Terpukau Keindahan Pamukkale
Hari ke 3 di Turki, Minggu 22 Nov 2015
Seperti saat mengunjungi Ephesus, kami menggunakan travel agent lokal yang sama untuk pergi ke Pamukkale yang terletak di bagian utara Turki, sekitar 18 km dari provinsi Denizli. Kami dijemput minibus berkapasitas 12-15 orang dari depan penginapan di Selcuk.
Saat kami masuk ke dalam mobil, kursi yang tersedia hanya di bagian paling belakang. Kami agak kaget ketika mendengar ada yang menyapa kami dengan bahasa Indonesia “selamat pagi“. Ternyata sepasang bule yang duduk di sebelah kami, merupakan orang Australia yang pernah tinggal 7 tahun di Jakarta. Kami pun mengobrol sepanjang tour ini dengan menggunakan bahasa Indonesia ala orang Jakarta. Dan ternyata dalam bus ini juga ada pasangan lain dari Indonesia, mbak dan mas yang berasal dari Solo tapi mereka menetap di Bali. Alhamdulillah menambah jumlah kenalan baru, ada teman ngobrol sepanjang perjalanan dan tentunya ada yang bisa diminta tolong untuk gantian foto. Hehehe
Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, kami berhenti di tempat pengrajin untuk melihat proses pembuatan gelas dan hiasan dari batu. Kami juga diperkenalkan aneka jenis bebatuan dan manfaatnya untuk kesehatan tubuh. Setelah itu kami diajak ke lantai atas yang merupakan toko yang menjual aneka alat makan dan aksesoris. Kami sih tidak tertarik untuk membeli, karena aneka hiasan dari batu Onyx seperti itu, bisa kita temukan di Blitar – Jawa Timur kok. Sementara untuk perhiasan sama juga dengan aneka akik yang lagi tren di Indonesia.
Sekitar 20 menit kemudian, kami berhenti di sebuah restoran untuk makan siang. Setelahnya baru kami diajak ke Pamukkale Natural Park. Udara saat itu sangat sejuk, walau matahari memancarkan sinar yang lumayan gonjreng. Kami diajak tracking sejauh 4 KM menuju ke atas salah satu bukit di sana. Walau udara makin dingin, tapi keringat juga terus menetes karena jalan berbatu ini juga semakin menanjak.
Pemandu wisata hari itu cukup humoris. Beliau membangkitkan semangat para peserta tour yang sudah mulai ngos-ngosan ini dengan ancaman “yang sampe atas terakhir, harus nraktir peserta lain beli minum di atas yaaa”
Jadilah kami saling berlomba-lomba untuk mempercepat jalan. Sampai di atas, kami melihat pagar setinggi 1,5 meter dengan celah selebar 2 meter yang disebut mas pemandu wisata sebagai OMG Spot Gate.
Begitu masuk ke dalam, kami baru mengerti istilah tersebut ternyata memiliki arti “Owh My God spot” karena setiap pengunjung yang memasuki tempat ini pasti terpukau dan mengucapkan OWH MY GOD!
Ternyata kami memasuki kawasan Hierapolis atau kota sakral menurut bahasa Yunani, peninggalan dari jaman Romawi. Di namakan hierapolis karena dulunya di sini terdapat kuil Hiera (salah satu dewa yunani). Di sini kita bisa menemukan sisa-sisa reruntuhan bangunan, katedral, kuil, tembok-tembok, pilar, amphiteather, dan kuburan-kuburan tua (necropolis).
Duduk di ampitheater membuat kami jadi membayangkan sedang menikmati pertunjukan seni dari panggung dengan suara yang bergema ke seluruh ruangan. Bangunan ini memang dirancang sedemikian rupa sehingga suara dari panggung akan terdengar tanpa kecanggihan alat elektronika karena memang jaman segitu belum ada microphone dan speaker. Hebat yaa
Para arkeolog terus bekerja untuk merenovasi tempat ini. Jadi wajar saja kalau ada beberapa bagian yang ditutup untuk area kerja mereka. Kami pun melanjutkan jalan kaki menuju Antique Pool.
Konon katanya, tempat pemandian ini dulu sering dikunjungi mbak Cleopatra untuk sekedar berendam dalam kolam air hangat yang mengandung berbagai mineral yang berkhasiat untuk peremajaan kulit. Mungkin ini rahasia kecantikan si mbak Cleo. Eh iya di dalam tempat ini juga ada sebuah pompa manual yang airnya bisa kita minum. Rasanya sih seperti Sparkling Water, air putih tapi ada rasa-rasa ajaib menyerupai soda gitu.
Dengan membayar 25 Lira, pengunjung bisa menikmati Antique Pool. Lumayan berendam di dalam kolam air hangat bisa menghilangkan capek dan pegal setelah tracking. Grup tur kami sih tidak ada yang masuk ke dalam kolam. Di dalam tempat ini juga terdapat restaurant dan toko souvenir khas Pamukkale.
Setelah jalan kaki sekitar 5-10 menit dari Antique Pool, kami sampai di Travertines yaitu gunung kapur yang terbentuk secara alami dari deposit kalsium karbonat sejak ribuan tahun yang lalu. Dari kejauhan Travertines terlihat seperti kolam bertingkat dengan air panas di dalamnya. Keindahan travertines membuat tempat ini selalu dipadati oleh pengunjung.
Kawasan Travertines ini dilindungi oleh UNESCO, untuk masuk ke dalam kita harus melepaskan alas kaki supaya tidak merusak permukaan bebatuan. Ada 17 kolam air panas yang suhunya sekitar 35-100 celcius. Subhanallah … udaranya dingin, angin dingin berhembus cukup kencang, mataharinya gonjreng, tapi air yang mengalir di sela jemari kaki kita terasa hangat, Ajaib!
Pamukkale sendiri memiliki arti Cotton Castle, atau yang biasa disebut Istana Kapas. Kawasan Pamukkale ini lebarnya 600 meter dengan panjang 2.700 meter. Air panas ini mengalir dari ketinggian 320 meter di puncak bukit. Berjalan kaki menuruni bukit kapas dengan kaki telanjang, rasanya seperti melakukan pedicure. Sampai bawah bukit, kaki kitia terasa ringan, pegal-pegal di telapak kaki menghilang karena berendam dalam air hangat, kapalan dan pecah-pecah di tumit pun menipis.
Menjelang matahari terbenam kami sudah sampai di bagian bawah bukit. Kami harus berjalan kaki menuju lokasi pejemputan bus yang akan membawa kami ke terminal bus di Denizli. Malam ini kami akan menempuh perjalanan 400-500KM dengan bus malam menuju ke kota berikutnya.
Semua posting tentang Turki bisa dilihat disini
5 thoughts on “Terpukau Keindahan Pamukkale”
cantiknya turki.. ^_^
Lihat Ampitheatre ini jadi inget cerita Herkules atau komik Asterix yang aku baca jaman kecil dulu. Whatta journey. Envy tapi ikut merasakan kesenangannya 🙂
Cantiiik bangett yaaa, makin nambah mupengnya 😀