Kesal

Kesal

Sebel….
Kesel….
Mau marah…
Semua numpuk jadi satu.

Sidang telah usai. Nilai sudah diterima. Revisi sudah dikerjakan. Hard cover sudah siap. Tanda tangan dari dosen pembimbing, ketua penguji, kepala jurusan dan dekan sudah saya dapatkan. Tinggal 1 tandatangan dosen penguji yang belum berhasil saya peroleh.

Dateline penyerahan hardcover tanggal 19 Agustus 2005. Saya sudah menyiapkan sebelum tanggal itu datang. Tapi 1 dosen penguji itu benar-benar menguras kesabaran saya. Karena sampai saat ini, skripsi saya belum juga ditandatanganinya. pheeewwww

Saat saya ke kampus tgl 18 Agustus, terjadi mati lampu jkt-bali. Saya terjebak macet dijalan karena semua lampu merah mati. Ciledug gitu…gak mati lampu aja udah macet banget. Akhirnya saya baru tiba dikampus jam 3 sore. Ternyata…si bapak udah pulang 10 menit sebelumnya. Karena semua aktivitas dikampus dihentikan.

Besoknya saya datang lagi ke kampus siang hari. Dengan harapan lsg bisa dapat TTD dosen dan menyerahkan ke BAK. Tapi lagi-lagi bapak itu gak bisa ditemui. Dia pulang lebih cepat karena ijin mau pulang kampung seminggu. huhuhu mau nangis rasanya

Konon kabarnya, kalau kita telat menyerahkan skripsi dari tangal yang telah ditentukan, maka sangsinya bisa berupa SIDANG ULANG. oh no…GOD please…i don’t want it happen!!!

Buku skripsi yang harus mendapat TTD 5 orang dosen itu berjumlah 3 biji (eh emang buku punya biji de, hehehe), dengan ketebalan masing-masing 350 halaman. Berat buku setelah di hardcover mencapai 1,5 kg per buku. Dan saya harus bolak-balik ke kampus menenteng 3 buku tersebut. Padahal dokter tulang melarang saya membawa beban lebih dari 1 kg. Tapi maaf nih dok, kali ini saya melanggar. Karena saya gak bisa minta bantuan siapa-siapa lagi. Kasian masguh kalo harus ijin kantor terus demi ngantar saya ke kampus. Lagian…mosok saya harus bawa kedi utk nenteng buku ini sih.

Akhirnya saya menyerah. saya gak kuat lagi nenteng-nenteng buku itu. Apalagi ruang FTI itu ada dilantai 2 dan 3. Gak cuma nenteng buku tebal, saya juga harus naik turun tangga. Alhamdulillah seorang satpam yang baik hati di ruang sekretariat FTI mau dititipin buku ini. Supaya begitu saya balik ke kampus gak perlu repot bawa lagi.

Ternyata pak satpam berbaik hati menaruh buku saya di meja sang dosen. Tapi saat dosen itu masuk setelah cuti 10 hari dan melihat ada buku saya di mejanya, dia bilang “saya gak mau dititipin kaya gini. bilang ke de kalo dia harus menghadap saya

Saya kembali ke kampus ciledug, rabu kemarin tgl 31 Agustus. Dia minta saya untuk menunggu sampai dia selesai ngajar. Saya tunggu sampai jam 8.30 malam ditemani linda dan emil bercanda di taman kampus. Akhirnya bapak itu keluar kelas, saya langsung menghampiri.

Dosen tanya “mana bukunya?”
de : di sekretariat FTI pak. skrg udah tutup. saya gak bisa ambil
dosen : kenapa taruh disana?
de : saya udah bolak-balik kesini, bapak gak ada. dateline saya udah lewat pak. tinggal bapak doang yang belum ttd. jadi saya titip disana krn berat bawanya bolak-balik.
dosen : kenapa gak bilang di SMS atau telpon kamu, kalo dititip disana? kan bisa saya tandatangani
*bah…gaya lo pak. katanya gak mau dititipin dan de disuruh menghadap. eh skrg sok ngomong gini lagi*

gak mau buang kesempatan, langsung aja saya cecer. semua kekesalan tumpah saat itu. tapi saya tetap berusaha menahan emosi. takutnya nanti dia gak mau tandatangan. Akhirnya kata-kata yang saya nantikan keluar juga dari mulutnya “ok, saya salah. saya minta maaf. sekarang kamu pulang aja. senin pagi akan saya tandatangani

puassssss rasanya. akhirnya dia mengakui kesalahannya. setelah 5 menit debat dengannya. Saya juga minta pertanggungjawaban dia. Saya gak mau sampai kena sangsi sidang ulang cuma krn dia merepotkan saya dari revisi sampai hardcover. Dia membuatkan memo untuk BAK supaya skripsi saya bisa diterima dan saya terhindar dari sangsi.

Teman saya, yang menghadiahi dosen itu pulsa HP sebesar 100rb saat meminta tandatangan, berkata “makanya de, banyak sedekah. biar urusannya gampang

heiii…tunggu dulu. itu bukan sedekah namanya! itu NYOGOK. saya tidak akan memberikan dia apapun sebelum dia menyelesaikan kewajibannya. Saya merasa dia belum memberi hak saya, padahal saya sudah melaksanakan kewajiban saya. Bahkan saya rela print ulang 150 halaman demi revisi yang dia minta. Padahal itu cuma karena dia minta penambahan sesuatu di aplikasi programming saya. Dan efeknya 150 halaman harus di print ulang!

Kalaupun saya memberi sesuatu untuknya, itu cuma sebagai tanda terima kasih saya setelah apa yang sudah dilakukannya. Kalau orang tidak minta, justru saya akan memberi dengan ikhlas lebih dari yang dia harapkan. Tapi kalo sampai orang itu minta…wuih saya tidak rela. Terserah orang mau bilang apa. Mungkin dimata orang lain saya pelit, tapi itu lah saya.

Lagian…mending saya sedekah ke orang lain yang membutuhkan. Bukan dengan cara seperti itu. Jadi maap ya pak. Saya tidak akan mengemis dengan memberi bapak sesuatu hanya untuk tandatangan bapak. Saya lebih rela sidang ulang!!!!!

image diatas diambil dari corbis

Share this...
Share on Facebook0Share on Google+0Tweet about this on TwitterShare on LinkedIn0

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *