Rafayra Progress Report
Sudah 3 bulan anak-anak di sekolah barunya, dan kami pun mendapat undangan untuk bertemu walikelas mereka mendiskusikan perkembangan di sekolah. Semua nilai anak bisa dipantau dari Parent Desk di web site sekolah, tapi tetap butuh diskusi langsung antara ortu dan guru supaya kami mempunyai gambaran yang lebih jelas.
Deg-degan … itu yang saya rasakan malam sebelumnya.
Pertama kali Rafa memberikan hasil quiz (ulangan harian) dengan nilai 2,75 … tangannya bergetar, kepala nya menuduk, suaranya sangat lirih “maaf ya ma”
Saya lihat kertas tsb, ada note dari gurunya “good start Rafa”
Terharu. Ini lah yang dibutuhkan. Guru memberikan semangat ke muridnya. Guru yang paham dengan kondisi setiap anak didiknya. Beliau mengerti bahwa Rafa masih baru memulai dan beliau menghargai usaha yang sudah dilakukannya.
Saya pun ikut menyemangatinya “gakpapa kok mas. Masih kaget sama soalnya ya? Coba cerita mana yang susah?”
Nilai ulangan berikutnya 4,4
Alhamdulillah ada peningkatan.
Dan yang lebih membanggakan, nilai ujian mid semesternya sudah diatas 6.
Kami tidak pernah menuntut anak-anak untuk selalu mendapat nilai bagus. Cuma berharap mereka tidak dibawah rata-rata pencapaian kelasnya. Apalagi sekarang dimana mereka baru saja beradaptasi dengan lingkungan rumah baru, teman-teman baru, sekolah baru, kurikulum pelajaran yang sedikit berbeda … ditambah lagi dengan bahasa yang menjadi kendala utama.
Saya dan suami memang sepakat untuk tidak mengajarkan bahasa lain ke anak, sampai mereka bisa menyusun kalimat dengan benar dalam bahasa Indonesia. Untuk Rafa yang sudah kelas 4, pelajaran bahasa Inggris sudah dikenalnya sejak TK. Tapi untuk Fayra, bahasa Inggris merupakan sesuatu yang sama sekali belum pernah diajarkan.
Term 1 di sekolah baru, kami pasrah. Kami tau anak-anak sudah melakukan terbaik yang bisa mereka kerjakan. Dan kami menghargai berapapun nilai yang mereka peroleh.
Fayra
Alhamdulillah Fayra sudah memenuhi target yang ditetapkan sekolah. Sepertinya memang lebih mudah untuk Fayra karena sebagian besar murid TK adalah anak baru. Sebagian besar dari mereka pun sama seperti Fayra, tidak bisa berbahasa Inggris atau Mandarin. Kecuali yang memang orang tuanya bukan warga negara Indonesia.
Fayra dinilai sebagai anak yang aktif, tidak ada masalah dalam pergaulan dengan temannya, bahkan Fayra berhasil terpilih sebagai wakil sekolah untuk mengikuti lomba mewarnai tingkat TK yang akan dilaksanakan tanggal 23 Okt nanti di sekolah Santa Ursula. Dari 20 orang murid di tiap kelas, dipilih 2 orang. Kemudian 2 anak tersebut diadu lagi dengan kandidat dari 4 kelas lain. Alhamdulillah, Fayra berhasil terpilih sebagai 2 anak yang mewakili sekolah, dari 8 kandidat tsb.
Perkembangan Fayra juga kami rasakan di rumah. Alhamdulillah Fayra lebih mandiri, lebih percaya diri, kosa kata dalam bahasa Inggrisnya jauh lebih banyak, bahkan Fayra juga bisa berhitung dan menyanyikan lagu anak dalam bahasa mandarin. Tapi cengkok ketika bertanya “what is that?” … sangat British. Kaya nya ini efek guru nya yang asli di import dari UK sana. hehehe
Rafa
Sebelum saya dan suami masuk ke kelas, kami bertemu guru bahasa Inggris di lift. Kami ngobrol tentang perkembangan Rafa. Beliau bertanya “Where do you give him non scholastic course?”
Kami bingung dan balik bertanya “not yet. do you have any recommendation?“.
Tapi beliau malah menjawab “owh no… don’t! he has too much lesson in school. Don’t give him more. He will be too tired”
Owh ternyata saya salah tangkap. Ternyata beliau bertanya seperti itu karena menilai perkembangan Rafa sangat bagus. Jadi disangkanya kami memberikan tambahan diluar jam sekolah. Rafa yang tadinya diam di kelas, sekarang sangat aktif bertanya. Dan pencapaian yang dilakukan Rafa dinilai meningkat beberapa waktu terakhir.
Satu pesan beliau sebelum kami berpisah “encourage your children to love reading books. Let them read books that they choose. Don’t push them to read the book that YOU choose”
Alhamdulillah wali kelas Rafa juga menyampaikan yang sama. Rafa memang masih adaptasi, cukup berat usaha nya untuk bisa mengatasi ketertinggalan di sekolah … tapi sudah menunjukkan peningkatan.
Kami dirumah pun merasakan yang sama. Minat baca Rafa terlihat jauuhhh membaik. Kalau dulu baca buku hanya sekedar baca, sekarang Rafa sudah ‘mengerti’ apa yang dibaca. Bahkan Rafa bisa menceritakan ulang apa yang sudah dibaca ke adiknya, mbak dirumah atau kami ketika sampai dirumah.
Lebih mandiri dan disiplin. Sangat terlihat sekali.
Kalau dulu semua PR minta dikerjakan sama mama. Sekarang Rafa sudah mengerjakan PR nya sendiri. Apa yang bisa diketik atau tulis, akan dilakukannya. Alhamdulillah netbook yang kami belikan sangat bermanfaat. Walau tetap saja kami sangat membatasi koneksi internet. Anak-anak boleh terhubung ke internet kalau kami ada di samping mereka.
Jadi kalau ada PR, biasanya Rafa sudah mengetik apa yang dia tau dari buku, koran atau majalah. Nanti begitu kami pulang kerja, Rafa minta terhubung ke internet hanya untuk mencari gambar atau kekurangan materi aja.
Dan ya … Rafa sudah gape dalam menggunakan Ms. Office. Karena tugas di sekolah menuntutnya untuk bisa mengoperasikan Ms. Word bahkan Power Point. Kalau bikin slides, Rafa suka menambahkan animasi. “biar seru” katanya.
Saya ingat waktu membantu menyiapkan presentasi pertama Rafa tentang KECOA. Sebenarnya ada 3 materi yang boleh dipilih:
- Amazing animal
- The person you adore
- Exciting places
Ketika saya tanya kenapa KECOA, jawabannya “Buat aku, kecoa itu amazing animal”
ah baiklah hehehehe
Untuk membuat bahan presentasinya, Rafa sudah mencatat data dan fakta yang dibacanya dari majalah NatGeo Kids dan hasil nonton Animal Planet. Bagian tubuh kecoa, kecepatan larinya, jumlah telur saat berkembang biak, dan kenapa manusia tidak suka dengan kecoa. Saya bengong hahahahaha
Walikelas Rafa bilang “we don’t teach student to REMEMBER sentence in the book as an answer. But we teach them how to FIND answer from their 4B: brain, buddies, books, boss. Who’s their boss? if it’s in school, it’s their teacher. But if it’s at home, then it’s their parent. If they still feel unsatisfied with the answer, they can look from other resources such as newspaper, magazine or internet.”
Dengan penyampaian seperti itu, pantas saja sekarang Rafa lebih kritis. Pola pikir Rafa sudah berubah. Kalau yang dulu hanya mengharap jawaban dari semua pertanyaan, sekarang Rafa lebih aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang ada di kepalanya dari berbagai sumber.
Rafa sekarang sudah tidak takut berbicara dalam bahasa Inggris. Bahkan beberapa waktu lalu ketika kami pergi ke toko buku, Rafa bertemu dengan teman sekolahnya. Mereka asyik ngobrol dalam bahasa Inggris. Diperjalanan pulang, saya meledeknya “gaya banget sih kak ngobrol ama teman sekolah pake bahasa Inggris. Ini kan bukan disekolah”
Rafa dengan santai menjawab “Brandon itu baru dibawa pulang orangtuanya dari Amerika. Dia memang orang Indonesia, tapi lahir disana dan baru datang ke Indonesia. Jadi belum bisa bahasa Indonesia”
Owhhhhh ternyata dia sudah bisa menempatkan dirinya. Dia sudah bisa menggunakan bahasa dalam kondisi yang dibutuhkan.
Ketika saya ceritakan hal ini ke walikelasnya, beliau bilang “owh ya, Brandon itu murid di kelas sebelah. Mereka suka bermain bersama saat istirahat”
That’s even better news! Berarti Rafa sudah bergaul dengan teman diluar kelasnya.
Kekhawatiran kami terhadap pengetahuan Islam hanya karena sekolah ini merupakan sekolah ‘umum’ tidak kejadian. Alhamdulillah sekolah memberikan ngaji dan pesantren kilat selama Ramadhan. Ngaji disekolah merupakan pelajaran tambahan diluar jam sekolah. Semua agama diberikan ‘Fellowship Program’ yang sama dan serentak waktunya, hanya beda ruangan. Program ini tidak wajib diikuti murid-murid. Hal ini diberikan sekolah untuk mengakomodasi kekhawatiran ortu akan porsi pelajaran agama. Bahkan diselenggarakan secara GRATIS bagi yang mau ikut.
Walau begitu kami tetap mencari guru ngaji yang bisa mengajar dirumah setidaknya 2x seminggu @1 jam. Sampai sekarang belum nemu juga sih. Kalau ada yg punya informasi, mau dong di share.
————————-
Alhamdulillah kami sangat bersyukur atas perkembangan anak-anak. Kami yakin Rafa – Fayra bisa mengatasi ketertinggalannya.
Semoga mereka bisa menjadi manusia yang berguna dan bertaqwa.
5 thoughts on “Rafayra Progress Report”
Baru baca sampe tengah2… Hahaha. Komen duluw, mumpung inget.
Mengejar ketertinggalan, secara bahasa itu salah, De. Karena kita gak mengejar ketertinggalan, tapi kemajuan yg kita kejar. Jadi tinggal kita pilih: mengejar kemajuan atau mengatasi ketertinggalan. Wkwkwkw. **brasa ngedit kerjaan, gw**
heh… tutorial, tutorial itu pake pashmina ditunggu!!!!!
baiklah gw edit. secara gw cacat linguistik, beruntung deh punya teman2 anak sastra *nunggu komen dr anak sastra lain*
Kebetulan saya juga ada rencana mau pindah ke BSD dan cari2 sekolah di sekitaran situ. Tulisan2nya sangat menarik. Dan pengalamannya juga sangat bermanfaat. Terima kasih sudah shared.
akuw ttp ga ngerti knapa pilihan jatuh pd kecoa *geleng2kepala*
Untung Retma jarang ke blog gue *lega*
gw seneng deh liat Rafa, mandiri dan bertanggung jawab gak sia2 ortunya cari uang sampe gempor *gempor gak sih de wkwkwkwk* kalo feedbacknya bagus gini ortu mana yang gak bangga..
2 thumbs up for Rafa & Fayra 🙂