Mengejar Matahari di Bromo
Dari Museum Angkut dan D’topeng, kami melanjutkan perjalanan menuju kota Probolinggo. Untuk bisa menikmati pemandangan matahari terbit dari balik gunung Bromo, kami memang tidak bisa membawa mobil pribadi ke atas dan kami memilih untuk sewa jeep. Seminggu sebelum keberangkatan saya sudah gugling tentang tarif sewa jeep dan membaca review dari blog orang untuk mencari penyewaan jeep yang terpercaya. Alhamdulillah dapat notel pak Sariadi dan beliau membantu kami mencari penginapan di sekitar Bromo untuk sekedar istirahat sejenak.
Kami tiba di Probolinggo sekitar jam 12 malam, langsung menuju penginapan dengan panduan mbak resepsionis hotel melalui telepon. Agak khawatir dengan jalan yang gelap dan terus menanjak, alhamdulillah kami tiba dengan selamat. Sebelum tidur saya minta anak-anak untuk langsung menggunakan pakaian dengan lapisan sbb:
- Fayra : legging + kaos lengan pendek + jilbab + kaos kaki, dilapis jeans dan sweater
- Rafa : jeans + kaos lengan panjang + kaos kaki
Suhu malam itu sekitar 10-15 derajat celcius, cukup dingin bagi anak-anak yang terbiasa dengan udara Jakarta 28-35 derajat.
Kami bangun jam 3 pagi dan suhu makin rendah alias dingin sekali, kami langsung melapisi badan dengan jaket tebal dan sarung tangan. Rafa dan masguh menggunakan topi kupluk untuk menjaga kuping tetap hangat. 30 menit kemudian supir jeep sudah mengetuk pintu kamar kami.
Tujuan pertama adalah gunung PANANJAKAN
Hari ini tepat tanggal 25 Dec 2014, libur natal, wajar kalau wisatawan membludak sehingga perjalanan jeep ke atas terhambat. Untuk menghemat waktu, kami naik 2 motor ojeg (saya dgn Fayra, sementara Rafa dgn papanya). Sampai di atas kami mampir ke kedai kopi untuk menikmati kopi susu panas dan pisang goreng yang baru diangkat dari wajan.
Sekalian kami sempatkan untuk sholat subuh setelah melihat notifikasi aplikasi adzan di henpon. Kemudian kami jalan kaki menuju spot yang dibangun khusus untuk menikmati matahari terbit.
Semua pengunjung berdesak-desakan maju mencari posisi nyaman. Sayangnya hari itu cuaca agak mendung sehingga matahari bersembunyi dibalik awan.
Ini kali pertama untuk Rafa dan Fayra menikmati detik-detik matahari terbit. Subhanallah … walo matahari tidak tampak seperti yang diharapkan, kami tetap menikmati pemandangan indah gunung Bromo dari Gunung Pananjakan ini.
Setelah puas, kami kembali naik ojeg menuju jeep dan melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu menuju gunung BROMO.
Karena ini kunjungan saya kedua, Masguh ketiga dan Fayra masih kami anggap belum cukup kuat untuk naik tangga ke kawah gunung Bromo … maka hanya Rafa yang naik kuda dan lanjut jalan kaki melihat kawah.
Berikut hasil foto mas Rafa dari atas gunung Bromo:
Selama nunggu mas Rafa, kami dibawah asyik foto-fotoin Fayra aja. Udara mulai tidak dingin lagi, Fayra mulai mencopot jaket dan jilbabnya.
Setelah mas Rafa datang, kami melanjutkan perjalanan ke SAVANAH dan BUKIT TELETUBIES. Entah siapa yang memberi nama, tapi memang benar panorama bukit berselimut kehijauan mengingatkan kita akan taman bermain dalam film anak-anak itu.
Udara makin panas, Rafa dan papanya mulai mencopot jaketnya sementara Fayra juga mencopot sweaternya. Perubahan suhu memang lumayan drastis, karena itu siapkan baju berlapis supaya gampang mretelin nya. Saya ingat seorang teman yang tidak mencopot jaket anaknya walo si anak mengeluh kegerahan, karena dia lupa dibalik jaket si anak cuma menggunakan piyama tidur. Sementara kalau foto-foto dengan latar belakang pemandangan spektakular macam di wallpaper komputer, kita harus kece bukan?
Supir jeep dengan cekatan menawarkan kami untuk foto menggunakan kamera dari henpon saya. Sepertinya karena wisatawan lain biasanya minta tolong fotoin, jadi si bapak sudah terbiasa dan hasil fotonya lumayan bagus. Berikut salah dua hasilnya di henpon saya:
Puas foto-foto dan lari-lari di Savanah, kami melanjutkan perjalanan ke tempat syuting film PASIR BERBISIK yang diperankan oleh Dian Sastro dan Christine Hakim.
Jam 9 pagi kami kembali ke hotel untuk sarapan dan beberes, kemudian melanjutkan perjalanan ke Surabaya.
4 thoughts on “Mengejar Matahari di Bromo”
emang gak selalu bisa dapet ya sunrise di bromo. dulu pas gua kesana juga gak dapet… hehe
Waduh. . saya malah belum sempet kesana. Padahal 3 tahun di jawa timur 🙁