Perjalanan ke Qingdao
Haiii … maaf yah udah lama gak update blog ini.
Selain mulut saya masih penuh sariawan akibat gesekan kawat gigi yang bikin males ngapa-ngapain, kesibukan di kantor sedang menggila karena launching produk baru. Di sisi lain, sudah harus menyiapkan produk lanjutannya. Sampai belum sempat juga ngajak Rafa dan Fayra liburan. Hiks.
Hari Sabtu kemarin saya ditugaskan untuk inspeksi ke pabrik (mengawasi produksi). Berbeda dengan kunjungan ke pabrik-pabrik sebelumnya yang biasanya hanya di daerah Shenzhen, kali ini saya harus menempuh perjalanan lebih jauh lagi.
To the north I go, bismillah!
Saya pergi bersama 2 rekan kerja lelaki non-muslim (Kristen dan Budha), jadi kami mengatur strategi dan kompromi karena kepergian kami jatuh di pekan pertama bulan Ramadhan. Supaya nyaman, saya sengaja pakai celana batik dan pinjam sepatu converse Rafa yang sudah kesempitan (no 39 sementara kaki Rafa sekarang 43).
Tujuan saya kali ini ke Qingdao (dibaca : cingtao), berada di propinsi Shandong – China Timur. Untuk menuju ke sana, ada 4 rute yang bisa tempuh. Tapi tidak ada satu pun penerbangan langsung dari Jakarta ke Qingdao.
Biar kebayang, saya jelaskan peta di atas yah:
- Rute 1: Jakarta – Singapore – Qingdao (SQ – Singapore Airline)
- Rute 2 : Jakarta – Hongkong – Qingdao (CX – Cathay Pacific Airline)
- Rute 3 : Jakarta – Guangzhou – Qingdao (CZ – China Southern Airline)
- Rute 4 : Jakarta – Seoul – Qingdao (KE – Korean Airline)
Dari seluruh rute tersebut, paling cepat adalah lewat Korea yaitu transit di Seoul (rute 4). Sayang nya tiket penerbangan ke arah tsb sudah tidak tersedia lagi.
Kalau ambil rute 1, penerbangan dari Singapore ke Qingdao baru ada dini hari (sudah tanggal berikutnya).
Karena tiket habis sana sini, akhirnya kami mendapat tiket:
- Berangkat pake rute 3 (transit 5 jam di Guangzhou)
- Pulang pake rute 2 (transit 1 jam di Hongkong)
Pasrah lah yaaa … mo gimana lagi dong?
Melihat kondisi badan saya, suami yang pernah mengalami perjalanan jauh di bulan Ramadhan menyarankan saya untuk tidak puasa pada hari keberangkatan. Selain karena perbedaan waktu yang cukup significant, waktu transit dan jadwal pesawat lanjutan bentrok dengan jam buka puasa. Takutnya gak sempat buka puasa saat transit dan terpaksa menunggu pembagian makanan di pesawat lanjutan yang pastinya sudah larut malam. Toh musafir memang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa dan bisa menggantinya setelah Idul Fitri. Oke lah istri sholehah menurut pada suami *cium tangan*
Jam 9 pagi saya berangkat dari bandara Soekarno Hatta, tiba di bandara Guangzhou sekitar jam 3 sore. Bandara Baiyun ini baru beroperasi tahun 2004, menggantikan bandara lama yang sebelumnya sudah beroperasi selama 72 tahun. Baiyun ini merupakan bandara no 2 tersibuk di China.
Gak cuma bentuk luarnya yang keren seperti pesawat luar angkasa, dalamnya juga mewah loh. Terintegrasi juga lantai bawahnya dengan kereta bawah tanah (MTR). Pengecekan keamanan di sini ketat sekali. Gak peduli jenis kelamin, badan kita benar-benar digeledah. Petugas wanita pastinya yang memeriksa tubuh wanita. Jilbab di bagian leher saya juga dipegang-pegang, khawatir saya menyembunyikan sesuatu di situ.
Saya takjub dengan troli yang digunakan di dalam ruang boarding. Bentuknya kecil karena hanya digunakan untuk membawa tentengan yang masuk cabin saja. Di bagian atas terdapat layar sentuh, saat kita masukan nomor penerbangan … maka informasi tentang penerbangan tsb (tujuan, jadwal berangkat, jadwal masuk ke dalam pesawat dan nomor gate) akan tampil di layar.
Lumayan kan pundak saya bisa istirahat dari membawa tas laptop dan tas dokumen. Saya juga bisa melihat informasi di layar troli tanpa harus bertanya ke petugas bandara.
Saya melihat barisan telepon umum yang masih banyak penggunanya. Bandingkan dengan bandara di Jakarta, sepertinya fasilitas ini sudah tidak tampak ramai digunakan orang. Kondisi telepon umum di negara kita juga kurang terawat. Sayang deh.
Teman saya yang berbadan paling besar, sudah mulai kelaparan lagi. Menurutnya makanan di dalam pesawat sebelumnya tidak cukup mengenyangkan. Jadi ketika kami melihat logo M berwarna kuning, langsung diputuskan untuk masuk ke dalamnya.
Kalau berpergian ke negara lain, saya selalu membawa bekal saos sambal. Sebut saya kampungan, tapi menurut saya rasa saos sambal kita itu paling juara. Makanan gak enak pun kalau dicocol saus sambal bisa berubah nikmat dalam sekejap. Dan ternyata di resto ini kami mendapat saos sambal juga. Mari kita bandingkan rasanya.
Tuh kan, tetap saja sambal kita juaranya. Saos dengan kemasan warna ungu ini sangat didominasi rasa bawang putihnya. Gurih sih, tapi kurang pedas. Cuma berasa bawang dan agak asam saja.
Setelah makan, saya malah menemukan restoran Muslim di airport Baiyun ini lantai dasar. Tau gitu tadi gak perlu makan McD. Bisa pilih makanan yang lebih mengenyangkan. Judul di menu nya sih “HALAL NODDLE”. Maaf saya gak tau nama resto nya apa, karena nama resto nya ditulis dalam huruf China. Tapi saya sempat foto penampakan luarnya.
Untuk yang bertanya, gimana saya sholat saat berpergian … ini lah jawabannya *pencitraan istri sholehah berlanjut*. Biasanya saya sholat di dalam pesawat dengan diawali tayamum. Tapi karena saya tiba di bandara ini jam 3 sore, sementara pesawat lanjutan masih 5 jam kemudian … maka saya sholat di ruang tunggu.
Bodohnya saya simpan mukena dan sajadah di dalam koper. Dengan kondisi darurat seperti ini, saya terpaksa sholat dengan pakaian dan kaos kaki yang menempel di badan. Tak lupa sebelumnya saya membeli koran seharga 2 yuan untuk menjadi alas sholat. Mo baca beritanya juga gak ngerti tulisan nya, ceu!
Saat wudhu di toilet, banyak orang yang menatap aneh ke saya terutama saat saya mengusapkan air ke telapak kaki. Gak berani angkat kaki ke atas wastafel seperti yang biasa saya lakukan di toilet kantor. Ini kan negara orang, bisa diomelin petugas kebersihan toilet nanti.
Sebagai perempuan sendiri di dalam perjalanan, 2 teman laki itu sering menjadikan saya objek foto mereka. Baik secara candid maupun terang-terangan nyuruh saya bergaya ini itu. Jadi ketika hari terakhir kami tukeran file foto, stok foto saya tentulah yang paling banyak. Termasuk foto saya sedang sholat ini.
Owh yah, jangan ragu untuk pesan makanan khusus saat membeli tiket pesawat yah. Meski naik China Southern, saya tetap pesan “HALAL MEAL” dan alhamdulillah diberikan oleh petugas di dalam pesawat. Pramugari menghampiri saya sebelum pembagian makanan dan melihat catatan sambil bertanya “did you request a special meal?“. Gak susah kok, dan mereka memenuhi permintaan kita dengan senang hati.
Harusnya pesawat lanjutan saya berangkat pukul 20:30. Kami sudah harus masuk boarding room pukul 19:50. Ternyata pesawat delay beberapa kali sampai akhirnya berangkat pukul 23:00 karena ada angin topan di atas Taiwan.
3 jam dari Guangzhou menuju Qingdao pun banyak turbulence. Memang kalo musim panas sering hujan dan angin topan di sekitar kepulauan sini (Hongkong, Taiwan, Jepang, Korea). Alhamdulillah mendarat dengan selamat di Qingdao sekitar jam 2 pagi. Sampai hotel sudah jam 3 pagi, waktunya sholat subuh dan saya pun tidak sempat sahur. Abis beres-beres, sholat kemudian langsung tepar.
Itu kamar saya di hotel Holiday Inn – Qingdao City Center. Cukup luas dengan design modern dan kondisinya sangat bersih.
Setelah melalui total perjalanan hampir 24 jam (dari Jakarta jam 9 pagi, sampai Qingdao jam 3 pagi), tanpa sempat sahur … saya putuskan hari Minggu tsb saya tidak puasa lagi.
Apa … saya cemen/manja karena gak mau puasa tanpa sahur?
Sini saya kasih tau jadwal puasa di kota tsb, menurut aplikasi Muslim Pro yang saya install di iPhone:
Yak subuh nya jam 3 pagi, saudara-saudara.
Magrib nya baru akan tiba jam 19:16. Artinya saya akan puasa 16 jam ke depan, dengan kondisi badan baru menempuh perjalanan nyaris 24 jam dan tanpa sahur. Jam 9 pagi saya juga sudah harus standby karena saya ke sini dalam rangka perjalanan dinas. Kerja cuy!
Eh udah dulu yah, saya lanjutkan postingan cerita selama di Qingdao minggu depan saja. Saya baru mendarat pagi ini jam 00:30. Tidur jam 2. Bangun jam 04:00 untuk sahur. Setelah subuh bongkar koper, mengeluarkan baju kotor dan masukin lagi baju bersih untuk perjalanan dinas berikutnya. Jam 7 pagi ke kantor dulu. Sore pulang ke BSD untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Bandung sampai hari Minggu.
Semoga Allah memberikan ampunan NYA di bulan penuh rahmat ini. Semoga saya diberikan umur panjang dan kesehatan untuk bisa membayar hutang puasa setelah Idul Fitri nanti.
Obat kuat … mana obat kuat?
Semua tulisan saya tentang China bisa dilihat disini
24 thoughts on “Perjalanan ke Qingdao”
…”Petugas wanita pastinya yang memeriksa tubuh wanita. Jilbab di bagian leher saya juga dipegang-pegang, khawatir saya menyembunyikan sesuatu di situ.”…
petugasnya ga nemu jakun kan de? *kaboooorrrr*
De…kamu memang bener-bener wanita tangguh…
salut banget…semoga selalu diberi kesehatan ya.
Rafayra pasti bangga banget sama mamanya ini….
Wow, shalatnya bener-bener darurat banget. :O
takjub setakjub takjubnyah…itu perjalanannyaaa gustiii panjang bak sinetron kejar tayang *maklum ya gue kan mak lebay 😛 * de, aku punya tangan sambungan yang mirip tangan mukena gitu, biasanya kalo senin subuh dari bandung pake kereta jam 4 kan musti subuh di kereta tuh, nahh gue biasanya tangannya pake sambungan itu…
klo lo belum ada ntar tak carikeun yoo…dikirimkan sekalian ama si baju ouval ituuuu hehehe…belum sempet aje ke ouval nih…
komen tambahan…ini negara china?? kenapa canggih dan bersih sekaliii? beda dengan yang saya sambangi kemarin x_x paling takjub ama trolley nya…hehee
mbak, perusahaannya bergerak di bidang apa sih kok sampe ke cina?
ps. iyaaa sambel kita emang paling nendaaangg
Mba De hebaaat.. Untunglah ga dikirim ke Swedia ya mba.. puasanya nyampe (nyaris) 20 jam di sini.. hihihi..
Btw, soal makanan di pesawat, aku juga sering mesen makanan dari websitenya. Lumayan jadi dapet duluan 😛
Semangat mba! ^^ Semoga puasanya dihari lain bisa full yah…
btw, kopernya lucu.. “Love travel”, terus sepintas mirip logo supermen gara” ada warna biru n merah.. Hehehe…
Kalau perjalanan jauh suka transit-transit gitu ribet juga yah, kalau jeda waktu transitnya mepet kudu lari-larian ke gate berikutnya donk yah? Hihihi…
Ditunggu cerita selanjutnya yah Mba De *sambil tetep mikirin sepatu itu* hahahahaa
Wahh seru sekali mbak 😀
wah, keren ya, mak. trolinya canggih. coba di indo juga ada. hehe 😀
jleb bangetz liat kepadatan aktivitasnya plus masih sempat posting blog??!! *omg*
Asyik banget perjalanannya ya mbak… penuh suka-duka, hihihihi.
Kalo masalah salat, kalo make rukuh malah ntar dianggap lebih aneh mbak, makanya saya seringnya bawa kaos kaki bersih tuk ganti pas salat.
Dan tuk urusan makanan, ya nomer satu lah itu pesan momeal.. daripada kayak dulu kita pernah pergi, lupa g pesen momeal, yang ada gak berani makan, g yakin soalnya…
Waaaah De, keren sekali perjalanannya, walaupun melelahkan tampaknya. Hihihi…ikut satu…
selamat bekerja Mbak….sukses selalu dan sehat terus ya….aamiin
Luar biasa padatnya kesibukan kerja Jeng De, semoga juga dibarengi dengan jaga kesehatan ya Jeng. Salam
Huhuhu….aku baca postingan ini kok terharuuu biru ya….ga kebayang klo kejadian di aku, kamu tangguh banged, de…
Trolinya canggih bener ya. Huaaaa puasa 16 jam kayak apa tuh, lemes selemesnya…alhamdulillah Allah Maha Pemurah ya, ada keringanan buat musafir
takjub … kuat bener Dhe …
salam kenal yah mbak…
btw aku dulu 10 tahun yang lalu pernah ke qingdao tapi jalan2 habis lulus kuliah hehehe…kotanya biar kecil tapi bagus yah kan dia penghasil bir apa gitu (lupa merknya) tapi dulu naik bus dari beijing ikut tour lokal sana…
kalau di china mau masuk resto halal gampang kok tinggal cari aja rumah makan dengan plang hijau artinya halal hehehee karena ada penduduk china suku minoritas trus agamanya muslim kaya resto plang hijau di airport itu aku cuman inget 2 huruf depan artinya daging sapi 😀
dan bener banget namanya sambel di indo udah juara banget, jadi kalau kemana2 pasti selalu bawa sambel sachet hehehe…
trolly nya keren bener De. Allhamdulillah masih bisa sholat ya walaupun mukenanya ada di koper