Menjemput Pujaan Hati
Eciyeee judulnya, dangdut banget yaa! hahahaha
17 Nov 2015
Jadi setelah urusan visa beres, akhirnya saya jadi juga berangkat ke Qatar untuk menjemput pak suami. Mas Rafa mengantar saya ke erpot, ditemani oleh Akung dan supir.
Karena penerbangan lumayan lama (8 jam lebih dikit), saya sengaja menggunakan pakaian yang nyaman yaitu gamis hitam dengan outer hangat dilengkapi khimar hitam. Dalamnya gamis, saya pakai kaos dan celana jogger. Gak lupa sepatu dengan ukuran 1 size diatas nomor kaki, karena sejak operasi tuh kaki saya selalu bengkak setiap penerbangan di atas 4 jam. Pernah menempuh penerbangan 6 jam, pas mau turun pesawat … eh sepatu udah gak muat aja karena kaki membesar alias bengkak *sigh*. Malu kan kalo nyeker di airport, nanti dituduh pengungsi dari negara konflik lagi hehehe.
Saat masih di rumah, Fayra sempat komen sih “emang kalo ke negara Arab, musti pake item-item gitu ma?”
Begitu lah kalau punya fahion police yang selalu melakukan screening setiap mamanya mau keluar rumah. Padahal mamanya gak mikirin warna, cuma cari bahan dan model yang paling nyaman di badan aja.
Kalo Cindrelela pulang jam 12 malam, nah mba TKW justru berangkat jam segitu.
18 Nov 2015
Sesuai jadwal di tiket, pesawat mendarat jam 4:50 pagi (beda 4 jam dengan jakarta, yang saat itu hampir jam 9 pagi). Belum waktunya subuh di Doha. Dengan konekti wifi gratis di erpot, saya mengabarkan suami melalui WA. Dan saya cuma bisa ketawa melihat balasan beliau.
Saya sudah diwanti-wanti sebelumnya untuk tidak naik taxi sendirian di negara ini, jadi yah santai aja menunggu pak suami di barisan bangku tunggu. Tapi kok lama-lama saya perhatikan sekeliling, mata laki-laki di sini pada mengerikan semua yah. Untung gak lama kemudian pak suami muncul di hadapan saya, dan kami pun langsung bergegas masuk mobil langsung menuju apartemennya.
Hari ini pak suami masih harus kerja di kantor. Ketika melihat meja makan kosong melompong sementara kulkas masih ada isinya … akhirnya saya masak nasi goreng dan omelet untuk sarapan.
Begitu pak suami berangkat kerja, saya inspeksi seluruh ruangan … ealah ternyata pak suami belum beberes sama sekali. Belum ada barang masuk koper, bahkan masih ada tumpukan baju kotor di keranjang.
Yang tadinya saya mau bayar tidur, akhirnya malah nyuci baju dan kuras isi kulkas. Aneka kotak tempat penyimpanan makanan saya cuci bersih. Bahan makanan yang masih bisa diolah, ya saya masak. Lumayan masih ada beras, aneka bumbu dapur, teh, gula, telur, mie instant, rendang, dll. Sebagian saya plastikin untuk dibagikan ke teman-teman Indonesia dalam gedung yang sama, sebagian lain disisihkan untuk supir kantor.
Gak sia-sia kan ngimport mba tekawe dari Jakarta, kerjaannya sebanding dengan harga tiket pesawat hahahahaha
Koyo mana koyo?
Siangnya saya dijemput istri teman kantor Masguh dan diajak jalan-jalan. Kemudian mampir ke kantor suami untuk makan siang trus balik ke apartemen lagi.
Malamnya kami jalan bersama teman kantor yang tinggal di apartemen yang sama (1 orang Indonesia + 1 orang Aljazair). Kami nyobain makanan arab di foodcourt sebuah mall di tengah City Center, hanya jalan kaki 10 menit dari apartemen.
Kondsi Doha secara garis besar tidak jauh dari Dubai. Aneka gedung pencakar langit dengan design spektakular terus dibangun. Perempuan di Doha juga boleh menyetir mobil dan bekerja di luar rumah. Merek internasional juga berterbaran, walau ditulis dalam huruf Arab gundul seperti pada foto di bawah ini:
Ada yang bisa baca?
Searah jarum jam: Mothercare, Woman Secret, Starbuck Coffee, The Body Shop.
Sesuai dengan syarat visa, hari itu juga saya check-in di Hilton Hotel, yang kebetulan letaknya juga tidak jauh dari kantor Masguh dan apartemennya. Walau dapat kamar nomor 1313 (dobel angka sial hahaha), tapi kondisi kamarnya gak menyeramkan kok. Standar hotel bintang 5, dengan pemandangan menghadap laut.
Sebenarnya badan saya masih belum beradaptasi (jetlag), apalagi dengan kondisi kurang tidur beberapa hari terakhir. Jam biologis badan saya masih ngikut waktu Jakarta, jadi jam 2 tengah malam di Doha … saya sudah terbangun. Mata saya ON, karena tubuh berasa jam 6 waktu Jakarta.
Akhirnya saya cuma duduk di samping jendela, menantikan matahari terbit. Alhamdulillah bisa mengabadikan pemandangan detik-detik munculnya matahari dan perubahan warna langit yang luar biasa indahnya.
19 Nov 2015
Setelah pak suami bangun, kami jalan pagi keliling hotel. Belum banyak tamu yang keluar jam segitu, kolam renang masih kosong, petugas masih sibuk membersihkan halaman dan menata kursi berjemur di pinggir pantai. Udara bulan November cukup menyenangkan, tidak panas menyengat dan angin dingin mulai bertiup tanda musim dingin akan datang.
Sayangnya hari ini pak Suami masih harus ke kantor. Jadi saya diantar kembali ke apartemen, dengan berjalan kaki sekitar 20 menit dari hotel. Mba tekawe pun kembali menjalankan rutinitasnya, masak sarapan dan nyuci baju lagi (termasuk pakaian yang saya gunakan sebelumnya). Hari ini akan lumayan padat, pak suami harus menghadiri 3 acara farewell berbeda sementara saya harus packing semua barang-barang yang akan dibawa kembali ke Jakarta.
Agak siangan saya dijemput salah seorang istri teman kantor (berbeda dengan hari sebelumnya), untuk mengajak saya jalan-jalan. Gak lama, karena saya harus menghadiri undangan makan siang atasan masguh di kantor yang bertempat di restoran dalam hotel Hilton. Tempat ini dipilih beliau karena memang tinggal jalan kaki dari kantor mereka.
Malamnya kami dijemput oleh teman-teman Indonesia yang sekantor dengan Masguh. Kami diajak makan malam dan pergi ke Qatara Cultural Village. Tapi karena sedang ada festival, tempat ini penuh sesak hingga 3x putar kami tidak juga mendapat tempat parkir. Akhirnya diputuskan kami pergi ke Souq Waqif.
Acara selesai jam 11 malam. Masguh memberikan saya amplop hadiah dari bosnya. Ketika saya buka, ternyata isinya berupa voucher belanja di toko peralatan olahraga. Karena besok pagi kami sudah harus pergi meninggalkan Qatar, kami didrop oleh teman-teman di City Center Mall yang ternyata buka sampai jam 2 pagi. Voucher tsb dimanfaatkan untuk membeli jaket, celana olahraga, sarung tangan dan topi kupluk. Alhamdulillah pakbos tau aja kalo pak suami suka olahraga, jadi hadiah dari beliau sangat tepat sasaran hehehe.
Dengan tubuh yang berasa jam 4 pagi waktu Jakarta, sebenarnya saya sudah tepar. Tapi kami harus balik ke apartemen untuk menyelesaikan packing. Udah gak kuat lagi kalo harus balik ke hotel, jadi kami putuskan untuk tidur di apartemen malam itu. Sayang sebenarnya, sudah bayar hotel 2 malam tapi cuma dipake 1 malam aja.
20 Nov 2015
Jam 4 lewat alarm di henpon sudah berbunyi. Meski baru tertidur sebentar, tapi kami sudah harus siap-siap ke erpot. Saya dijemput pak supir untuk dibawa langsung ke hotel, saatnya check-out sesuai tanggal pesawat take-off. Sementara itu pak suami mengurus pengembalian unit apartemen. Pas saya sampai di apartemen lagi, pak suami juga sudah selesai dengan surat-suratnya. Kami langsung bergerak menuju erpot untuk mengejar pesawat jam 7 pagi.
Untuk teman-teman yang nitip ini itu untuk saya bawa dari Qatar, dengan ini saya mohon maaf karena tidak bisa memenuhi permintaan tsb. Selain karena waktu saya sangat terbatas di sana, koper pun sudah penuh sesak dengan barang-barang dari apartemen Masguh. Kami juga masih harus melanjutkan perjalanan berikutnya, sebelum kembali ke Jakarta.
6 thoughts on “Menjemput Pujaan Hati”
Wuiih Mbak De. Gak kebayang itu gimana rasanya badan. Mau copot pasti rasanya ya Mbak. Huehehehe. Saya seneng sekali akhirnya bisa dapet feed dari Mbak De lagi. 😀
ya ampun mbaa..aku bacanya jadi ngerasain capenya banget deh mba..apalagi ditambah kurang tidur juga..
Alhamdulillah sudah sampai di sini kembali dengan selamat 😉
Rasa capek terbayar pasti setelah bertemu suami.
Pemandangannya bagus-bagus, Mbak 🙂
Btw, aku suka kok sama fashion style pas berangkat 😉
Wajar atuh mbak De, susah bawa oleh2 yah, wong koper nya aja segitu banyaknya hihihi
Jadi nih mak, pas buka blogmu ini sebenarnya aku belum makan. Jadinya aku mulai lapar liat makanan itu. Eh tapi dikasih nama dengan arab botak eh gundul itu piye aku bilangnya? hehehe 🙂