan sholat. Yang belum sholat magrib, melakukan jama’ takhir sekalian Isya. Setelah itu kami makan malam, dan bersiap untuk Umroh.
Tepat jam 11 malam kami berkumpul di lobby. Rombongan kami yang berjumlah 80 orang, dibagi ke dalam 3 group. Untuk memudahkan pengawasan, setiap group dipimpin oleh mutawwif (orang Indonesia yang tinggal di Saudi). Saya dan keluarga masuk dalam group 1 yang paling dulu menuju Masjidil Haram.
Memandang Masjidil Haram dari luar saja, saya sudah terpukau. Begitu masuk ke dalamnya dan melihat Ka’bah tidak jauh dari diri kami … mulai menangis. Alhamdulillah ya Allah, atas rahmatMU kami bisa sampai disini. Kami memenuhi panggilanMU ya Rabb.
Kami memulai tawaf dari pinggir Hajar Aswat, selurusan dengan batas yang di tandai dengan lampu hijau di pinggir. Dengan posisi pundak menghadap Ka’bah, kami mengangkat tangan sambil berniat tawaf dan mengucapkan “Bismillahi Allahu Akbar”
Berjalan melakukan tawaf dengan mengelilingi Ka’bah sebanyak 7x, kami tak sanggup menahan tangis. Sejenak kami lupa dengan segala do’a yang sudah disusun. Kami hanya bisa memohon ampun, mengucap syukur dan melirihkan doa sapu jagat:
Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhirati hasanatawwaqina a’dza bannar … Ya Rabb, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.
Setelah itu kami menuju maqam Ibrahim AS untuk sholat sunah 2 rakaat. Maqam adalah sebutan untuk tempat kedua kaki. Karena tempat itu adalah tempat dimana nabi Ibrahim As berdiri membangun Ka’bah, atau untuk menjalankan ibadah haji, atau berdakwah kepada umat manusia. Maqam Ibrahim diletak kan dalam rumah kaca di samping Mul tazam, Ka’bah. Warna Maqam Ibrahim menyerupai warna perunggu, agak kehitam-hitaman. Cetakan kaki Nabi Ibrahim terbuat dari besi. Adapun rumah kaca sengaja dibuat untuk menghindari kerusakan prasasti jejak kaki Sang Pembangun Ka’bah, Nabi Ibrahim AS.
Di lurusan multazam (dinding Ka’bah di antara Hajar Aswat dan pintu Ka’bah) kami melantukan do’a, konon ini adalah tempat yang paling mustajab untuk berdoa kepada Allah. Saat itu lah proposal hidup kami panjatkan … titipan doa saudara dan teman-teman kami sampaikan … semua masalah kami bisikan … semua harapan kami sebutkan.
Disini Masguh mengeluarkan catatan do’anya berupa selembar kertas A4 (dia memang lebih rajin, diketik dan di print loh).Waktu di Jedah, Masguh mengingatkan saya “katanya banyak teman titip do’a, sudah siap kertasnya? Mosok di depan Ka’bah kamu sibuk bacain doa teman dari arsip bbm sih” Hehehehe betul juga. Akhirnya saya menyalin semua titipan do’a menggunakan kertas notes yang tersedia di kamar hotel, lumayan juga nulis manual 1 lembar kertas A4 bolak balik. Pegal tangannya … hehehehe
Pak Ustad sempat tersenyum sambil meledek “waaah… mau berdoa bawa contekan” Hahahaha gak tanggung-tanggung 2 lembar kertas A4 loohh. Yah daripada ada yang kelewat. Titipan doa kan amanah yang harus disampaikan. Dan saya lebih menerima titipan doa dari pada titipan barang. Jadi yang waktu itu titip doa lengkap dengan nama bin/binti siapanya, sudah saya bacakan yaaa.
Selesai berdoa, kami langsung melanjutkan Sa’i. Alhamdulillah ibu-ibu rombongan dari Padang yang bersama kami di group 1, semangat nya tinggi dan tenaganya kuat-kuat. Mereka biasa naik turun bukit di kampungnya, jadi hayuk aja diajak langsung Sa’i tanpa istirahat. 7x bolak balik dari Safa ke Marwah, dengan total jarak 2,8KM … lumayan juga loh. Kami selesai semua prosesi umroh pada pukul 1:30 dini hari. Baru deh melipir cari air zam-zam. Badan udah keringetan, walau sebenarnya malam itu lumayan dingin udaranya.
Senangnya bisa umroh bareng suami, karena kami selalu bergandengan saat tawaf dan sa’i. Sholat sunah dan duduk bersimpuh saat berdoa, juga berdampingan. Sampai ibu-ibu dalam group kami bilang “enak yah dek kalo abis nikah bisa langsung kesini bareng. Pengantin baru langsung bulan madu disini” hahaha iya bu, kami memang pengantin baru …. baru 13 tahun kok!
Tahalul adalah urutan terakhir dari rangkaian prosesi ibadah Umroh yang disimbolkan dengan memotong beberapa helai rambut. Dengan memotong rambut, tandanya berakhir sudah segala larangan ihrom. Rambut Masguh dipotong oleh ustadz, sementara rambut saya dipotong oleh Masguh. Untuk laki-laki disunahkan untuk menggunduli kepala. Tapi karena kami melakukan umroh 2x, Masguh menggunduli kepala nya setelah umroh yang terakhir selesai. Sebelumnya kami menerima info tempat cukur rambut yang murah (10 Riyal), tapi ada testimoni dari seorang bapak “kepala saya rasanya mau disembelih. Murah sih memang murah, tapi kasar banget tukang cukurnya“. Akhirnya Masguh memutuskan untuk cukur di barbershop dibawah hotel walau tarifnya 3x lipat. Tempatnya bersih, pisau cukurnya baru, petugasnya ramah dan kami tidak perlu jalan jauh.
Masjidil haram itu tidak pernah sepi. Jadi kalau mikir “tawaf jam berapa ya yang agak sepian?” … gak akan pernah terjadi. Hehehehe
Umroh pertama kami lakukan jam 11 malam – selesai jam 1:30. Kemudian kami tawaf lagi jam 8 nya, sebelum sholat dhuha. Umroh kedua kami lakukan ba’da dzuhur sekitar jam 2 siang. Meski mataharinya pamer dan lantai marmer memantulkan balik sinar (wajib pakai kacamata item deh kalo tawaf siang bolong gini), tetap aja rame tuh. Paling padat sih kalau tawaf abis ashar dan abis isya, ini waktu favorit banyak orang. Jadi akan penuh banget tuh sekitar ka’bah.
Foto diatas itu saya ambil ketika bubaran sholat dzuhur, dihalaman mesjid menuju hotel. Udah kaya bubaran sholat Ied di mesjid Istiqlal kan? Itu baru sholat dzuhur biasa loh. Untuk hari Senin dan Kamis, penuh luber saat magrib sampai isya. Karena banyak penduduk sekitar yang mengajak keluarganya untuk buka puasa bersama di Masjidil Haram. Begitu pun saat sholat jumat, saya yang datang ke mesjid 1,5 jam sebelum adzan (sekitar jam 10:30), udah kebagian di halaman aja gitu. Padahal kan panasnya ampuuunn, belum lagi debu karena di sekitar mesjid banyak pembangunan gedung bertingkat.
Penjagaan askar di Masjidil Haram tidak seketat di mesjid Nabawi. Bahkan disini disediakan plastik untuk tempat menyimpan alas kaki. Saran saya jangan menyimpan alas kaki di tempat penitipan, mending dibawa masuk ke dalam aja deh. Selain jauh, ribet juga kalau kita harus antri ambil titipan. Sementara jumlah jamaahnya seperti tampak pada foto diatas itu.
Masguh tidak mengeluarkan DSLR nya disini, kami juga tidak banyak foto-foto seperti yang dilakukan di mesjid Nabawi. Pokoknya disini fokusnya ibadah … ibadah … dan ibadah. Tiap malam sebelum tidur, wajib ngoles minyak angin ke betis deh soalnya pegal banget. Tetap deh ya… 3 hari rasanya kuraaaaanngg ajah.
Seluruh posting tentang Umroh dan persiapannya bisa dibaca disini: http://www.masrafa.com/category/jalan-jalan/umroh/
7 thoughts on “Umroh part 4 – Mekah”
Alhamdulillah..Subhanallah…
Mdh2an doa2 yang dipanjatkan di sana dikabulkan Allah ya mbak ^_^
Harusnya aku nitip doa juga nih >_<
pengalaman yang luar biasa ya De bisa umroh bareng suami, mudah2an ntar lanjut hajinya, amin 🙂
wah kalau saya titip do’a mungkin kertasnya jadi 3 lembar ya…hehehe
semoga doa2nya diIjabah
Subhanalloh….nikmatnya ke tanah suci sama suami….
mbak aku baca artikel ini kok jadi menitik air mataku …jadi pengen cepet2 umroh…melepaskan segala masalah duniawi…doain ya mbak biar bisa ikutan jejak mulia mbak bersama keluarga tercinta. amin 3x….
posting an umrah yg sangat menarik untuk dibaca hingga tuntas. tks sharing nya mba. jadi rindu untuk kesana. salam kenal.
Umroh kedua miqotnya darimana , mbak De ? Jauhkah ?